Pages

Thursday, November 5, 2015

Defisit Neraca Perdagangan dengan Cina makin Melebar telah Merusak Perekonomian Indonesia

Masuknya investasi cina ke Indonesia ternyata diikuti pula dengan barang produk Negara tersebut yang membanjiri pasar dalam negeri. Angka yang dirilis BPS beberapa waktu lalu sudah cukup “mengerikan” dan pemerintah terlihat “diam” saja atau tak peduli atau terlalu sibuk dengan persoalan lainnya. Padahal defisit neraca perdagangan dengan cina ini adalah akar dari persoalan PHK, hancurnya industri dan pelemahan rupiah.

Meski produk cina ini berkualiats rendah tapi disukai importir maupun masyarakat Indonesia, harganya yang super murah mampu mengalahkan produk Negara lainnya yang lebih berkualitas. Produk cina yang murah ini juga menghancurkan industri dalam negeri, terutama industri sejenis yang kalah segalanya dari pesaingnya di cina. Industri cina dimanja dengan tarif listrik yang murah, bunga kredit yang murah dan insentif terselubung yang membuat ongkos produksinya menjadi sangat murah.

Coba bandingkan dengan industri nasional yang harus bergulat dengan tarif listrik yang tidak murah, bunga kredit yang mencekik, aturan birokratif yang mbulet serta pajak resmi dan yang tidak resmi yang membuat ongkos produksi semakin mahal. Wajar bila para pengusahanya “bosan” menjadi industrialist atau entrepreneur, banyak yang memilih menjadi pedagang atau importir, karena lebih beruntung dengan impor barang dari cina yang murah meriah.

Semua ini tergambar jelas di neraca perdagangan dengan cina yang “jomplang” alias berat sebelah. Ekspor Indonesia ke cina nggak ada apa-apanya dengan impor kita dari cina, defisitnya sudah sangat besar sekali, jauh melebihi surplus neraca perdangangan berjalan. Andai neraca perdagangan dengan cina ini dibikin adil, maka hampir separuh persoalan bangsa bisa diatasi.

Defisit neraca perdagangan dengan cina ini telah merusak sendi perekonomian Indonesia. Membanjirnya produk cina telah merusak industri nasional, merumahkan banyak pekerja atau PHK masal, membuat angka penggangguran melonjak tajam dalam setahun ini. Pemerintah harusnya melihat hal ini secara serius.

Sebenarnya pemerintah bisa meniru cara pemerintah amerika saat mengalami defisit neraca perdagangan yang luar biasa dengan jepang. Pemerintah amerika dengan segala cara bisa memaksa pemerintah jepang untuk menyeimbangkan neraca perdagangan di antara keduanya, defisit yang luar biasa itupun pada akhirnya bergerak menipis. Memang pada akhirnya jepang terpaksa harus membeli banyak produk amerika untuk menyeimbangkan neraca perdagangan tersebut.

Amerika memang tidak main-main dengan kondisi neraca perdagangan yang berat sebelah, karena bisa merusak perekonomian amerika. Demikian pula dengan kita dalam menyikapi defisit neraca perdagangan dengan cina ini, harus disikapi secara serius, bahkan kalau perlu bisa meniru cara pemerintah amerika. Memang perlu G to G dalam menyikapi hal ini, pemerintah jangan diam saja atau membiarkan defisit ini berakibat semakin buruk pada perekonomian.

No comments:

Post a Comment