Pages

Saturday, November 21, 2015

Kerjasama RI-Cina Tercoreng Defisit Perdagangan yang Membengkak

Banyak pihak yang mulai meragukan kualitas hubungan RI-Cina yang semakin mesra ini akan menguntungkan Indonesia. Defisit perdagangan yang makin membengkak adalah pangkal persoalan. Ini membuat RI tekor banyak dan hanya menjadi pasar dari industri Cina.

Akibat dari membanjirnya produk cina yang murah ini, diduga telah menghantam industri nasional Indonesia. Banyak PHK terjadi akhir-akhir ini dengan penyebab dari industri kita yang kalah bersaing dengan Produk murah cina. Diduga tidak hanya produk legal yang membanjiri pasar domestik, tapi produk yang illegal jauh lebih banyak lagi.

Persaingan yang ketat di antara importir nasional hingga menghalalkan segala cara dalam mendapatkan produk cina yang lebih murah. Modusnya amat banyak dari mulai impor bahan baku setengah jadi yang sebenarnya hanya rekayasa untuk mengelabuhi larangan impor barang jadi. Semua ini sebagai reaksi dari hubungan perdagangan dengan cina yang sudah tidak terkontrol.

Banyak aturan impor yang berhasil didiktekan oleh bisnis besar hingga aliran produk cina semakin tak terbendung. Apalagi di tengah birokrasi yang rentan akan pengaruh luar, semakin membuat kebijakan impor tidak terkontrol. Defisit perdagangan dengan cina yang membengkak ini seakan dianggap angin lalu, bahkan dengan korban yang sudah berjatuhan seperti hancurnya industri nasional dan PHK masal, bukan menjadi alarm bagi para pengambil kebijakan.

Impor terbesar Indonesia berasal dari Cina dan terbesar pula defisitnya, namun ironinya justru ekspor Indonesia ke cina masih kalah dengan ekspor Indonesia ke Amerika. Memang ekspor ke Amerika menjadi penyokong dalam mengurangi defisit perdagangan dengan Cina. Tidak heran bila pemerintah ingin bergabung dengan TPP, lebih menguntungkan dari sisi perdagangan dalam mengenjot ekspor.

Politik perdagangan kita memang amat lemah dalam melihat defisit perdagangan dengan cina yang semakin membengkak. Diduga beragam kerjasama bisnis yang berujung pemberian loan dengan bunga rendah, membuat pemerintah tak berkutik dalam menghadapi defisit neraca perdagangan dengan cina. Tentu saja ada rasa “pakewuh” bila harus complain masalah defisit perdagangan dengan cina.

Padahal defisit perdagangan dengan cina ini sudah bukan main-main lagi, angkanya sudah sangat mengkhawatirkan. Potensi kerugian terhadap ekonomi nasional semakin besar, semakin dibiarkan defisitnya akan semakin membengkak. Perlahan tapi pasti akan semakin banyak industri nasional yang akan gulung tikar dan jangan menyesal bila angka pengangguran akan semakin besar pula serta bisa menimbulkan dampak sosial yang mengerikan.

No comments:

Post a Comment