Pages

Monday, November 30, 2015

Rupiah dalam Tekanan, Investor Asing pada Kabur dari Bursa

Inilah titik balik yang ditunggu oleh investor asing untuk kabur, setelah cukup mendapatkan keuntungan yang lumayan. Momen ini adalah kilas balik dari saat masuknya investor asing beberapa bulan lalu yang membuat rupiah menguat dengan tajam dari posisi terburuknya. Sebenarnya kondisi ini sudah diduga, aksi massif investor asing melepas saham adalah sudah diperkirakan akan terjadi.

Investor asing memanfaatkan kuatnya rupiah untuk segera melaksanakan aksi beli dollarnya dan melepas saham yang sudah naik cukup tinggi. Memang ada dua momen yang dimanfaatkan yaitu saat nilai saham sudah mature dan nilai tukar yang masih menguntungkan. Diperkirakan bila terlambat melakukan aksi ini, maka keuntungan dari kurs dan saham tidak terlalu besar.

Kejadian seperti ini sebenarnya sudah diperingatkan sebelumnya agar pemerintah maupun investor domestik mewaspadai aksi investor asing yang masuk secara massif saat rupiah melemah dan nilai saham anjlok. Soalnya akan terjadi aksi balik yang bisa menekan rupiah dan merusak ketahanan ekonomi. Memang begitulah “hot money” mudah masuk dan mudah keluar, sangat sulit untuk dipercaya akan tinggal selamanya.

Meskipun pemerintah mengeluarkan kebijakan yang sangat ramah pada investor asing, namun ekonomi domestik yang melambat, membuat investor asing hanya bermain jangka pendek. Mereka main aman dan memanfaatkan peluang yang sudah terlihat dengan jelas. Disini nampaknya pemerintah kurang bisa memanfaatkan pula kondisi yang bakal terjadi.

Harusnya saat investor asing masuk secara massif, segera perbaiki ekonomi domestik dengan cepat. Pemerintah harus bisa konsolidasi secara cepat, tidak saja aturan tapi anggaran pula harus bisa mencerminkan perubahan kebijakan ekonomi yang telah dikeluarkan. Namun hal ini tidak dilakukan oleh pemerintah hingga apa yang diprediksi menjadi kenyataan.

Kaburnya investor asing secara massif ini memang cukup memprihatinkan, bahwa iklim investasi di tanah air masih belum kondusif. Banyak indicator ekonomi yang masih memprihatinkan sedang pejabatnya ramai sendiri dan adu argument di depan public. Harusnya pemerintah satu arah, ramai boleh tapi harusnya di belakang layar, saat rilis ke public harusnya sudah final dan tidak menimbulkan preseden buruk tentang arah ekonomi yang tidak jelas.

Sunday, November 29, 2015

Byarpet Makin Parah, Krisis Listrik di Depan Mata

Sudah beberapa minggu ini pemadaman listrik bergilir semakin sering terjadi. Biasanya hanya 6 jam bisa menjadi 12 jam lebih. Biasanya tiap minggu, kini menjadi beberapa kali tiap minggu. Kondisi ini memang tidak merata, tapi dirasakan di banyak tempat.

Dari data PLN memang menyatakan adanya pasokan listrik yang sudah tak mampu memenuhi permintaan yang berkembang. Disamping juga adanya kerusakan gardu listrik yang sudah waktunya maintenance. Ini dimungkinkan keterlambatan pemeliharaan ataupun penggantian trafo membuat manajemen servise semakin beresiko.

Keluhan dari konsumen tentu saja makin kencang, terutama mereka yang tidak memiliki backup pasokan listrik. Namun yang paling terpukul adalah konsumen UKM informal, bisnis kecil yang terlalu rentan oleh ketiadaan listrik. Penghasilan mereka bisa nol dalam sehari saat listrik mati dalam periode lebih dari 12 jam.

Bagi rumah tangga mungkin masih bisa bertahan, meski beberapa cukup menderita akibat tidak adanya listrik di cuaca yang sangat panas ini. Belum lagi keluarga dengan anggotanya yang sakit, mereka akan semakin sulit untuk bertahan di cuaca yang panas ini. Kebanyakan memang hanya bisa mengeluh, tanpa tahu akhir dari keluhan ini.

Memang dilemma yang cukup memusingkan juga dihadapi oleh PLN. Sudah cukup lama alarm akan pasokan yang semakin tidak mencukupi permintaan yang meningkat sudah diutarakan. Hanya memang keterbatasan anggaran membuat pembangunan pembangkit listrik jadi tersendat.

Program listrik 35 ribu megawatt juga sudah dicanangkan, tapi diperkirakan akan terlambat dalam mengatasi permintaan yang meningkat. Memang harusnya pemerintah segera melakukan langkah efisiensi penggunaan listrik. Ini bisa dilakukan dengan segera meningkatkan tarif listrik kelas atas non industri atau jasa.

Diperkirakan hampir separuh menikmati tariff listrik yang terlalu murah. Selebihnya memang rata-rata masyarakat ekonomi menengah bawah yang amat tergantung pada listrik yang murah. Memang cukup sulit mengatur golongan tariff yang tumpang tindih, ini yang menjadi penyebab inefisiensi pula dalam pemasukan PLN.

Perubahan besar yang dilakukan era sebelumnya tidak ditindaklanjuti. Justru perubahan disikapi dengan membawa pejabat PLN sebelumnya ke ranah hukum. Kreatifitas dalam meningkatakan efisiensi kelistrikan dan penanggulangan byarpet disikapi dengan sinis dan politis. Ini menyebabkan perkembangan pasokan listrik menjadi terhambat.

Policy pemerintah yang berubah drastis menyebabkan persoalan sendiri yang membuat krisis listrik terjadi lagi. Bila sebelumnya krisis listrik karena BBM mahal, kali ini karena aturan atau policy pemerintah yang menghambat perkembangan kelistrikan. Besar kemungkinan akan terjadi krisis listrik berkelanjutan dengan lambannya langkah mengatasi lambatnya pasokan listrik ini.  

Friday, November 27, 2015

IHSG Charging hingga tidak lebih buruk dari Singapura

Sejak awal tahun IHSG terpuruk hingga menempati posisi terburuk dari beberapa bursa utama di kawasan. Berkat kinerja positif bulan ini, IHSG berhasil lebih baik dari Singapura. Meski masih masih minus diatas 10 persen pertumbuhannya, tapi bisa lumayan lebih baik dari minusnya bursa singapura.

Memang selama ini tampak sekali IHSG mengekor bursa singapura dalam segala hal. Ini dimungkinkan dengan investor yang share dalam pasar yang sama, maka buruk-baiknya akan tidak beda jauh. Namun pada dalam bulan ini nampak ada perubahan besar di bursa saham Indonesia.

Diduga penguatan rupiah dan suksesnya beberapa emiten meningkatkan jumlah saham, telah membuat IHSG tumbuh positif bulan ini. Diperkirakan kondisi ini akan terus berlanjut, mengingat akhir tahun dan window dressing yang akan mendorong pergerakan di bursa Indonesia. Namun naiknya suku bunga amerika bisa menjadi tantangan ke depan.

Ini ditandai dengan tekanan yang makin kuat pada rupiah akhir-akhir ini, sehingga membuat laju pergerakan IHSG terhambat. Memang persoalan rupiah dengan suku bunga amerika ini sulit terpecahkan. Meski dengan berbagai paket kebijakan, tak mampu menjinakan pergerakan dollar-rupiah yang semakin liar.

IHSG dalam beberapa hari ini juga tertekan pada persoalan rupiah yang makin iminen. Besar kemungkinan beberapa investor akan mengurangi share sahamnya ke posisi dollar sampai isu kenaikan suku bunga amerika ini terjadi. Besar kemungkinan pula IHSG akan bergerak sangat lambat, meski masih dalam posisi yang positif.

Setidaknya bisa keluar dari posisi terburuk adalah hal yang bisa dibanggakan. Meski performanya boleh dibilang paling jelek dalam beberapa tahun ini. Sampai-sampai pemerintah cukup gusar dengan menembak kiri-kanan atas performa IHSG yang tak kunjung membaik. 

Isu suku bunga deposito yang dikemukakan, tak lain adalah bentuk kekuatiran pemerintah atas kinerja IHSG yang tak kunjung membaik. Padahal IHSG adalah patokan bagi investor melihat kondisi ekonomi Indonesia. Memang kondisinya masih belum begitu membaik, meski melambat masih bisa tumbuh.

Investor akan melihat  IHSG sebagai tolok ukur sebelum melakukan investasi secara riil. Diduga banyak FDI atau foreign direct investment yang menunda pelaksanaannya sampai kondisi IHSG membaik. Ini tampaknya disikapi dengan gusar oleh pemerintah dalam memperbaiki kinerja IHSG agar investor bisa percaya dan cepat masuk kembali ke Indonesia.

Thursday, November 26, 2015

Terjebak dalam Investasi Busuk

Tidak semua portofolio investasi sesuai dengan harapan yang diinginkan. Kadangkala harus bertemu dengan investasi busuk, bila tetap dipegang tidak menghasilkan dan kalau dijual masih merugi. Kondisi ini tentunya menjadi dilema, berada dalam pilihan-pilihan yang buruk untuk segera keluar dari investasi busuk ini.

Dalam kondisi ini tentu saja perlu analisa mendalam tentang prospek investasi busuk ini kedepannya. Bila memang tidak ada harapan dalam jangka pendek, coba dulu melihatnya pada prospek jangka menengah atau jangka panjang. Bisa jadi masih memberi hasil, maka tidak ada salahnya untuk tetap dipegang, dengan berharap ini bisa menguntungkan di jangka panjang.

Namun bila prospeknya sudah sangat buruk, baik dalam jangka pendek maupun jangka menengah, maka jangan berharap lagi untuk jangka panjang. Pertimbangannya terlalu lama untuk berharap pada investasi yang kadang sudah overvalue saat dibeli. Ini berakibat tidak akan mengalami pertumbuhan sama sekali dalam jangka pendek maupun jangka menengah. Lalu buat apa pula menunggu terlalu lama untuk sesuatu yang tidak pasti, bila masih meragukan prospeknya memang lebih baik segera dijual.

Kadang perlu dijual rugi untuk bisa mengambil posisi investasi yang menguntungkan. Ini tentunya dengan syarat akan adanya portofolio yang lebih menjanjikan prospeknya. Disini memang perlu kajian mendalam, agar jangan sampai jatuh di lubang yang sama, ketemu lagi dengan investasi busuk pada portofolio yang akan dibeli.

Di pasar saham memang sangat banyak portofolio investasi yang menjanjikan, meski kebanyakan memang sudah digoreng hingga melebihi dari nilai yang sebenarnya. Namun seringkali pula memiliki prospek yang menjanjikan, hanya kadang tersembunyi oleh sentiment negative yang lebih besar. Contohnya pada saat ini dimana ekonomi sedang melambat, beberapa saham lapis dua sangat bagus prospeknya.

Saham lapis dua ini memang masih kalah dengan saham unggulan yang memiliki prospek lebih jelas. Pada beberapa kasus, justru saham lapis dua ini memiliki pertumbuhan yang lebih baik. Semua ini karena sentiment negative ekonomi global sehingga investor biasanya berpegang pada saham unggulan yang lebih aman dan menguntungkan.

Menabur Investasi, Menuai Kerugian

Sudah cukup lama pertumbuhan IHSG masih minus, sehingga menimbulkan keresahan di pemerintahan. Munculnya ide suku bunga deposito yang lebih rendah adalah buah dari keresahan ini. Padahal persoalannya bukan masalah bunga deposito, memang kondisi riil yang melambat membuat pertumbuhan bursa saham tidak menggembirakan.

Ini sudah disikapi oleh investor asing jauh-jauh hari sebelumnya. Memang sebagian besar investor asing yang mengais rejeki di bursa saham Indonesia tidak sepenuhnya kembali sejak “black Monday” yang lalu. Kebanyakan lebih memilih portofolio investasi lainnya di luar Indonesia.

Ini terlihat dari perkembangan IHSG yang terseok-seok dibandingkan bursa utama asia maupun dunia lainnya, nampak posisi IHSG paling terbelakang. Ini tentu pukulan yang sangat serius bagi pemerintahan saat ini, soalnya di pemerintahan sebelumnya mampu mencatatkan pertumbuhan bursa yang spektakuler, bahkan pernah menjadi yang terbaik di seluruh dunia.

Kondisi ini tentunya bisa dikatakan masa sulit, meski banyak kalangan ekonom melihat shifting policy yang tidak “smoothly”. Banyak investor asing yang dibuat ragu dengan arah kebijakan pemerintah ini, terutama sebelum reshuffle cabinet, membuat investor asing lari tunggang langgang dan tak kembali lagi. Perubahan tim ekonomi juga masih disikapi dengan hati-hati.

Ada beberapa investor asing yang kembali memburu beberapa saham unggulan hingga membuat rupiah melonjak ke level lebih baik. Namun tetap saja tidak mampu memperbaiki minusnya pertumbuhan saham yang masih menjadi yang terbelakang. Besar kemungkinan kondisi ini akan semakin berlarut, ini mengingat indicator makro yang masih tidak menggembirakan sampai akhir tahun, apalagi dengan target pajak yang jauh tidak tercapai.

Ini membuat kondisi anggaran dalam pertaruhan, bisa saja utang akan membengkak dengan cepat. Namun konsekwensinya akan memberatkan neraca keuangan dan berdampak pada perekonomian ke depannya. Memang serba sulit hingga wajar pemerintah mengambil ide ekstrim tanpa menimbang kondisi indicator ekonomi yang sedang berjalan.

Andai bunga deposito dibikin nol persen sekalipun orang belum tentu mau masuk ke bursa. Buat apa menabur investasi yang beresiko, bila pada akhirnya akan merugi. Justru dengan kondisi ekonomi yang masih melambat ini, investasi yang berpendapatan tetap adalah pilihan investasi yang tepat.

Wednesday, November 25, 2015

Lemahnya Transparansi di Perusahaan Negara

Sudah lama perusahaan Negara atau BUMN menjadi lahan bisnis yang menggiurkan bagi para elit politisi dan kroni-kroninya. Meskipun sudah mulai berubah dan bergerak menuju keterbukaan, namun isu transparansi masih mengemuka. Banyak transaksi mencurigakan yang berujung dari nepotisme atau hubungan bisnis dengan manajemen BUMN.

Memang Negara memiliki kuasa atas modal yang ditaruh di BUMN dengan menempatkan wakilnya di perusahaan tersebut, namun kondisi ini cenderung disalahgunakan untuk kepentingan pribadi atau kelompok. Ini membuat BUMN lebih dari rekening para pemegang kekuasaan. Kondisi ini sudah berlarut-larut hingga membuat banyak BUMN ini sudah sangat kronis operasionalnya.

Siapapun yang berkuasa tetap tak rela melepaskan pengaruh untuk mendapatkan dana dari BUMN tersebut. Penempatan wakil pemerintah di BUMN tak lebih dari ajang memeras daripada mengembangkan BUMN ini lebih maju. Ini artinya BUMN tak lebih dari sebuah perusahaan politis dan menjadi milik penguasa.

Padahal harusnya sudah dipisahkan antara kepentingan politis dan pengawasan yang lebih professional. Justru penempatan komisaris independent bisa lebih baik dari para komisaris yang ditunjuk oleh pemerintah. Mungkin perlu perubahan menyeluruh atas aturan dalam pengelolaan BUMN yang lebih baik.

Aturan yang lebih terbuka dengan menempatkan orang-orang yang kapabel di bidangnya, bahkan kalau perlu BUMN sudah harus diprivatisasi. Ini untuk membuat BUMN menjadi perusahaan yang lebih terbuka dan lebih transparan dari transaksi-transaksi yang mencurigakan antara manajemen BUMN dengan kroni-kroninya. Sampai saat ini boleh dibilang masih terjadi transaksi mencurigakan dan tender terselubung yang dilakukan oleh manajemen BUMN.

Ini bukan rahasia lagi, soalnya hanya meng-gemuk-kan para subkontraktor yang notabene milik orang-orang dilingkaran kekuasaan dan manajemen BUMN. Tentu saja akan sulit ditelusuri bukti akan transaksi mencurigakan ini, soalnya semua dilakukan di bawah tangan dengan sepengetahuan manajemen BUMN. Isu ini sudah lama terjadi, tapi sulit untuk diberantas karena pihak penguasa memiliki kepentingan akan hal ini.

Disini memang pentingnya BUMN menjadi perusahaan terbuka, lebih transparan atas transaksi bisnis yang dilakukan dengan mitra bisnisnya. Sudah saatnya memutus mata rantai BUMN dari pengaruh kepentingan politis dan menempatkan BUMN sebagai ujung tombak penggerak ekonomi. Bila ini bisa dilakukan, akan banyak BUMN yang tumbuh besar menyamai BUMN Negara tetangga.

Tidak Online, Bisnis akan Gulung Tikar

Boleh saja core bisnisnya masih mengandalkan cara konvensional dalam mengembangkan usahanya. Namun tanpa akses ke dunia maya, bisnis tersebut akan segera gulung tikar. Persaingan usaha akan semakin ketat, tidak saja dari luar tapi juga dari dalam bisnis itu sendiri.

Sekarang ini begitu mudah orang memiliki akses ke ponsel dan internet, orang beralih dari cara-cara konvensional dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, ke cara online yang lebih cepat dan murah diakses. Fenomena ini sudah lama terjadi, bila bisnis atau perusahaan tidak berubah ke online maka akan semakin tertinggal dengan para kompetitornya.

Contoh yang tampak sangat jelas adalah kehadiran ojek online, yang mampu menggusur pendapatan bisnis transportasi yang sudah ada, bahkan mampu menggoyang sebuah perusahaan angkutan yang sudah melantai di bursa. Tentunya fenomena ini hanyalah sebagian kecil dari tanda pentingnya akses ke dunia maya bagi semua bisnis, apapun jenisnya, baik bisnis jasa maupun penjualan barang.

Sebenarnya tidaklah terlalu mahal untuk membuka akses bisnis ke dunia maya. Apalagi banyak portal internet yang menyediakan secara gratis dengan persyaratan terbatas atau yang berbayar dengan beberapa kelebihan sesuai biaya yang dikeluarkan. Bila masih meraba-raba sampai dimana sumbangan akses online ini bagi bisnis, bisa dimulai dari yang gratis, kemudian dikembangkan ke lebih professional.

Intinya tentu saja mengikuti kompetisi yang sedang berjalan, semua bisnis sudah online dengan berbagai kelebihan dan kemajuan yang didapatkan. Pada dasarnya memang memanjakan konsumen, mempermudah akses untuk mendapatakan pelayanan atau barang yang dibutuhkan. Tentunya dengan kondisi penawaran yang sama, mereka yang memberikan layanan yang lebih praktis dan murah akan memenangkan persaingan ini.

Memang masih ada saja perusahaan yang membebankan ongkos atau biaya akses online ke konsumennya. Ini bisa dimaklumi dengan pengeluaran biaya investasi layanan yang sangat besar, butuh banyak aliran pemasukan untuk menjalankannya. Namun pada akhirnya, konsumen akan memilih yang lebih baik dan murah.

Disini kembali bisnis atau usaha, harus memiliki visi pula dalam menyediakan layanan dan biaya yang harus dikeluarkan. Ada banyak program atau software yang tidak berbayar tapi memang cukup sulit maintenance-nya. Butuh skilled staff dan biaya di awal yang cukup besar, tapi sangat murah pengeluaran selanjutnya. Pilihan layanan ini akan selalu ada, dan bisa disesuaikan dengan kemampuan usaha atau bisnis tersebut.

Tuesday, November 24, 2015

Ekonomi Stagnan, Investasi Berpendapatan Tetap jadi Pilihan

Tiada yang bisa menduga ekonomi yang melambat ini akan berakhir, bahkan bisa semakin memburuk. Ini membuat orang malas berinvestasi dan memilih usaha atau bisnis yang pasti-pasti saja. Salah satunya adalah investasi di portofolio berpendapatan tetap.

Setidaknya modal yang disimpan akan tetap menghasilkan, daripada beresiko bahkan merugi. Seperti investasi di bursa saham yang masih minus lebih dari 10 persen dalam setahun ini. Bukan tidak mungkin kondisinya bisa semakin memburuk, soalnya tidak ada tanda-tanda perbaikan, bahkan indikator cederung tidak mengembirakan.

Bicara soal harapan, semua akan berkeinginan untuk optimis, tapi harus tetap pula didasari atas pijakan yang valid. Keajaiban tidak bisa diharapkan dalam perekonomian selama indikatornya masih kurang menyenangkan. Justru dengan tetap berinvestasi dan memiliki pilihan yang aman, maka modal atau kekayaan akan tetap tumbuh.

Banyak investasi berpendapatan tetap yang masih lebih menguntungkan daripada pasar saham yang masih minus pertumbuhannya. Boleh saja memberitakan bahwa pasar saham bisa membuat nilainya berlipat-lipat. Itu dulu saat sedang booming, masa itu sudah berlalu.

Ekonomi sudah mencapai peak atau puncaknya, dan tidak ada kemungkinan untuk didorong lebih ke atas. Siklusnya akan menurun dulu sebelum bertahap untuk berkembang. Persoalannya masa penurunan atau perlambatan ini tidak bisa diduga waktunya, bahkan mungkin cenderung merosot lebih dalam.

Ekonomi akan tetap dihadapkan pada realita, memang pasar saham adalah investasi pada sebuah harapan. Di saat harapan sudah mencapai puncaknya, mau kemana lagi akan dibawa harapan tersebut. Bila kondisi riil masih sangat tertinggal, jangan harap harapan akan bisa dicapai, yang ada adalah turun dulu sebelum kembali tumbuh.

Ada semacam efek domino atas kondisi ekonomi yang terjadi, hanya perkecualian pada sektor konsumsi dimana orang akan tetap makan, maka disinilah investasi berpendapatan tetap bergantung. Buat apa beresiko untuk investasi yang masih rugi, meski dengan janji yang menggiurkan. Justru lebih baik realistis, dan melihat investasi dari sisi peluang yang ada.

Jangan mudah percaya akan janji yang tanpa didasari data yang jelas dan akurat. Jangan pula tergiur atas hal-hal yang sudah berlalu. Kenyataan dan data harus terus dikedepankan agar investasi tetap menghasilkan.

Monday, November 23, 2015

Jalan Berliku Industri Pesawat Terbang Indonesia

Sepertinya pengembangan industri pesawat nasional bakal mengikuti nasib mobnas yang terbengkalai di tengah jalan. Ini karena kurang terlihat visi, kurang mengikuti pasar dan lebih bersifat politis. Memang industri pesawat terbang bisa masuk kategori proyek mercusuar, dengan membanggakan sebagai salah satu Negara asean yang bisa bikin pesawat.

Padahal dana pengembangan industri pesawat nasional ini tidaklah sedikit. Pada akhirnya saat masalah keuangan mendera, maka perjalanannya akan mandek seperti yang sudah-sudah. Sebelumnya laju industri pesawat terbang juga dihentikan saat sudah membuat prototype yang sudah siap terbang.

Memang masuk kategori proyek mercusuar, karena hanya gaya-gayaan dan tidak melihat market yang berkembang. Boleh saja akan ada pesanan yang bakal ngantri saat prototipenya sudah siap terbang. Namun pada akhirnya kembali ke persoalan harga, biaya perawatan dan manajemen pengelolaan pesawat yang mahal.

Kondisi ini juga terjadi pada industri mobil nasional yang berhenti di tengah jalan. Persoalan klasik akan selalu mendera, reabilitas pesawat dan efisiensi bisa menjadi hambatan yang sangat besar. Harusnya manajemen dan pengambil keputusan di industri pesawat terbang bisa berkaca dari yang sudah-sudah.

Mereka bisa berkaca pada nasib industri mobil nasional yang mati suri. Bukan masalah dana atau teknologi, tapi kembali pada reabilitas dan efisiensi. Dengan persaingan di industri sejenis, kita sebenarnya sudah tertinggal jauh. Kita tidak memiliki basic industri manufaktur yang mumpuni, sehingga meski sudah namanya mobnas atau pesawat nasional, komponennya masih diimpor.

Industri nasional tak lebih dari tempat perakitan saja, karena kita membiarkan industri dasar atau industri manufaktur hancur oleh serbuan produk cina. Lalu apa yang bisa dibanggakan bila hanya merakit saja, bila Negara asal komponen tak mau memberi ijin ekspor maka matilah industri pesawat terbang tersebut. Semua ini harusnya menjadi pertimbangan sebelum menghamburkan dana rakyat hanya untuk publisitas atau nasionalisme dangkal.

Ditenggarai banyak proyek pemerintah yang hanya bersifat gaya-gayaan, banyak proyek mercusuar yang masuk dalam anggaran belanja Negara dengan imbal balik yang minim bagi laju perekonomian. Pada akhirnya akan kembali pada persoalan keuangan, utang yang semakin membengkak, karena memang pola pembelanjaan yang tidak produktif. Anggaran Negara tidak digunakan secara ekonomis sehingga terbelenggu oleh pertumbuhan yang minim, inflasi yang tinggi dan ekonomi menjadi stagnan.

Sunday, November 22, 2015

Dilema Freeport dikelola BUMN

Sebenarnya pengelolaan Freeport sudah waktunya diserahkan ke Indonesia. Hanya memang menjadi dilemma saat BUMN yang harus mengelola industri tambang raksasa ini. Bukan karena BUMN tidak mampu, tapi karena manajemen atau SDM BUMN yang masih kurang professional, bisa membuat nasib Freeport seperti pertamina nantinya.

Siapapun tahu bagaimana pertamina yang merupakan BUMN besar dengan monopoli di usaha minyak, tapi pada akhirnya hanyalah perusahaan gendut tak bertenaga. Pertamina masih kalah dengan petronas, yang sebenarnya anak asuh sebelumnya. Pertamina tidak berkembang karena memang tidak dikelola secara professional, terlalu banyak kepentingan didalamnya.

Sebagai BUMN memang wajar peran Negara atau pemerintah dalam hal ini, tapi harusnya tidak sampai mengurusi hal-hal operasional. Harusnya pemerintah mengedepankan pengawasan daripada ikut mencampuri dapur BUMN yang hanya membuat perusahaan Negara ini tidak berkembang. Namun persoalan monopoli juga membuat BUMN ini semakin kalah bersaing dengan diri mereka sendiri.

Sudah banyak BUMN yang meminta PMN dan hanya memberatkan anggaran belanja Negara. Sumbangsihnya pada Negara amat minim, kebanyakan inefisiensi karena memang amburadul pengelolaannya. Mungkin sebaiknya BUMN ini dijadikan sebagai perusahaan terbuka, agar bisa ditingkatkan pengelolaannya sekaligus menjauhkan dari campur tangan politis.

Mungkin benar adanya penunjukan komisaris BUMN oleh pemerintah, tapi hendaknya diisi oleh orang yang kompeten di bidangnya. Juga harusnya diimbangi dengan komisaris independent untuk memutus mata rantai KKN atau nepotisme di dalam perusahaan Negara. Sudah lama BUMN ini kalau subkontrak proyek akan jatuh ke orang itu-itu saja, dalam hal ini orang yang memiliki hubungan dengan pejabat BUMN.

Tentunya ini yang menyebabkan inefisiensi dan korupsi, soalnya pasti akan ada penggelembungan harga tender subkontrak atau markup untuk menutup komisi pihak-pihak yang terkait. Inilah yang menyebabkan BUMN diragukan bisa membuat Freeport berkembang lebih besar lagi. Soalnya itu tadi inefisiensi dalam manajemen operasional yang hanya membuat perusahaan tambang raksasa ini, sama nasibnya seperti pertamina. Hanya jadi katak dalam tempurung, besar karena monopoli.

Sebaiknya memang Freeport menjadi perusahaan publik, dengan sahamnya dimiliki oleh masyarakat Indonesia. Ini bisa dilakukan dengan IPO 51 persen sahamnya di bursa efek Indonesia. Biarkan masyarakat yang memiliki Freeport dan dikelola secara terbuka dan professional.

Saturday, November 21, 2015

Kerjasama RI-Cina Tercoreng Defisit Perdagangan yang Membengkak

Banyak pihak yang mulai meragukan kualitas hubungan RI-Cina yang semakin mesra ini akan menguntungkan Indonesia. Defisit perdagangan yang makin membengkak adalah pangkal persoalan. Ini membuat RI tekor banyak dan hanya menjadi pasar dari industri Cina.

Akibat dari membanjirnya produk cina yang murah ini, diduga telah menghantam industri nasional Indonesia. Banyak PHK terjadi akhir-akhir ini dengan penyebab dari industri kita yang kalah bersaing dengan Produk murah cina. Diduga tidak hanya produk legal yang membanjiri pasar domestik, tapi produk yang illegal jauh lebih banyak lagi.

Persaingan yang ketat di antara importir nasional hingga menghalalkan segala cara dalam mendapatkan produk cina yang lebih murah. Modusnya amat banyak dari mulai impor bahan baku setengah jadi yang sebenarnya hanya rekayasa untuk mengelabuhi larangan impor barang jadi. Semua ini sebagai reaksi dari hubungan perdagangan dengan cina yang sudah tidak terkontrol.

Banyak aturan impor yang berhasil didiktekan oleh bisnis besar hingga aliran produk cina semakin tak terbendung. Apalagi di tengah birokrasi yang rentan akan pengaruh luar, semakin membuat kebijakan impor tidak terkontrol. Defisit perdagangan dengan cina yang membengkak ini seakan dianggap angin lalu, bahkan dengan korban yang sudah berjatuhan seperti hancurnya industri nasional dan PHK masal, bukan menjadi alarm bagi para pengambil kebijakan.

Impor terbesar Indonesia berasal dari Cina dan terbesar pula defisitnya, namun ironinya justru ekspor Indonesia ke cina masih kalah dengan ekspor Indonesia ke Amerika. Memang ekspor ke Amerika menjadi penyokong dalam mengurangi defisit perdagangan dengan Cina. Tidak heran bila pemerintah ingin bergabung dengan TPP, lebih menguntungkan dari sisi perdagangan dalam mengenjot ekspor.

Politik perdagangan kita memang amat lemah dalam melihat defisit perdagangan dengan cina yang semakin membengkak. Diduga beragam kerjasama bisnis yang berujung pemberian loan dengan bunga rendah, membuat pemerintah tak berkutik dalam menghadapi defisit neraca perdagangan dengan cina. Tentu saja ada rasa “pakewuh” bila harus complain masalah defisit perdagangan dengan cina.

Padahal defisit perdagangan dengan cina ini sudah bukan main-main lagi, angkanya sudah sangat mengkhawatirkan. Potensi kerugian terhadap ekonomi nasional semakin besar, semakin dibiarkan defisitnya akan semakin membengkak. Perlahan tapi pasti akan semakin banyak industri nasional yang akan gulung tikar dan jangan menyesal bila angka pengangguran akan semakin besar pula serta bisa menimbulkan dampak sosial yang mengerikan.

Friday, November 20, 2015

Cepat Kaya di Investasi Trading Online?

Bagi yang ingin memiliki tambahan income dari usaha sampingan, trading online merupakan solusi yang tepat. Tidak perlu keluar rumah atau meninggalkan pekerjaan yang ada, trading online bisa dilakukan kapan saja dan dimanapun. Persyaratan yang flesibel inilah membuat trading online menjadi favorit investasi banyak orang.

Hanya saja untuk bisa profit atau untung dari trading online butuh ketrampilan dan analisa yang mumpuni. Tanpa pengetahuan dan keahlian dalam menganalisa pasar bisa membuat trading online menjadi pintu kebangkrutan. Ini sudah terjadi pada banyak orang, mereka menyerah saat profit yang diharapkan tak kunjung datang.

Sebenarnya ada rahasia dibalik trading online yang bisa menguntungkan dan bisa pula merugikan. Kuncinya terletak pada strategi yang dimainkan oleh “Bandar”, dalam hal ini host dari trading online ini. Kebijakan atau policy yang diterapkan oleh Bandar bisa dipelajari sebelum terjun secara serius di trading online.

Mulai dari fee transaksi, fee deposit, fee withdraw, sampai algoritma dari system trading. Semua ini bisa dipelajari dan didapatkan celahnya, sehingga bisa menjadi pintu untuk bisa untung dalam trading. Memang begitulah teknis yang harus dilakukan bila ingin untung di trading online.

Apapun jenis trading online, baik itu emas, forex, bitcoin, saham atau komoditas lainnya. Setiap system ada kelemahan dan itu yang harus dipelajari dulu, bisa diawali dengan porsi kecil sebelum main ke porsi yang lebih besar. Jangan tergiur untuk cepat kaya, namun menyukai tantangan adalah hal yang harus dikedepankan.

Trading online itu memang sangat tricky, Bandar biasanya tidak mudah untuk dikalahkan. Dia memiliki banyak kaki dan tangan untuk mempengaruhi trading, butuh kesabaran untuk tetap mencari celah dan tetap fokus pada celah tersebut. Beberapa yang terlalu bernafsu ingin cepat kaya akan berarkhir dengan kebangkrutan.

Kuncinya memang pada kesabaran dalam melihat celah yang ada. Banyak yang sukses dari trading online ini sehingga membuat beberapa broker masuk ke trading online. Mereka menggunakan dana nasabah untuk bermain di trading online ini, karena memang keuntungannya bisa mengiurkan, bisa menutupi kerugian pada saham yang sedang minus.

Rumor Penggerak Pasar yang Ampuh

Rumor adalah berita yang tidak bisa dipercaya dan tidak diakui keakuratannya, namun seringkali menjadi motor penggerak pasar. Tidak jarang investor lebih mempercayai berita rumor ini daripada laporan keuangan emiten. Padahal ini bisa menjadi bumerang manakala saham yang dikoleksi akhirnya masuk kategori saham busuk.

Kondisi ini berlaku pula di pasar keuangan lainnya, seperti trading forex, emas atau jenis lainnya. Begitu gampangnya pemain atau investor ini digoyang keyakinannya oleh rumor yang belum pasti kebenarannya. Tentu saja ada pihak-pihak yang diuntungkan, dalam hal ini pemain di dalamnya atau broker yang mempunyai kepentingan atas komisi dari investor.

Rumor memang bisa menjadi penggerak pasar yang ampuh, dan ini dilakukan oleh banyak pihak. Dalam sebuah trading floor seringkali keputusan yang dibuat dipengaruhi secara kuat oleh rumor. Tak peduli itu posisi yang dipegangnya sedang bagus, bila arah angin berhembus kelain arah, maka buyarlah keyakinan itu.

Broker yang berpengalaman bisa memanfaatkan hal ini atau menggunakan rumor ini. Demikian pula sebaliknya, broker yang mengerti rumor ini akan bisa menelaah dengan cepat berita ini sambil memasang posisi yang aman untuk ke depannya. Namun pihak yang paling lemah dalam menangkap rumor ini seringkali menjadi korban.

Ini bisa diambil contoh kasus rupiah yang secara eksplisit lebih dikendalikan oleh rumor daripada kondisi rupiah yang sebenarnya. Memang benar posisi rupiah sedang melemah, namun gara-gara rumor posisinya bisa lebih buruk. Sesuatu yang buruk bisa dihubung-hubungkan hingga menjadi sentiment negative bagi rupiah.

Begitulah kalau trading di pasar keuangan, apalagi yang online dimana pemainnya atau brokernya bisa saling berkomunikasi, maka peran rumor akan semakin besar. Saat broker yang berkepentingan ingin menggerakan pasar, hanya dengan berita satu arah bisa membuat pasar bergerak dengan cepat. Tidak heran situasi di trading ini bisa sangat kacau, panik sehingga keputusan yang dibuat bisa beresiko menjadi blunder.

Ada dilemma dijual bisa rugi kalau tidak dijual akan rugi banyak. Biasanya ini membayangi trader jangka pendek yang akan “loss” bila terlambat dalam mengambil sikap. Disini pasar jangka pendek digerakan oleh rumor yang sebenarnya belum tentu benar atau akurat.

Thursday, November 19, 2015

Dampak Teror, Pemeriksaan di Bandara diperketat kembali

Mengulang kisah teror di amerika, pemboman atas pesawat rusia dan teror Paris telah membangunkan kembali kesiagaan di bandara. Pemeriksaan kembali diperketat dengan waktu screening yang lebih lama dari sebelumnya. Bisa jadi lebih lama waktu screeningnya dibandingkan lamanya penerbangan.

Namun yang perlu diperhatikan, penumpang pesawat wajib check-in lebih awal, agar memiliki waktu yang lebih longgar dengan saat boarding. Ini tentunya agar tidak sampai ketinggalan pesawat. Juga saat transit untuk ganti pesawat, usahakan tidak belanja dulu karena masih ada screening lagi. Semua ini memang gara-gara aktifitas teror yang semakin meluas.

Waktu perjalanan dengan pesawat terbang tidak bisa diharapkan lebih cepat lagi, ini terutama dengan penerbangan internasional. Namun diperkirakan tak begitu berpengaruh pada dunia pariwisata. Hanya memang adanya peningkatan pemeriksaan di bandara ini bisa mengurangi rasa nyaman perjalanan dengan pesawat terbang.

Bagi turis mungkin masih memiliki waktu lebih longgar dibandingkan mereka yang melakukan perjalanan bisnis. Waktu adalah uang mungkin akan berbentur dengan waktu adalah keselamatan dalam perjalanan. Semua akan rela mengorbankan waktunya demi mendapatkan rasa aman yang sekarang semakin mahal dan sulit didapat.

Terjadinya teror Paris memang tidak terduga, bahkan pihak intelejen Prancis maupun Amerika tak mendeteksi adanya sinyal akan adanya serangan tersebut. Hanya pihak Israel yang mencium gelagat serangan tapi terlambat untuk berkoordinasi. Perlu juga diperhatikan, teror tidak lagi memandang siapa secara individu.

Saat ini teroris banyak mengincar kawasan landmark untuk menaikan popularitas mereka. Diduga ini menyangkut funding, dari ulasan banyak kalangan memang menyarankan untuk menghindari tempat wisata popular yang mungkin menjadi target para teroris. Hindari keramaian di kawasan wisata yang memiliki rasio resiko lebih tinggi dibandingkan daerah wisata yang sepi pengunjungnya.

Untuk sementara dampak aksi teror paris akan berpengaruh pada kunjungan wisata di tanah air. Disini pemerintah harus segera merespon dengan meningkatkan kesiagaan, memberi sinyal ke publik bahwa ada respon positif untuk menjaga keselamatan dan keamanan dari ancaman teroris. Tindakan yang tepat secara implisit akan meningkatkan kepercayaan turis terutama wisman akan keseriusan pemerintah menjaga keselamatan para turis.

Divestasi Saham Freeport lewat pasar modal lebih Menguntungkan dibandingkan Diambil Alih oleh Negara

Kekayaan alam yang vital memang pantas dikuasai oleh Negara, tapi tidak oleh BUMN. Dalam sejarahnya SDA yang melimpah tidak melahirkan perusahaan raksasa seperti yang terjadi di Negara lain. BUMN lebih sekedar hanya sapi perah kepentingan politik hingga tidak pernah berkembang seperti BUMN di Negara lainnya.

Lihat saja Petronas yang bisa mengalahkan Pertamina, ini bukan karena SDA Malaysia lebih besar dari Indonesia. Namun Petronas memang dikelola oleh SDM yang mumpuni dan jauh dari kepentingan politis. Apalagi kalau dibandingkan dengan BUMN-nya Singapura, maka lebih tidak ada apa-apanya.

Semua ini karena kepentingan politis sudah berurat akar di BUMN kita. Setiap tender yang diadakan tidak pernah efisien, subkontrak akan jatuh ke orang itu-itu saja, meski ditenderkan dengan cara apapun. Itulah BUMN kita, sehingga inefisiensi dan mismanajemen membuat perusahaan Negara tidak pernah berkembang.

Sudah berkali-kali BUMN selalu minta suntikan modal dari Negara, istilahnya juga dari rakyat. Tanpa pernah memberikan perkembangan yang menggembirakan. Jauh dari BUMN tetangga sebelah yang bisa dikelola secara professional. Kondisi ini bisa terjadi bila Freeport diambil alih oleh Negara, situasinya akan sama seperti pertamina.

Freeport yang sekarang berkembang dengan cepat karena memang dikelola secara professional oleh orang-orang yang berada dibidangnya. Ini sebenarnya yang harus dijaga kelangsungannya agar bisa memberikan sumbangsihnya bagi Negara. Ide divestasi lewat pasar modal jauh lebih menguntungkan daripada diambil alih oleh Negara yang nasibnya bisa sama seperti Pertamina.

Dengan divestasi dan sahamnya dipegang oleh publik, maka Freeport akan tetap menjadi perusahaan publik. Freeport akan dikelola orang yang ahli di bidangnya, bukan orang-orang titipan parpol yang hanya akan memperburuk perkembangan Freeport. Tentu saja dengan divestasi, kendali Freeport akan berada di tangan Negara, namun dengan juga dimiliki publik maka akan membuat perusahaan ini tetap terbuka.

Freeport harus terus berkembang dan dikelola secara professional. Seluruh menajemennya adalah orang-orang yang ahli di bidangnya, dan tak boleh orang politik masuk di dalamnya. Demikian pula dengan seluruh BUMN yang seharusnya diisi oleh orang-orang yang kompeten.

Wednesday, November 18, 2015

Sentimen Negatif Bermunculan, Rupiah Kembali Melemah

Setelah menikmati masa stabil beberapa minggu, akhirnya rupiah kembali melemah. Kali ini dengan tekanan yang semakin berat. Sebelumnya isu suku bunga amerika menjadi sandungannya, tapi saat ini bertambah dengan isu terror yang semakin mengemuka.

Seperti kasus-kasus terror sebelumnya, dollar akan semakin perkasa. Demikian pula saat ini posisi dollar menguat hampir terhadap semua mata uang dunia. Amunisi dollar cukup banyak, dari rencana kenaikan suku bunga, sebagai mata uang safe haven saat situasi keamanan beresiko tinggi hingga kondisi perekonomian amerika yang membaik.

Memang nasib rupiah masih kurang beruntung, masa tenang dengan posisi rupiah yang stabil ini sudah berlalu. Rupiah kembali dalam spotlight, menjadi sorotan dengan kemungkinan terburuk menembus level terendah sebelumnya. Ini dimungkinkan dengan minimnya sentiment positif.

Pemerintah dengan dana yang besar, masih kurang responsif menyikapi kondisi ekonomi yang berkembang. Masih terlalu pede dan fokus dengan proyek infrastrukturnya, padahal kalau bisa bijak membelanjakan anggaran pada sektor ekonomi produktif, maka nasib rupiah bisa lebih baik. Pemerintah masih percaya model ekonomi “warung kopi” akan mampu mengundang investor dan menguatkan rupiah.

Pemerintah masih percaya dengan proyek infrastruktur akan mampu mengundang investor dan memperkuat rupiah. Namun kenyataannya rupiah kembali dalam tekanan berat dan balik ke level terendahnya. Kondisi ini akan jauh berbeda, bila pemerintah bisa memanfaatkan waktu yang sempit dan anggaran yang besar dengan menggerakan ekonomi produktif hingga bisa memperkuat rupiah.

Boleh dibilang pemerintah salah strategi dalam menghadapi masa depan rupiah yang semakin suram. Banyak Negara bisa dengan cepat konsolidasi saat tekanan terhadap mata uangnya mereda. Namun ini tidak dilakukan oleh pemerintah dan masih keukeuh dengan proyek infrastrukturnya.

Memang proyek infrastruktur sangat penting untuk memperbaiki perekonomian, tapi masih kalah urgensinya dengan membangun ekonomi produktif. Dalam beberapa minggu ke depan, konsentrasi pemerintah akan kembali terseret oleh pergerakan rupiah. Suatu persoalan yang sering terjadi dan pemerintah tak mampu untuk mengelolanya dengan baik, karena memang tidak memiliki strategi yang jitu dalam menghadang pelemahan rupiah lebih lanjut.

Peluang Bitcoin Mengalahkan Investasi Lainnya

Sejak kemunculan bitcoin, banyak yang tidak menduga bisa menjadi model investasi. Nilainya yang terus meroket membuat orang berani menyimpan bitcoin ini dalam waktu lama. Padahal bitcoin ini juga seperti investasi lainnya, amat sangat beresiko dan nilainya bisa nol atau hilang dalam sekejap.

Ketertarikan orang atas bitcoin ini cukup wajar, bayangkan sejak diluncurkan nilainya sudah berlipat-lipat dari mata uang dollar. Pernah mencapai nilai tertingginya terhadap dollar, sebelum akhirnya turun lagi karena banyak lembaga keuangan dunia tidak mengakui bitcoin ini. Namun tetap saja masih sangat bernilai melebihi komoditas emas, minyak bahkan beragam investasi lainnya.

Orang beranggapan investasi bitcoin seperti forex atau sejenis investasi online lainnya. Namun bitcoin bisa dibelanjakan, banyak merchant di dunia maya sudah mengadopsi bitcoin sebagai mode pembayarannya. Ini membuat permintaan akan bitcoin semakin meningkat.

Beberapa waktu yang lalu dikabarkan ada “rush” bitcoin yang membuat nilainya melonjak 100 persen lebih hanya dalam 3 minggu. Banyak yang berspekulasi adanya aliran harta orang kaya cina keluar negeri dengan menggunakan media bitcoin. Namun inipun bisa ditepis, karena nilai bitcoin tidak susut sampai saat ini.

Hanya memang nilainya berkurang 20 persen sejak kenaikannya yang melebihi seratus persen. Namun ada berita lain yang mungkin selaras dengan kenaikan bitcoin, yaitu merebaknya investasi MLM model piramida yang menggunakan bitcoin sebagai medianya. Tentu saja ini membuat permintaan bitcoin cukup tinggi.

Namun sebenarnya yang mendorong bitcoin melebihi investasi lainnya adalah penggunaan bitcoin yang semakin meluas. Menurut lembaga survey independent, diperkirakan separuh dari OKB dan anak muda cina menggunakan bitcoin saat online atau belanja online. Ini bisa dimaklumi seiring pertumbuhan ekonomi cina yang booming waktu itu.

Ini membuat permintaan bitcoin yang terus meningkat akan membawa nilai bitcoin bisa tembus ke level tertingginya. Bila dibandingkan dengan investasi lainnya, sebenarnya investasi bitcoin juga memiliki resiko yang tinggi. Meskipun aman dan memiliki system penyimpanan kualitas militer, bitcoin masih memiliki banyak celah.

Pemilik yang teledor dalam menyimpan waletnya bisa saja dibobol oleh hacker, atau hilang seperti asap saat computer tempat menyimpan mengalami kerusakan. Semua ini harus menjadi pertimbangan saat memutuskan memilih bitcoin sebagai bentuk investasi. Sekali lagi jangan simpan investasi anda dalam satu tempat, pecah dan manfaatkan semua mode investasi agar kekayaan anda bisa terbagi resikonya.

Tuesday, November 17, 2015

Kenapa BI Nggak Berani Turunkan Rate?

Banyak kalangan meminta penurunan BI rate, namun BI enggan untuk melakukannya. Diduga tekanan pada rupiah yang masih berat, membuat BI tak mau mengorbankan posisi rupiah demi sesuatu yang tidak pasti. Meskipun alasan penurunan BI rate cukup logis, tapi bisa membuat blunder perekonomian.

Lihat saja amerika yang berencana menaikan suku bunga, kok berani-beraninya Indonesia menurunkan suku bunganya. Tentunya ini tindakan bunuh diri, apalagi dengan dengan gejolak eksternal yang tak kunjung reda. Lagian alasan untuk menurunkan BI rate masih terbilang kurang kuat.

Misal saat pemerintah meminta BI rate turun untuk menggairahkan pasar keuangan dalam hal ini pasar saham. Sebenarnya ada benarnya orang akan menghitung-hitung bunga deposito dengan keuntungan saham. Namun dengan posisi indeks yang masih minus, orang juga nggak berani masuk ke pasar saham, tentunya lebih memilih investasi yang berpendapatan tetap.

Dari contoh diatas terlihat alasan untuk menggairahkan saham bisa dinil-kan dengan pertimbangan yang lebih kuat. Pasar saham akan bergairah bila kondisi riil juga bergerak. Penurunan BI rate tidak serta merta akan menggerakan pasar saham.

Kalangan industri juga menginginkan BI rate turun, ini dengan alasan untuk menggerakan industri. Namun alasan ini masih bisa dinil-kan, ini mengingat andai BI rate diturunkan, produk industri masih kalah bersaing dengan produk cina. Juga diduga industri hanya menggunakan untuk perdagangan daripada menggerakan industri yang sesungguhnya.

Untuk menyaingi cina, industri harus mendapatkan paket kemudahan yang komplet. Mulai dari listrik murah, insentif ekspor, kemudahan aturan, disamping bunga kredit yang hanya salah satu dari sekian kemudahan. Semua ini tidak akan berefek pada industri bila tidak serentak diberikan.

Seringkali kontek penurunan BI rate dalam penilaian sisi yang berbeda hingga membuat situasi menjadi blunder. Mengharapkan BI rate turun dengan alasan yang kurang kuat. Saat ini rupiah memang masih dalam tekanan dan salah satu komponen untuk menghadang adalah BI rate disamping cadangan devisa yang sudah menipis.

Jangan samakan kasusnya dengan Cina ataupun India yang sudah menurunkan suku bunganya. Kasusnya beda, kedua Negara tersebut sudah memiliki posisi keuangan yang baik dan perdagangan yang bisa diandalkan. BI rate hanya bisa turun bila tekanan pada rupiah menurun atau paling tidak kinerja ekspor sudah sangat bagus seperti era 2008-2010.

Nasib Startup seperti UKM Informal

Sebenarnya startup bukanlah UKM, banyak dari mereka menjadi korporasi besar di dunia. Namun pada awal pendirian, banyak startup seperti UKM informal. Nasibnya bisa 11-12, apalagi iklim investasi di Indonesia yang kurang responsif. Disini investornya baru gerak saat startup sudah menghasilkan.

Padahal startup itu seringkali cukup panjang perjalanannya, bahkan bisa sampai 4-5 tahun tidak profit. Ini membuat banyak startup yang sebenarnya mumpuni bisa gulung tikar. Persoalannya memang klasik seperti UKM informal yang akan kesulitan mendapatkan dana dari perbankan.

Meskipun startup boleh dibilang sudah bankable system keuangannya, tapi biasanya sulit memenuhi kriteria mendapatkan kredit dari perbankan. Rasio pendapatan terhadap kewajiban bisa sangat tak berimbang. Ini sebabnya sulit diloloskan bila mencoba mencari dana di perbankan.

Di amerika sendiri tempat tumbuh suburnya startup, kebanyakan dana operasional dari saku founder dan cofoundernya. Mereka juga sama-sama sulit mendapatkan dana dari perbankan. Hanya memang para pendiri startup ini bisa pinjam sana-sini menggunakan jaminan atau akses ke perbankan diluar jaminan dari startupnya sendiri.

Baru saat startup berkembang dan menghasilkan, maka lembaga perbankan akan mau memberi pinjaman atau kredit. Saat kondisi keuangan masih belum positif, selamanya startup akan bergantung dari saku founder maupun cofoundernya. Maka dari itu dalam membuat startup harus pandai-pandai memilih cofounder.

Ini penting dalam proses mengembangkan startup ini kedepannya. Cari cofounder harus sesuai dengan kebutuhan startup, bukan asal-asalan. Misal lebih memilih teman daripada mereka-mereka yang dibutuhkan oleh startup. Usahakan untuk memilih cofounder yang ahli dan dibutuhkan oleh startup atau cofounder yang punya dana lebih sehingga cukup untuk bertahan selama beberapa tahun.

Beberapa startup yang menjadi korporasi besar saat ini, pada awalnya bukan tumbuh dengan cepat dan mendapatkan dana dari perbankan. Mereka mengalami nasib yang sama seperti UKM informal. Mereka mencari dana di luar lembaga keuangan dan tumbuh kembang kempis selama beberapa tahun.

Disini pentingnya menjaga “marwah” atau visi dari didirikannya startup tersebut. kemampuan untuk bertahan adalah kunci dari suksesnya startup tersebut kedepannya dan persoalan keuangan adalah masalah utama yang harus bisa dikelola dengan baik.

Monday, November 16, 2015

Teror Meluas, Rupiah Tertekan

Seperti yang sudah-sudah, saat teror mengganas di Indonesia, rupiah berada dalam masa suram. Ini cukup wajar, dengan tingkat keamanan yang meningkat maka resiko investasi semakin tinggi. Apalagi Indonesia memiliki riwayat kelam menjadi medan tempur para teroris, maka teror di paris membuat mata uang garuda akan kembali mengalami tekanan berat.

Beberapa investor asing sudah mendapatkan peringatan dari pemerintah masing-masing akan resiko keamanan yang semakin tinggi. Ini berarti sudah waktunya memperhatikan tempat-tempat yang rawan jangkauan teroris. Meskipun saat ini sudah tak ada tempat lagi yang aman, tapi setidaknya sudah ada guideline untuk mulai meninggalkan tempat-tempat dengan resiko keamanan yang tinggi.

Rupiah yang selama ini rentan oleh gejolak eksternal, juga tak bisa menghindari dampak dari teror di paris, prancis ini. Sejak peristiwa pengeboman pesawat rusia dan penembakan di paris, rupiah lambat laun melemah cukup tajam. Dalam beberapa hari cenderung turun dengan cepat dan tak ada respon untuk balik.

Ini menandakan akan terjadi hal besar pada rupiah, meski indikator makro masih menunjukan tren positif. Boleh dibilang akan ada adu kuat antara sentiment positif dan negative dengan kemungkinan besar rupiah akan masih melemah. Selama ini rupiah amat bergantung pada investor asing, lihat saja dominasi mereka di pasar keuangan.

Tentu saja ini membuat posisi rupiah maupun ekonomi Indonesia dalam masa kritis. Harga sebuah kenyamanan dan keamanan memang sangat mahal, namun efek dan dampaknya juga bisa lebih mahal lagi. Begitu besar kerugian yang diderita Indonesia saat menjadi medan tempur para teroris, maka dari itu pemerintah harus siaga satu saat terror di paris terjadi.

Meskipun jauh sekali antara Indonesia dan paris, tapi kita memiliki sejarah yang sama dengan Prancis dalam menghadapi terror. Perancis di kenal sebagai Negara multiras dan menerima pendatang dengan terbuka. Meskipun gerakan garis keras ultranasionalis mulai berkembang, tapi perancis masih terbilang moderat dan ramah dengan pendatang.

Demikian pula dengan Indonesia yang multiras ini yang dengan mudahnya memanas bila dipicu oleh isu yang sensitif, maka inilah yang menjadi concern investor maupun pemerintah asing dalam memandang Indonesia sebagai Negara yang tingkat keamanannya masih diawasi. Tentu saja ini membuat aspek ekonomi mengikuti policy yang menjadi dasar dalam menghadapi Indonesia.

Rupiah tertekan akhir-akhir ini sudah bisa diprediksi dan akan terus terjadi sampai isu keamanan bisa dikontrol dengan baik. Disini pemerintah harus terus siaga dan waspada, agar terror tidak kembali ke Indonesia. Apalagi dengan kondisi ekonomi yang masih sulit, kebobolan sedikit saja bisa memicu eksodus investor asing keluar Indonesia.

Neraca Perdagangan masih surplus, hanya Defisit dengan Cina masih Melebar

Surplus neraca perdagangan lebih dikarenakan nilai impor yang menurun tajam. Meski nilai ekspor juga turun, tapi tak sebesar penurunan nilai impor. Besar kemungkinan turunnya daya beli masyarakat membuat konsumsi masyarakat akan barang impor berkurang.

Apalagi dengan pelemahan rupiah beberapa waktu lalu, maka praktis membuat barang impor lebih mahal. Bagi bahan produksi mungkin masih terus jalan impornya, tapi tidak untuk produk impor yang mulai mencari substitusi yang lebih murah. Meski sangat sulit mencari produk yang lebih murah dari negeri cina.

Lihat saja bila kita amati produk-produk cina yang masuk pasar tradisional dan supermarket modern, rata-rata memiliki harga yang jauh lebih murah dari pesaingnya. Contoh sederhana seperti lampu hemat energi, mainan anak-anak, yang boleh dibilang merajai pasar di dalam negeri. Ini membuat sulit sekali untuk bisa keluar dari defisit yang sangat besar dengan cina.

Disamping itu pula melambungnya investasi cina di Indonesia, mendorong pemakaian barang-barang cina. Seperti mesin-mesin untuk industri, peralatan konstruksi, yang sebenarnya ada dan bisa diproduksi di dalam negeri, namun karena tender proyek dimenangkan oleh perusahaan cina, maka menjadi hak “prerogatif” menggunakan barang mereka.

Diperkirakan defisit neraca perdagangan dengan cina yang semakin melebar ini dikesampingkan oleh pemerintah saat ini. Pertimbangan investasi dari cina yang besar, kucuran hutang atau pinjaman dari cina, cukup membantu finansial rupiah yang kembang kempis diterjang gejolak global. Pertimbangan inilah yang membuat pemerintah adem ayem atas defisit perdagangan dengan cina yang semakin melebar.

Padahal diperkirakan defisit yang besar ini sudah menekan sendi perekonomian rupiah. Penyebabnya adalah posisi bargain Indonesia yang tidak seperti amerika saat menghadapi defisit perdagangan dengan Jepang. Amerika bisa teriak-teriak dan marah terhadap Jepang hingga pemerintah Jepang mengalah dengan impor lebih banyak dari Amerika untuk menyeimbangkan neraca perdagangan.

Ini tidak mungkin dilakukan oleh pemerintah Indonesia, Protes ataupun permintaan penyeimbangan neraca perdagangan adalah hal yang mustahil dilakukan. Kuncuran investasi dan pinjaman yang besar sudah mengikat dan membelenggu langkah yang benar dalam menyeimbangkan neraca perdagangan dengan cina. Kita sudah takluk secara ekonomi sehingga menihilkan langkah politis di masa depan. Defisit neraca perdagangan yang semakin melebar dengan cina akan menjadi bumerang di kemudian hari.

Sunday, November 15, 2015

Dampak Teror Paris bagi Investasi di Indonesia

Serbuan teroris langsung ke jantung pusat investor di Paris ini mulai membuka luka lama kasus-kasus teror di Indonesia. Kita sempat mengalami masa-masa suram sebagai tempat yang tidak nyaman buat orang asing, yang berarti tidak nyaman buat investor. Namun secara bertahap pemerintah mampu mengembalikan posisi Indonesia sebagai surga bagi investasi.

Pemerintah mampu membabat habis jaringan teroris, meski sel-sel kecil masih beroperasi secara autonomi atau sendirian. Namun sudah tidak memberi ancaman berarti, hingga travel warning sudah tak lagi disandang oleh Indonesia. Kepercayaan ini memang buah kerja yang tidak mudah, mereka yang 24 jam berkerja di belakang layar memonitor pergerakan teroris ini patut diapresiasi hingga Indonesia menjadi aman dan nyaman buat berinvestasi.

Kini fokus para teroris ini beralih langsung ke pusat investor di eropa. Mereka memanfaatkan krisis di Suriah sebagai pintu masuk ke eropa, tempat yang sebelumnya nyaman untuk hidup ini harus mulai bersiaga menghadapi sesuatu yang tidak pasti. Praktis ini membuat perubahan policy di pemerintahan Negara eropa dalam menghadapi teroris.

Sebelumnya Negara hotspot seperti Indonesia menjadi medan perang melawan teroris, maka situasinya sudah berubah total. Bisa diartikan akan ada perubahan besar-besaran dalam memburu sel-sel teroris yang masih hidup. Mungkin Indonesia akan kembali menjadi sorotan, dan masuk dalam daftar Negara yang harus diwaspadai.

Namun bukan berarti akan mengisolasi Indonesia, tapi kemudahan dalam berbagai hal akan berubah. Mulai dari persoalan imigrasi, tenaga kerja, pariwisata, semua kebijakan akan berubah secara total. Dampaknya mungkin tak begitu terasa, tapi akan memberi pengaruh signifikan dalam investasi.

Eropa mungkin bukan investor terbesar di Indonesia, namun jaringan investasi mereka bisa jadi yang terbesar di Indonesia. Perusahaan multinasional yang beroperasi di Indonesia memiliki hubungan dengan jaringan eropa. Dengan standar dan kebijakan yang sama, maka akan mempengaruhi posisi Indonesia selanjutnya.

Segala hal yang terjadi di Indonesia akan menjadi sorotan, termasuk rilis resmi penyebab jatuhnya pesawat air Asia di Indonesia. Ini mengingat jatuhnya pesawat rusia ada kaitan erat dengan ulah teroris. Bisa jadi bila pemerintah Indonesia tidak mampu mengelola kondisi yang berkembang, maka akan menekan prospek investasi di Indonesia.

Saturday, November 14, 2015

Pengaruh Pangkalan Subic bagi Kepentingan Nasional Indonesia

Mungkin terlalu jauh menghubungkan masa depan Freeport di papua dengan kehadiran kembali Amerika di pangkalan Subic. Apalagi Amerika sudah lama menempatkan ribuan marinir dan armada USMC di Darwin Australia. Bagian timur Indonesia jauh hari sudah dalam pengaruh Amerika tanpa bisa dibalas oleh Jakarta.

Meskipun Jakarta sudah berencana membangun armada ketiganya di Sorong, masih kalah cepat dengan aktifitas USMC di kawasan Indonesia Timur. Bila dihitung patroli yang dilakukan armatim masih kalah jauh dengan lalu lalang armada USMC maupun US Navy di Indonesia Timur. Beberapa kali rombongan LPD USMC dengan membawa skuadron osprey menyambangi Bali dan menyisir bagian timur Indonesia.

Kehadiran kembali Amerika di Subic, Philipina mungkin akan mempercepat pembangunan armada ketiga Indonesia, disamping memang serba kalah cepat. Namun cukup menjadi “presence”, bahwa Jakarta tidak tinggal diam dengan pergerakan armada amerika. Dari kepentingan nasional Indonesia yang sudah dalam posisi yang semakin sulit.

Kehadiran kembali Amerika  di subic juga memotong aliansi Jakarta-beijing yang semakin mesra akhir-akhir ini. Praktis saja Jakarta tak punya back-up bila Papua menggeliat, atau cina tak akan mendapatkan dukungan bila laut cina selatan memanas. Disini langkah amerika kembali ke subic membuat perubahan konstelasi di asia tenggara dan asia timur.

Sudah lama Jakarta ingin memutus pengaruh amerika di papua, apalagi dengan tekanan dari berbagai pihak yang semakin membesar. Hanya saja anggaran yang terbatas, membuat sulit bagi Jakarta menangkal pergerakan politik amerika. Posisi Jakarta Cuma bisa mengikuti, sebari mencari jalan keluar dari pengaruh amerika.

Papua masih terlalu berharga untuk dilepas, kekayaan alamnya menjadi sumber penting bagi perekonomian Indonesia. Langkah pemerintah yang mengelontorkan dana cukup besar dalam membangun infrastruktur di papua dan Indonesia timur adalah langkah yang patut dipuji. Ini menandakan bahwa Jakarta masih memiliki pengaruh yang kuat atas kawasan Indonesia timur.

Jakarta harus cerdik dalam menyikapi habisnya masa kontrak Freeport di papua. Besar kemungkinan kontraknya akan diperpanjang dengan persyaratan yang semakin menguntungkan Jakarta. Ingat bila tak mampu menandingi, maka merangkulnya adalah hal yang terbaik.