Tidak semua portofolio investasi sesuai dengan harapan yang diinginkan. Kadangkala harus bertemu dengan investasi busuk, bila tetap dipegang tidak menghasilkan dan kalau dijual masih merugi. Kondisi ini tentunya menjadi dilema, berada dalam pilihan-pilihan yang buruk untuk segera keluar dari investasi busuk ini.
Dalam kondisi ini tentu saja perlu analisa mendalam tentang prospek investasi busuk ini kedepannya. Bila memang tidak ada harapan dalam jangka pendek, coba dulu melihatnya pada prospek jangka menengah atau jangka panjang. Bisa jadi masih memberi hasil, maka tidak ada salahnya untuk tetap dipegang, dengan berharap ini bisa menguntungkan di jangka panjang.
Namun bila prospeknya sudah sangat buruk, baik dalam jangka pendek maupun jangka menengah, maka jangan berharap lagi untuk jangka panjang. Pertimbangannya terlalu lama untuk berharap pada investasi yang kadang sudah overvalue saat dibeli. Ini berakibat tidak akan mengalami pertumbuhan sama sekali dalam jangka pendek maupun jangka menengah. Lalu buat apa pula menunggu terlalu lama untuk sesuatu yang tidak pasti, bila masih meragukan prospeknya memang lebih baik segera dijual.
Kadang perlu dijual rugi untuk bisa mengambil posisi investasi yang menguntungkan. Ini tentunya dengan syarat akan adanya portofolio yang lebih menjanjikan prospeknya. Disini memang perlu kajian mendalam, agar jangan sampai jatuh di lubang yang sama, ketemu lagi dengan investasi busuk pada portofolio yang akan dibeli.
Di pasar saham memang sangat banyak portofolio investasi yang menjanjikan, meski kebanyakan memang sudah digoreng hingga melebihi dari nilai yang sebenarnya. Namun seringkali pula memiliki prospek yang menjanjikan, hanya kadang tersembunyi oleh sentiment negative yang lebih besar. Contohnya pada saat ini dimana ekonomi sedang melambat, beberapa saham lapis dua sangat bagus prospeknya.
Saham lapis dua ini memang masih kalah dengan saham unggulan yang memiliki prospek lebih jelas. Pada beberapa kasus, justru saham lapis dua ini memiliki pertumbuhan yang lebih baik. Semua ini karena sentiment negative ekonomi global sehingga investor biasanya berpegang pada saham unggulan yang lebih aman dan menguntungkan.
No comments:
Post a Comment