Pages

Tuesday, December 22, 2015

Reusable Roket, Era baru Perjalanan Ruang Angkasa yang Lebih Murah

Keberhasilan sebuah perusahaan swasta amerika mendaratkan booster roket dalam posisi utuh, membuat sejarah baru perjalanan ruang angkasa. Era baru perjalanan keluar dari planet bumi yang lebih murah. Selama ini biaya pengadaan booster roket yang sekali pakai ini menjadi penghambat mahalnya biaya mengirim manusia aau barang keluar angkasa.

Boleh dibilang selama ini perjalanan keluar angkasa, seperti program turis luar angkasa menghabiskan ongkos jutaan dollar perorang. Bila penggunaan reusable roket ini berhasil dijalankan, maka biayanya bisa dipangkas hanya menjadi ribuan dollar. Ini berarti akan semakin banyak transportasi keluar angkasa yang bisa dilakukan.

Bukan tidak mungkin pula nantinya ongkos ke bulan atau ke mars sekalipun bisa layaknya seperti biaya perjalanan antar benua seperti pada saat ini. Kuncinya memang pada booster roket yang bisa digunakan kembali. Ini sekaligus membuka kesempatan eksplorasi ke planet-planet terjauh dari bumi.

Kini momentum bersejarah ini berhasil membuka harapan baru bagi perjalanan manusia jauh keluar planet bumi, seperti menuju mars. Memang hanya masalah waktu dan tahapan yang sulit ini sudah bisa dicapai oleh perusahaan swasta amerika. Privatisasi program luar angkasa amerika ini telah membuka revolusi baru di dunia antariksa.

Meskipun sebelumnya badan angkasa amerika ini memang sudah cukup banyak buah tangannya dalam mengirim manusia keluar angkasa, namun tidak secepat apa yang dilakukan oleh perusahaan swasta ini. Memang kerja keras telah membuahkan hasil dan privatisasi ini telah membuat program ruang angkasa menuju kea rah yang benar. Bukan tidak mungkin dalam waktu dekat ini akan tercipta sejarah baru yang telah diharapkan sebelumnya.

Target program luar angkasa amerika memang kolonisasi planet mars atau menuju pembuatan kota mars. Nantinya dengan mudahnya landing maupun balik lagi bisa dilakukan dengan reusable roket ini. Tanpa perlu landasan atau tempat mendarat yang berarti.

Era reusable roket ini bisa dipandang sebagai kesuksesan sebuah privatisasi. Suatu hal yang harus dilakukan oleh BUMN di negeri ini agar bisa besar dan berdiri sejajar dengan korporasi besar amerika. Sudah waktunya BUMN ini menjadi perusahaan terbuka agar bisa mencapai akselerasi dalam pertumbuhan bisnisnya.

Monday, December 21, 2015

Libur Akhir Tahun, Bursa Makin Sibuk

Siapa bilang pemain bursa akan libur saat liburan akhir tahun? Memang sih lantai bursa akan libur, namun tidak untuk para pemain bursa. Dimana terjadi kesibukan luar biasa menyambut tahun baru.

Pada saat liburan akhir tahun, momen ini digunakan oleh emiten menyiapkan langkah besar di awal tahun. Biasanya kegiatan di belakang layar ini sangat krusial dan sangat cepat terjadi. Seperti rencana akuisisi, bisa sangat cepat terjadi.

Di amerika misalnya, para jajaran eksekutif korporasi melakukan lobi-lobi ketat selama liburan akhir tahun. Sampai-sampai para pengawai atau staff perusahaan tidak mengetahui bahwa perusahaannya sudah berpindah tangan atau dicaplok perusahaan lain di awal tahun. Semua ini bisa terjadi dengan cepat dan mengagetkan pada awalnya.

Namun dengan ritme yang biasa terjadi, maka di Amerika sendiri sudah biasa berganti majikan atau pemilik tanpa gejolak berarti. Biasanya perampingan hanya dilakukan di jajaran manajerial, sedangkan para staff atau pekerja masih dipertahankan saat proses akuisisi atau pencaplokan terjadi.

Di amerika memang caplok mencaplok sering terjadi pada awal tahun, dengan proses yang sangat cepat di liburan akhir tahun. Para korporasi ini mampu tumbuh dengan cepat dengan dicaplok atau mencaplok perusahaan lain. Biasanya memang ada proposal yang tidak bisa ditolak oleh kedua belah pihak.

Soalnya proses akuisisi akan sangat menguntungkan kedua belah pihak, baik dari kalangan investor atau kreditor kedua perusahaan. Biasanya mereka akan sangat diuntungkan dengan prospek atau goreng-menggoreng yang dilakukan dengan cepat saat proses akuisisi. Mereka memanfaatkan momen yang baik sehingga mampu meraih hati investor di bursa saham.

Meskipun kadang dalam perjalanannya setelah proses akuisisi bisa saja nilai sahamnya akan meredup. Namun setidaknya mereka sudah diuntungkan dari memiliki saham unggulan di awal tahun. Di bursa saham Indonesia kegiatan awal tahun biasanya tak semeriah di amerika.

Pertumbuhan emiten masih sangat lambat dengan pergerakan aktifitas yang masih sangat pelan sekali. Apalagi yang namanya proses akuisisi perusahaan lain masih sangat lambat untuk dibicarakan apalagi dilakukan. Emiten kita masih belum begitu aktif seperti korporasi di amerika, mungkin kedepannya akan banyak corak mewarnai awal tahun di bursa saham Indonesia.

Thursday, December 17, 2015

Dilema Larangan Ojek Online

Keputusan pemerintah melarang ojek online menimbulkan dua sisi dampak yang berlawanan. Banyak pihak menganggap larangan terhadap ojek online ini bisa memiliki dampak negatif bagi perekonomian. Meskipun pada dasarnya memang penggunaan kendaraan roda dua untuk angkutan umum menyalahi aturan.

Penyebabnya juga dari pemerintah sendiri yang sejak awal membiarkan ojek ini tumbuh berkembang. Jauh sebelum ojek online ini muncul, sudah ada ojek tradisional yang melayani rute jalanan umum. Pembiaran ini menyebabkan munculnya ojek online.

Padahal ojek online ini diperkirakan sudah menyerap ribuan tenaga kerja bahkan jutaan, tanpa satu sen-pun uang Negara. Pemerintah dinilai tidak peka akan nasib mereka yang hidup dari ojek online dan manfaatnya dari sisi ekonomi yang sangat besar. Juga diperkirakan ada ketidak sinkronan antara policy di kementrian.

Bukankah presiden sendiri yang mengapresiasi dan membanggakan ojek online ini? Bukankah presiden sendiri yang memamerkan ojek online ini dalam kunjungan ke Amerika? Keputusan larangan ini tentu saja disesalkan banyak pihak yang memandang langkah pemerintah ini terlalu birokratif.

Ada semcam ketidakpaduan dalam kebijakan di pemerintah, masing-masing jalan sendiri. Ini bisa juga disebabkan oleh aturan yang tidak padu, disamping pola kementrian yang masih birokratif. Memang berlawanan dengan nafas dari paket deregulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Ada semacam preseden buruk atas larangan ojek online dan taxi online ini terhadap ekonomi, terutama iklim berinvestasi. Persoalan aturan yang birokratif  atau kaku dan aturan yang berubah-ubah hingga bisa merugikan investasi. Semangat gerakan menarik investasi bisa tercederai dengan adanya larangan ini.

Satu hal yang mungkin menjadi pertanyaan besar, apakah larangan ojek online ini sepengetahuan presiden. Soalnya kontradiksi dengan visi presiden membangun dan mempercepat laju perekonomian. Apalagi bila melihat manfaat besar ojek online ini bagi perekonomian, maka larangan ini menjadi hal yang disayangkan.

Harusnya pemerintah bisa memberi solusi, dengan permen atau perpres yang akan mengakomodasi ojek online ini ke dalam angkutan umum. Disini memang perlu tangan dingin dan kreatif dalam mengembangkan potensi bagi perekonomian daripada mematikan hal-hal yang baik. Namun bisa jadi ada pihak yang dirugikan dengan ojek online ini sehingga larangan ini akhirnya muncul, ini menyangkut omset angkutan umum tradisional yang tersaingi oleh kehadiran ojek online ini.

Wednesday, December 16, 2015

The Fed sudah naikan suku bunga, akankah Rupiah bakal makin tersungkur?

Keputusan the fed menaikan suku bunga sebesar 0,25 persen akhirnya terjadi. Era dimulainya “uang mahal” telah terjadi, setelah masa-masa “uang murah” atau bunga hampir 0 persen berakhir. Keputusan ini bisa memiliki implikasi serius pada rupiah, meskipun besar kemungkinan tak sebesar dampak depresiasi yuan.

Rupiah sendiri sudah memiliki suku bunga yang sangat tinggi, jauh sekali spreadnya dengan suku bunga amerika saat ini. Hanya memang perubahan suku bunga amerika ini memiliki efek domino ke pasar dan ujung-ujungnya berimbas pada bisnis atau perusahaan yang memiliki relasi ke dollar. Besar kemungkinan akan terjadi krisis kecil keuangan di perusahaan yang sudah berat bebannya oleh perlambatan ekonomi.

Disini pemerintah harus sigap menyikapi kenaikan suku bunga amerika ini. Memang tidak memiliki implikasi serius pada makro, tapi bagi perusahaan multinasional yang punya hutang dollar bakal menemui kesulitan kedepannya. Memang keuangan perusahaan bukan urusan pemerintah, tapi bila perusahaan mulai merumahkan karyawan atau PHK masal akan menjadi masalah bagi pemerintah.

Perusahaan tentu saja akan mengatur keuaangannya seketat mungkin, meminimalkan pengeluaran dan ini akan bisa berdampak merumahkan karyawan. Sudah banyak perusahaan yang sudah berat bebannya oleh perlambatan ekonomi dalam setahun ini. Sudah cukup tekor dalam setahun akan menjadi lebih berat posisi keuangan dengan naiknya suku bunga amerika.

Efek domino “uang mahal” ini akan memiliki rentetan buruk dalam kinerja perusahaan. Besar kemungkinan cepat atau lambat akan terjadi aksi sporadis perusahaan untuk bertahan dan ini yang harus diseriusi oleh pemerintah. Memang pemerintah tak akan mencampuri masalah keuangan perusahaan, tapi pemerintah bisa membantu dengan menguatkan rupiah.

Memang penguatan rupiah adalah salah satu jalan untuk melawan naiknya suku bunga amerika. Meskipun akan memiliki akibat negative bagi kinerja perdagangan. Namun rupiah melemahpun kinerja perdagangan tak kunjung membaik.

Disini dengan kepastian naiknya suku bunga amerika akan sedikit mengeluarkan rupiah dari tekanan. Namun sekarang yang harus disikapi adalah depresiasi yuan. Ini yang menjadi masalah serius setelah naiknya suku bunga amerika.

Tuesday, December 15, 2015

Dilema Tax Amnesty, Bagai mencari ikan di air keruh

Sebenarnya besaran pajak yang dikenakan di Indonesia masih cukup ringan dibandingkan di Negara maju. Namun bagi sebagian wajib pajak, cukup sulit untuk memenuhinya. Ini terutama bagi yang memiliki akses ke investasi di luar negeri, dimana pilihan besaran pajak menjadi terbuka.

Di amerika sendiri juga mengalami hal yang sama, ini wajar karena besaran pajaknya cukup tinggi. Banyak korporasi yang mencari celah dengan menempatkan asetnya di luar amerika. Inilah yang juga terjadi di Indonesia, banyak pula wajib pajak yang memiliki pilihan lebih baik dalam masalah pajaknya, dengan menempatkan asetnya di luar negeri.

Kabar tentang banyaknya korporasi maupun orang kaya Indonesia yang menempatkan asetnya di luar negeri, sudah bukan rahasia lagi. Memang itu sudah menjadi tren, lihat saja beberapa korporasi besar amerika yang lintas border, cukup lihai dalam menempatkan asetnya di tempat yang sangat-sangat ringan pajaknya, bahkan boleh dibilang free. Soalnya tidak sebanding antara keuntungan yang dikeruk dengan pajak yang dibayarkan.

Kondisi ini memang tidak bisa dicegah, karena persoalan akan kembali pada fasilitas ataupun kondisi yang dberikan di dalam negeri. Orang atau badan membayar pajak tentu saja memiliki bargaining atau fasilitas lebih. Ini lumrah, makanya tax amnesty bisa ada, meskipun sering mencederai rasa keadilan.

Juga sebenarnya ada persoalan lain soal keefektifan tax amnesty ini dalam menarik kembali dana wajib pajak di luar negeri ini. Bila apa yang mereka dapat masih minimal, tentunya mereka tak akan mudah tergiur. Demikian pula tax amnesty ini seringkali digunakan untuk maksud tertentu.

Tahu sendiri orang yang punya banyak pilihan, disini kita tidak memberikan pilihan yang menarik dan terbaik. Para investor saja segan, apalagi yang sudah punya pilihan tadi. Tax amnesty bisa-bisa hanya menghasilkan efek negative dibandingkan hasil positif yang diharapkan.

Bukan ikan paus yang terjaring tapi ikan kecil yang juga tak didapat. Persoalannya kembali pada apa yang mereka cari dan inginkan. Kondisi investasi yang kondusif dan birokrasi yang lebih baik, jauh lebih efektif dalam menarik investasi masuk daripada tax amnesty. Kita bersaing dengan banyak Negara yang memang sudah lebih mapan dan lebih baik pengelolaan pajaknya.

Monday, December 14, 2015

Harga Minyak Dunia Anjlok, Mungkinkah Harga BBM Turun?

Sudah beberapa minggu ini harga minyak dunia dalam tekanan, harganya terus turun menembus level terendahnya. Padahal biasanya di musim dingin harga minyak dunia cenderung naik oleh permintaan yang meningkat. Hal ini bisa terjadi karena lesunya ekonomi cina yang menjadi salah satu pemakai terbesarnya. Mungkinkah anjloknya harga minyak dunia ini bisa menurunkan harga BBM?

Memang pemerintah saat ini cenderung mengurangi dan menghapus subsidi BBM, sehingga harganya akan mengikuti harga minyak dunia. Namun dilemanya saat ini rupiah sedang dalam tekanan. Sudah beberapa minggu ini nilai tukar rupiah merosot menembus level psikologisnya.

Tentu saja dengan turunnya nilai tukar rupiah, harga BBM tidak bisa mengikuti turunnya harga minyak dunia. Memang serba sulit di tengah usaha menaikan daya beli masyarakat, lagi-lagi turunnya harga minyak dunia tidak bisa dimanfaatkan untuk menurunkan harga BBM. Apalagi dengan kondisi deficit anggaran yang semakin membengkak, justru subsidi yang masih diberikan bakal dipangkas habis.

Anjloknya harga minyak dunia ini juga mengirim sinyal buruk ke ekonomi dunia yang sudah mengalami perlambatan selama setahun ini. Bisa diartikan bahwa peluang recovery ekonomi dunia bakal semakin berat. Apalagi bagi Indonesia dengan kondisi indicator ekonomi tahun ini yang kurang menggembirakan, maka impian untuk berlari di awal tahun depan bakal sirna dengan sendirinya.

Berkali-kali sikap optimis pemerintah dihadapkan pada realita yang kurang menggembirakan, bahkan cenderung “too optimis” tanpa melihat indicator ekonomi dan kondisi global yang masih lesu. Bisa jadi target-target yang diharapkan bakal terlalu tinggi dari capaian yang mungkin akan kembali mengecewakan.

Beban berat memang masih bakal dihadapi, untuk bisa bertahan saja masih sulit, apalagi untuk bisa tumbuh. Inilah hal yang mungkin harus disadari oleh pemerintah untuk lebih focus pada kenyataan daripada menggumbar impian yang sulit tercapai. Cita-cita atau impian boleh setinggi langit, tapi realita juga harus dihadapi.

Ini agar kita tidak cenderung hidup dalam impian yang tak kunjung usai. Pada akhirnya beban berat bakal dihadapi oleh masyarakat Indonesia, dengan melemahnya kembali rupiah. Harga-harga kebutuhan pokok diperkirakan bisa bergerak naik kedepannya.

Thursday, December 10, 2015

Depresiasi Yuan kembali Menekan Rupiah

Buruknya kinerja perdagangan Cina direspon kembali dengan melakukan depresiasi yuan. Memang merosotnya kinerja ekspor-impor Negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia ini sudah diduga sebelumnya. Namun imbas dari depresiasi yuan kembali menekan mata uang di kawasan asia, tak terkecuali rupiah yang sudah tertatih-tatih oleh indikator ekonomi akhir tahun yang tidak menggembirakan.

Rupiah terus merosot selama beberapa minggu ini, dengan tembusnya level psikologis maka akan lebih rawan terus menuju ke level terburuknya. Apalagi dengan cadangan devisa BI yang terus tergerus, maka potensi pelemahan lebih dalam semakin besar. Tidak ada indicator ekonomi yang bisa membantu, meskipun di akhir tahun window dressing akan sedikit mengurangi tekanan ini.

Diperkirakan tekanan bertubi-tubi akan terus menghantui rupiah, seperti pembayaran utang jatuh tempo baik dari pihak pemerintah maupun swasta. Juga tingginya permintaan dollar untuk liburan, akan membuat rupiah semakin tertekan. Memang lebih baik menyimpan dollar jauh hari, sebelum rupiah jatuh semakin dalam dan akan semakin mahal membeli dollar.

Kondisi ini nampaknya dipersiapkan banyak kalangan yang biasanya punya hajat besar di akhir tahun. Dari pengalaman tahun lalu, cenderung rupiah akan mengalami tekanan berat di akhir tahun, dengan permintaan dollar atau valuta asing yang sangat tinggi. Hanya memang kondisi ekonomi cina yang melemah, membuat tekanan pada rupiah semakin besar.

Diperkirakan bila tahun lalu tekanannya tak begitu berat, dengan banyaknya sentimen negative ini, maka rupiah bisa lebih melemah jauh lebih dalam lagi. Meskipun BI tidak akan tinggal diam, namun kondisi cadangan devisa yang menipis bisa menimbulkan dampak psikologis pasar yang lebih berat. Para spekulan bisa tersenyum lebar, bila cadangan devisa merosot di bawah level psikologisnya.

Para spekulan ini bisa berpesta pora membombardir rupiah dengan tekanan yang semakin berat. Disini nampak pemerintah bakal kewalahan dan kemungkinan besar tak bisa berbuat banyak. Rupiah ada kemungkinan besar kembali ke level terburuknya.

Dengan posisi sekarang yang masih cukup murah, memang masih menjadi kesempatan emas bagi yang membutuhkan valas atau dollar. Setelah melewati pertengahan bulan, maka tekanannya akan semakin berat dan valas sudah sangat mahal sekali.

Wednesday, December 9, 2015

Harbolnas Meraup Untung dari Momen Akhir Tahun

Pertumbuhan omset toko online memang sangat fantastik. Dari tahun ke tahun terjadi peningkatan yang signifikan, meski kondisi ekonomi sedang mengalami perlambatan. Namun pesatnya penetrasi internet, membantu kinerja toko online ke titik yang lebih tinggi.

Bila dibandingkan dengan kondisi toko konvensional yang tertatih-tatih oleh lemahnya daya beli masyarakat, maka toko online banyak mendapatkan konsumen baru dan ini terus berkembang. Tidak heran bermunculan toko online yang merepresentasikan tingginya permintaan akan variabel baru yang dibutuhkan oleh konsumen dengan mudah dan lebih cepat. Memang disini keunggulan toko online yang sulit dibendung oleh toko konvensional.

Bagaimanapun juga toko konvensional harus bertransformasi segera bila mau ingin bertahan di tengah segala sesuatu yang serba online. Lambat laun orang akan meninggalkan budaya belanja tradisional, maka disini kelebihan toko online sehingga prospeknya masih terbuka dibandingkan dengan toko konvensional.

Momen akhir tahun selalu diwarnai dengan gila belanja atau shopping festival yang merupakan budaya libur panjang di berbagai Negara. Memang terjadi persaingan ketat di antara vendor hingga memberikan diskon besar-besaran, atau istilahnya cuci gudang menuju tahun pembukuan yang baru. Banyak produsen produk sudah mendapatkan keuntungan yang ditargetkan, sehingga rela banting harga untuk meraih rekor baru keuntungan di akhir pembukuan.

Harbolnas yang diadakan lebih awal memang menyita share belanja akhir tahun yang lebih marak. Boleh dibilang pemilihan tengah bulan lebih menyasar konsumen kalangan menengah daripada kalangan bawah yang sudah habis anggaran belanja diawal bulan dan baru bernafas lagi saat mulai libur panjang akhir tahun.

Namun dengan pemilihan tengah bulanpun sudah cukup besar konsumen yang diraih. Dari tahun ke tahun terjadi pertumbuhan yang signifikan dan selalu mencetak rekor. Bukan tidak mungkin hari belanja online nasional ini akan lebih semarak dengan item yang lebih bervariasi. Perlu survey yang lebih detail agar program diskon yang dilakukan lebih merata, tidak hanya pada item konsumtif tapi lebih bervariasi pada item lainnya.

Bagi konsumen tetap manfaatkan momen hari belanja online nasional ini dengan mengedepankan kehati-hatian memilih penjual yang terpercaya. Jangan gampang memilih toko online sembarangan, meski menawarkan diskon yang menggiurkan. Tetap kenali penjual dan gunakan tips belanja online yang aman.

Tuesday, December 8, 2015

Rupiah Kembali Merosot Tajam

Kondisi perekonomian yang masih belum membaik nampaknya masih memberi tekanan pada rupiah. Apalagi dengan sentiment negatif yang masih terus berkembang. Banyak berita negatif, diluar ekonomi yang juga memberi tekanan berat pada rupiah.

Gonjang-ganjing polemik divestasi saham Freeport masih mewarnai isu politik selama beberapa minggu ini. Bisa jadi membuat beberapa investor asing kabur dari bursa secara massif. Ada policy yang tidak jelas dalam pemerintahan terhadap kebijakan ekonomi.

Tentu saja investor mengharapkan policy yang tidak berubah-rubah dan pemerintah wajib menaati aturan yang telah dibuat. Meskipun dengan landasan untuk reformasi birokrasi, yang namanya aturan harusnya tidak berlaku surut, kecuali perjanjian itu baru dibuat. Persoalan ketidakpastian membuat investor ragu untuk bertahan maupun masuk.

Rupiah memang terus tertekan dalam menghadapi kenaikan suku bunga amerika. Banyak tekanan sebenarnya melebihi dari isu suku bunga ini. Carut marut ekonomi tak lebih dari lemahnya leadership yang membuat banyak sentimen negatif bagi perekonomian.

Mungkin masa adaptasi sudah berlalu, harusnya perekonomian sudah bergerak cepat mengatasi tekanan pada rupiah yang semakin keras. Bila kondisi ini masih terus berlarut bisa jadi perlambatan ekonomi domestik masih akan terus berlanjut, dengan rupiah yang akan terus menjadi bulan-bulanan.

Rupiah memang tidak mengalami perbaikan, meski sempat menguat tajam beberapa bulan lalu. Anggaran yang masih konservatif, gagalnya pencapaian target pajak adalah sekian hal blunder yang dilakukan pemerintah dalam memperkuat rupiah. Padahal cadangan devisa sudah sangat menipis mendekati level psikologis.

Bisa jadi saat cadangan devisa ini makin merosot, maka rupiah akan dengan mudahnya menjadi bulan-bulanan. Bukan tidak mungkin rupiah akan semakin merosot dengan mudah, tanpa perlawanan yang berarti. Memang kondisi kritis ini sudah di depan mata, apalagi dengan gempuran factor eksternal yang kembali mengemuka.

Harusnya perbaikan sudah harus dilakukan dalam menghadapi isu kenaikan suku bunga amerika. Ini mengingat batas waktunya cukup longgar saat rupiah menguat beberapa bulan yang lalu. Namun nampaknya pemerintah disibukan akan hal-hal politik yang membuat nasib rupiah ini terabaikan.

Ke depannya rupiah bakal semakin mudah digoyang, apalagi dengan indicator ekonomi yang masih kurang baik. Siap-siap saja rupiah akan menembus level terburuknya, bila pemerintah masih sibuk dengan persoalan politik. Harus segera dicari solusinya agar hal ini tidak membebani rupiah ke depannya.

Monday, December 7, 2015

Peluang Bisnis Lebah Madu yang “Menyengat”

Kebutuhan akan madu semakin meningkat, seiring kesadaran masyarakat akan pentingnya madu bagi kesehatan. Diperkirakan konsumsi madu murni maupun olahan semakin besar hingga banyak petani lebah madu ini kewalahan. Persoalannya terletak pada pakan atau tanaman yang menjadi sumber makanan lebah yang semakin menipis.

Sebenarnya bila masyarakat mau menjaga kelestarian alam maka kawasan hutan dan stok tanaman bagi lebah madu ini tidak akan kekurangan. Meskipun tidak dipungkiri kondisi iklim saat ini juga membuat tantangan tersendiri bagi peternak lebih madu. Iklim yang cenderung panas di sepanjang tahun diduga mengurangi stok pakan sekaligus populasi lebah madu.

Namun ini menjadi peluang tersendiri bagi peternak lebah madu, dimana stok yang terbatas dengan permintaan yang tinggi, telah membuat harga madu semakin mahal. Ada kenaikan harga yang signifikan dengan permintaan yang tidak terpenuhi. Kisarannya bisa lebih dari 10 persen pertahunnya.

Ini membuat bisnis lebah madu ini masih sangat menguntungkan. Dengan perkembangan pengetahuan budidaya lebah madu, maka diperoleh keanekaragaman pakan bagi beberapa spesies lebah. Ini membuat variasi baru pada jenis madu yang diproduksi oleh para peternak lebah madu ini.

Industrialisasi di budidaya lebah madu ini tampaknya juga membantu meningkatkan keuntungan para peternak lebah madu ini. Salah satunya dengan meningkatnya aneka olahan dari budidaya lebah madu. Dari madunya sendiri, olahan seperti sarang tawonnya sampai polen yang digunakan untuk pengobatan, membuat terobosan yang meningkatkan penghasilan para peternak madu ini.

Saat ini sudah banyak peternak madu yang lebih lihai melihat peluang. Mereka juga mengembangkan budidaya lebah madu dengan agro wisata atau agro madu yang menjadi tren saat ini. Disini budidaya madu tidak sekedar berternak, melainkan menjadi obyek wisata dan pengetahuan sekaligus edukasi bagi masyarakat.

Agro tawon ini semakin banyak diminati oleh masyarakat sebagai sarana hiburan di akhir pekan. Meskipun tidak dipungkiri butuh dana besar untuk mengembangkan agri tawon ini untuk lebih komersial lagi. Namun semuanya impas dengan kehadiran banyak pengunjung di agro tawon ini.

Bisnis lebah madu ini akan selalu menguntungkan karena memang bisa diperoleh banyak peluang dari budidaya lebah madu ini. Modal yang tidak terlalu besar, bisa menjadi peluang bagi para penyuka lebah madu atau peternak lebah madu. Bila berminat ada banyak agro tawon yang menawarkan pelatihan sekaligus kerjasama dalam bisnis madu ini.

Sunday, December 6, 2015

Iming-iming Untung Besar, Potensi Investasi Bodong

Orang tak henti-hentinya berharap mendapatkan keuntungan besar dari investasi kecil dalam waktu singkat. Tentu saja ini menggiurkan tapi menyimpan bom waktu di kemudian hari. Biasanya iming-iming ini akan mudah diterima orang yang putus asa dengan simpanan deposito yang kecil hasilnya.

Padahal di tengah ekonomi sulit, hasil dari simpanan deposito justru yang paling menguntungkan. Lihat saja perolehan di investasi saham yang masih minus, maupun reksadana, emas serta portofolio lainnya yang masih belum menggembirakan, maka deposito ini sudah sangat menguntungkan. Bila ada yang menjanjikan lebih dari bunga deposito maka perlu diwaspadai.

Memang ada beberapa BPR yang menawarkan bunga lebih dari bunga deposito, bisa di atas 10 persen. Namun resikonya tinggi, BPR memiliki beban berat dengan memegang modal yang berbunga tinggi, maka pada akhirnya memutarnya dengan bunga tinggi pula. Bila ini macet, maka resiko simpanan di BPR bisa macet pula.

Apalagi bila ada tawaran investasi dengan bunga sangat tinggi, maka bisa dicurigai adanya investasi bodong. Meskipun memang diakui ada banyak broker atau trader yang sangat lihai bermain di forex atau trading lainnya, namun tetap saja memiliki resiko yang sangat besar. Para trader atau broker ini meski sangat ahli bisa saja jatuh dan hangus seluruh modalnya.

Ini terjadi di beberapa tahun lalu, banyak model investasi model MLM yang ternyata diinvestasikan pada forex atau trading. Memang hasilnya sangat besar, bisa 100 persen perhari dari modal, tapi bisa pula hangus dalam sekejap. Apalagi dengan teknologi canggih, saat ini para Bandar memiliki algoritma yang sangat susah untuk dikalahkan.

Uang memang gampang dicari tapi ini adalah jebakan untuk kedepannya. Biasanya orang akan mudah terbujuk oleh perolehan yang mudah dan besar. Pada akhirnya akan mempertaruhkan semua modal, akibatnya saat nasib tidak berpihak, hanguslah segala yang dipertaruhkan. Begitulah pola yang ada di investasi yang beresiko tinggi.

Sudah banyak korbannya, tapi orang tidak pernah jemu untuk mencobanya. Selalu muncul model baru dengan prinsip yang hampir sama dengan investasi sebelumnya. Pada akhirnya juga orang akan menyesal, setelah kehilangan modal investasinya.

Friday, December 4, 2015

Ini Penyebab Serapan Anggaran yang Lambat dan hampir Melumpuhkan Perekonomian

Sudah bukan rahasia lagi birokrasi di Indonesia dikenal sangat ruwet dan penuh korupsi. Kondisi ini membuat iklim investasi menjadi tidak kondusif. Namun gerakan anti korupsi akhir-akhir ini malah membuat perekonomian menjadi hampir lumpuh.

Masuknya kembali kepolisian dan kejaksaan ke wilayah antikorupsi yang sudah dipegang oleh KPK, telah membuat perubahan signifikan di operasional birokrasi. Banyak pejabat birokrasi yang enggan dan terlalu berhati-hati dalam menangani anggaran yang akan berjalan. Ketakutan akan dipenjara, membuat mereka tak mau menjadi korban dari “agresifitas” penyidik anti korupsi.

Memang serba salah, bila dibiarkan korupsi akan menggerogoti perekonomian. Namun bila diberantas tuntas bisa melumpuhkan perkonomian itu sendiri, dan ini sudah terjadi dengan serapan anggaran yang sangat rendah. Diduga target pajak yang tidak terpenuhi, juga karena lambannya serapan anggaran ini.

Semua ini kembali ke system birokrasi yang sudah sangat kronis dan penuh korupsi. Apa yang bisa berjalan di birokrasi karena uang, tak ada uang tak akan jalan dan mandek di satu meja. Kondisi ini sudah sangat parah dan membudaya. Diturunkan dari pejabat atau staf sebelumnya ke generasi berikutnya.

Budaya uang pelicin ini memang sangat susah diberantas. Pihak birokrat selalu beralasan anggaran operasional tidak mencukupi atau gaji yang tidak mencukupi sehingga menarik uang dari pihak pemohon. Tentunya ini alasan yang sudah dibuat-buat, ini mengingat makmurnya para birokrat dibandingkan masyarakat Indonesia pada umumnya.

Birokrasi Indonesia juga sangat lambat dalam reformasinya, seperti elektronisasi semua tata pengurusan aplikasi. Semua lebih pada teknis daripada system yang harus direformasi. Alatnya saja yang direformasi tapi sistemnya tidak. Orang masih harus bertatap muka dengan para birokrat sehingga membuka peluang terjadinya korupsi.

Kondisi ini harusnya menjadi perhatian bagi pemerintah dalam mereformasi birokrasi, bukan dengan membuat draf anti kriminalisasi pejabat proyek. Justru ini akan menambah subur korupsi di birokrasi. Reformasi total birokrasi perlu dilakukan, sebelum ekonomi akan lumpuh oleh langkah kebijakan yang tidak jelas.

Paket kebijakan ekonomi hanya membuat persoalan birokrasi menjadi lebih ruwet. Tidak memiliki grand desain yang mampu mengatasi korupsi dan lambatnya birokrasi. Ekonomi Indonesia jalan di tempat karena memang tidak menyelesaikan persoalan yang ada, tapi malah membuat persoalan yang baru.

Wednesday, December 2, 2015

Polemik Freeport, saatnya Pemerintah menjadi Regulator bukan Operator

Kisruh tentang perpanjangan kontrak Freeport sebenarnya hanyalah pucuk gunung es dari persoalan mendasar di perusahaan Negara. Sudah waktunya peran pemerintah sebagai regulator tidak lagi dicampur adukan dengan operator perusahaan Negara. Tumpang tindih inilah yang memunculkan kepentingan terselubung dari eksekutif maupun legislative dalam pengelolaan perusahaan Negara.

Memang dalam undang-undangnya kekayaan alam dikuasai oleh Negara, tapi hendaknya sudah harus dipisahkan peran pemerintah hanya sebagai regulator. Perusahaan Negara memang sebaiknya dibuat menjadi perusahaan terbuka, ini untuk mengontrol kepentingan dari pihak yang bermain di dalamnya. Meskipun sebenarnya ada kode etik tentang pejabat Negara dalam batas wewenangnya, namun kebanyakan mereka menyalahgunakan wewenang ini dengan dalih menjalankan undang-undang atau fungsi pengawasan.

Memang system ketatanegaraannya masih tumpang tindih, membuat persoalan selalu timbul tanpa harus dibuat. Sebenarnya dengan era perubahan dan perbaikan di segala sector, sudah waktunya pembenahan ini lebih transparan dan mengedepankan kemajuan bangsa. Bila pejabatnya masih bermain bisnis dalam kaitan dengan wewenangnya sebagai pejabat Negara, maka harusnya mereka sudah dinyatakan gugur.

Mereka yang sudah menyalahgunakan wewenangnya, harusnya mundur atas inisiatif sendiri atau tekanan lembaga tempat dia bernaung atau dengan terpaksa atas tekanan public. Namun dari semua ini tidak ada yang berfungsi, mentalitas pejabat Negara masih rendah.

Jarang ada yang mau mundur saat menyalahgunakan wewenangnya. Demikian pula lembaga yang menaungi pejabat tersebut, tidak memiliki kredibilitas sama sekali saat anggotanya menyalahgunakan wewenang. Publikpun demikian, masih antipati akan penyalahgunaan yang dilakukan oleh para pejabat Negara ini.

Disini media juga sudah terkotak-kotak dan dimiliki oleh kepentingan maing-masing. Mereka bersuara lunak atas penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh pihaknya. Harusnya media mengutamakan kemajuan bangsa, transparansi, kode etik yang harus dijunjung tinggi untuk mengawasi jalannya pemerintahan.

Kasus Freeport mengemuka tanpa penyelesaian yang jelas. Masalah yang sama bisa timbul lagi di kemudian hari tanpa perbaikan yang jelas. Bangsa ini tidak akan pernah bisa maju, bila hanya berputar-putar pada persoalan yang sama.

Tuesday, December 1, 2015

Kenapa Usia Non Produktif Disarankan tidak Investasi Saham?

Memang investasi di pasar saham sangat beresiko tinggi, hingga wajar bila yang sudah pensiun tidak disarankan untuk bermain di pasar saham. Resiko loss investasi sangat tinggi, belum lagi bila memiliki riwayat penyakit berat, maka kabar dari bursa bisa memicu sakit mendadak. Boleh dibilang bermain saham seperti sport jantung.

Saat harga naik tajam mungkin bisa tersenyum lebar dan senang bukan kepalang. Namun saat nilai saham anjlok dengan tajam, bisa jadi stress tak karuan dan bisa mengganggu kesehatan. Memang tidak disarankan buat yang sudah manula untuk bermain saham.

Pertimbangan lainnya adalah bila investasi yang dimiliki oleh orang usia non produktif ini hangus, maka akan kehilangan seluruh investasinya bahkan seluruh hartanya. Sebab itu investasi yang beresiko tinggi harus dijauhi bagi mereka yang tak punya penghasilan lagi. Mereka yang mengantungkan income dari pension yang lebih kecil dari gaji sebelumnya, memang sangat berat dalam mengelola aliran kas nantinya.

Beberapa kasus baru-baru ini cukup menjadi pelajaran, saat kejatuhan bursa saham di cina ternyata juga memakan korban para manula di Jepang. Rupanya banyak dari manula ini investasi di pasar saham cina yang tumbuh pesat, tapi juga bisa turun tajam dengan cepat. Naiknya memang pesat, nilai saham tumbuh lebih cepat dari pasar saham di jepang, namun juga bisa anjlok hanya dalam sekejap.

Memang begitulah pasar saham, apa yang naik akan bisa turun. Biasanya orang tergiur pada kenaikan fantastic nilai saham tanpa mengingat akan kemungkinan turun yang besar pula. Apalagi dari iming-iming broker tentang nilai saham yang bisa berlipat-lipat dengan cepat, maka banyak yang dengan mudah terbujuk oleh rayuan para broker ini.

Sebenarnya bagi yang sudah tidak produktif, menjauhi investasi beresiko tinggi sudah harus dilakukan. Juga perlu manajemen pengaturan keuangan yang lebih ketat. Istilahnya saat income menurun, maka ketatkan ikat pinggang. Pengelolaan keuangan harus lebih ketat dan disiplin.

Minimal harus ada simpanan yang aman seperti deposito di investasinya. Ini agar saat investasi sebagian tidak berhasil, masih ada income yang terus mengalir. Memang deposito meski kecil penghasilannya, tapi lebih bisa diharapkan saat pasar saham bergejolak.

Monday, November 30, 2015

Rupiah dalam Tekanan, Investor Asing pada Kabur dari Bursa

Inilah titik balik yang ditunggu oleh investor asing untuk kabur, setelah cukup mendapatkan keuntungan yang lumayan. Momen ini adalah kilas balik dari saat masuknya investor asing beberapa bulan lalu yang membuat rupiah menguat dengan tajam dari posisi terburuknya. Sebenarnya kondisi ini sudah diduga, aksi massif investor asing melepas saham adalah sudah diperkirakan akan terjadi.

Investor asing memanfaatkan kuatnya rupiah untuk segera melaksanakan aksi beli dollarnya dan melepas saham yang sudah naik cukup tinggi. Memang ada dua momen yang dimanfaatkan yaitu saat nilai saham sudah mature dan nilai tukar yang masih menguntungkan. Diperkirakan bila terlambat melakukan aksi ini, maka keuntungan dari kurs dan saham tidak terlalu besar.

Kejadian seperti ini sebenarnya sudah diperingatkan sebelumnya agar pemerintah maupun investor domestik mewaspadai aksi investor asing yang masuk secara massif saat rupiah melemah dan nilai saham anjlok. Soalnya akan terjadi aksi balik yang bisa menekan rupiah dan merusak ketahanan ekonomi. Memang begitulah “hot money” mudah masuk dan mudah keluar, sangat sulit untuk dipercaya akan tinggal selamanya.

Meskipun pemerintah mengeluarkan kebijakan yang sangat ramah pada investor asing, namun ekonomi domestik yang melambat, membuat investor asing hanya bermain jangka pendek. Mereka main aman dan memanfaatkan peluang yang sudah terlihat dengan jelas. Disini nampaknya pemerintah kurang bisa memanfaatkan pula kondisi yang bakal terjadi.

Harusnya saat investor asing masuk secara massif, segera perbaiki ekonomi domestik dengan cepat. Pemerintah harus bisa konsolidasi secara cepat, tidak saja aturan tapi anggaran pula harus bisa mencerminkan perubahan kebijakan ekonomi yang telah dikeluarkan. Namun hal ini tidak dilakukan oleh pemerintah hingga apa yang diprediksi menjadi kenyataan.

Kaburnya investor asing secara massif ini memang cukup memprihatinkan, bahwa iklim investasi di tanah air masih belum kondusif. Banyak indicator ekonomi yang masih memprihatinkan sedang pejabatnya ramai sendiri dan adu argument di depan public. Harusnya pemerintah satu arah, ramai boleh tapi harusnya di belakang layar, saat rilis ke public harusnya sudah final dan tidak menimbulkan preseden buruk tentang arah ekonomi yang tidak jelas.

Sunday, November 29, 2015

Byarpet Makin Parah, Krisis Listrik di Depan Mata

Sudah beberapa minggu ini pemadaman listrik bergilir semakin sering terjadi. Biasanya hanya 6 jam bisa menjadi 12 jam lebih. Biasanya tiap minggu, kini menjadi beberapa kali tiap minggu. Kondisi ini memang tidak merata, tapi dirasakan di banyak tempat.

Dari data PLN memang menyatakan adanya pasokan listrik yang sudah tak mampu memenuhi permintaan yang berkembang. Disamping juga adanya kerusakan gardu listrik yang sudah waktunya maintenance. Ini dimungkinkan keterlambatan pemeliharaan ataupun penggantian trafo membuat manajemen servise semakin beresiko.

Keluhan dari konsumen tentu saja makin kencang, terutama mereka yang tidak memiliki backup pasokan listrik. Namun yang paling terpukul adalah konsumen UKM informal, bisnis kecil yang terlalu rentan oleh ketiadaan listrik. Penghasilan mereka bisa nol dalam sehari saat listrik mati dalam periode lebih dari 12 jam.

Bagi rumah tangga mungkin masih bisa bertahan, meski beberapa cukup menderita akibat tidak adanya listrik di cuaca yang sangat panas ini. Belum lagi keluarga dengan anggotanya yang sakit, mereka akan semakin sulit untuk bertahan di cuaca yang panas ini. Kebanyakan memang hanya bisa mengeluh, tanpa tahu akhir dari keluhan ini.

Memang dilemma yang cukup memusingkan juga dihadapi oleh PLN. Sudah cukup lama alarm akan pasokan yang semakin tidak mencukupi permintaan yang meningkat sudah diutarakan. Hanya memang keterbatasan anggaran membuat pembangunan pembangkit listrik jadi tersendat.

Program listrik 35 ribu megawatt juga sudah dicanangkan, tapi diperkirakan akan terlambat dalam mengatasi permintaan yang meningkat. Memang harusnya pemerintah segera melakukan langkah efisiensi penggunaan listrik. Ini bisa dilakukan dengan segera meningkatkan tarif listrik kelas atas non industri atau jasa.

Diperkirakan hampir separuh menikmati tariff listrik yang terlalu murah. Selebihnya memang rata-rata masyarakat ekonomi menengah bawah yang amat tergantung pada listrik yang murah. Memang cukup sulit mengatur golongan tariff yang tumpang tindih, ini yang menjadi penyebab inefisiensi pula dalam pemasukan PLN.

Perubahan besar yang dilakukan era sebelumnya tidak ditindaklanjuti. Justru perubahan disikapi dengan membawa pejabat PLN sebelumnya ke ranah hukum. Kreatifitas dalam meningkatakan efisiensi kelistrikan dan penanggulangan byarpet disikapi dengan sinis dan politis. Ini menyebabkan perkembangan pasokan listrik menjadi terhambat.

Policy pemerintah yang berubah drastis menyebabkan persoalan sendiri yang membuat krisis listrik terjadi lagi. Bila sebelumnya krisis listrik karena BBM mahal, kali ini karena aturan atau policy pemerintah yang menghambat perkembangan kelistrikan. Besar kemungkinan akan terjadi krisis listrik berkelanjutan dengan lambannya langkah mengatasi lambatnya pasokan listrik ini.  

Friday, November 27, 2015

IHSG Charging hingga tidak lebih buruk dari Singapura

Sejak awal tahun IHSG terpuruk hingga menempati posisi terburuk dari beberapa bursa utama di kawasan. Berkat kinerja positif bulan ini, IHSG berhasil lebih baik dari Singapura. Meski masih masih minus diatas 10 persen pertumbuhannya, tapi bisa lumayan lebih baik dari minusnya bursa singapura.

Memang selama ini tampak sekali IHSG mengekor bursa singapura dalam segala hal. Ini dimungkinkan dengan investor yang share dalam pasar yang sama, maka buruk-baiknya akan tidak beda jauh. Namun pada dalam bulan ini nampak ada perubahan besar di bursa saham Indonesia.

Diduga penguatan rupiah dan suksesnya beberapa emiten meningkatkan jumlah saham, telah membuat IHSG tumbuh positif bulan ini. Diperkirakan kondisi ini akan terus berlanjut, mengingat akhir tahun dan window dressing yang akan mendorong pergerakan di bursa Indonesia. Namun naiknya suku bunga amerika bisa menjadi tantangan ke depan.

Ini ditandai dengan tekanan yang makin kuat pada rupiah akhir-akhir ini, sehingga membuat laju pergerakan IHSG terhambat. Memang persoalan rupiah dengan suku bunga amerika ini sulit terpecahkan. Meski dengan berbagai paket kebijakan, tak mampu menjinakan pergerakan dollar-rupiah yang semakin liar.

IHSG dalam beberapa hari ini juga tertekan pada persoalan rupiah yang makin iminen. Besar kemungkinan beberapa investor akan mengurangi share sahamnya ke posisi dollar sampai isu kenaikan suku bunga amerika ini terjadi. Besar kemungkinan pula IHSG akan bergerak sangat lambat, meski masih dalam posisi yang positif.

Setidaknya bisa keluar dari posisi terburuk adalah hal yang bisa dibanggakan. Meski performanya boleh dibilang paling jelek dalam beberapa tahun ini. Sampai-sampai pemerintah cukup gusar dengan menembak kiri-kanan atas performa IHSG yang tak kunjung membaik. 

Isu suku bunga deposito yang dikemukakan, tak lain adalah bentuk kekuatiran pemerintah atas kinerja IHSG yang tak kunjung membaik. Padahal IHSG adalah patokan bagi investor melihat kondisi ekonomi Indonesia. Memang kondisinya masih belum begitu membaik, meski melambat masih bisa tumbuh.

Investor akan melihat  IHSG sebagai tolok ukur sebelum melakukan investasi secara riil. Diduga banyak FDI atau foreign direct investment yang menunda pelaksanaannya sampai kondisi IHSG membaik. Ini tampaknya disikapi dengan gusar oleh pemerintah dalam memperbaiki kinerja IHSG agar investor bisa percaya dan cepat masuk kembali ke Indonesia.

Thursday, November 26, 2015

Terjebak dalam Investasi Busuk

Tidak semua portofolio investasi sesuai dengan harapan yang diinginkan. Kadangkala harus bertemu dengan investasi busuk, bila tetap dipegang tidak menghasilkan dan kalau dijual masih merugi. Kondisi ini tentunya menjadi dilema, berada dalam pilihan-pilihan yang buruk untuk segera keluar dari investasi busuk ini.

Dalam kondisi ini tentu saja perlu analisa mendalam tentang prospek investasi busuk ini kedepannya. Bila memang tidak ada harapan dalam jangka pendek, coba dulu melihatnya pada prospek jangka menengah atau jangka panjang. Bisa jadi masih memberi hasil, maka tidak ada salahnya untuk tetap dipegang, dengan berharap ini bisa menguntungkan di jangka panjang.

Namun bila prospeknya sudah sangat buruk, baik dalam jangka pendek maupun jangka menengah, maka jangan berharap lagi untuk jangka panjang. Pertimbangannya terlalu lama untuk berharap pada investasi yang kadang sudah overvalue saat dibeli. Ini berakibat tidak akan mengalami pertumbuhan sama sekali dalam jangka pendek maupun jangka menengah. Lalu buat apa pula menunggu terlalu lama untuk sesuatu yang tidak pasti, bila masih meragukan prospeknya memang lebih baik segera dijual.

Kadang perlu dijual rugi untuk bisa mengambil posisi investasi yang menguntungkan. Ini tentunya dengan syarat akan adanya portofolio yang lebih menjanjikan prospeknya. Disini memang perlu kajian mendalam, agar jangan sampai jatuh di lubang yang sama, ketemu lagi dengan investasi busuk pada portofolio yang akan dibeli.

Di pasar saham memang sangat banyak portofolio investasi yang menjanjikan, meski kebanyakan memang sudah digoreng hingga melebihi dari nilai yang sebenarnya. Namun seringkali pula memiliki prospek yang menjanjikan, hanya kadang tersembunyi oleh sentiment negative yang lebih besar. Contohnya pada saat ini dimana ekonomi sedang melambat, beberapa saham lapis dua sangat bagus prospeknya.

Saham lapis dua ini memang masih kalah dengan saham unggulan yang memiliki prospek lebih jelas. Pada beberapa kasus, justru saham lapis dua ini memiliki pertumbuhan yang lebih baik. Semua ini karena sentiment negative ekonomi global sehingga investor biasanya berpegang pada saham unggulan yang lebih aman dan menguntungkan.

Menabur Investasi, Menuai Kerugian

Sudah cukup lama pertumbuhan IHSG masih minus, sehingga menimbulkan keresahan di pemerintahan. Munculnya ide suku bunga deposito yang lebih rendah adalah buah dari keresahan ini. Padahal persoalannya bukan masalah bunga deposito, memang kondisi riil yang melambat membuat pertumbuhan bursa saham tidak menggembirakan.

Ini sudah disikapi oleh investor asing jauh-jauh hari sebelumnya. Memang sebagian besar investor asing yang mengais rejeki di bursa saham Indonesia tidak sepenuhnya kembali sejak “black Monday” yang lalu. Kebanyakan lebih memilih portofolio investasi lainnya di luar Indonesia.

Ini terlihat dari perkembangan IHSG yang terseok-seok dibandingkan bursa utama asia maupun dunia lainnya, nampak posisi IHSG paling terbelakang. Ini tentu pukulan yang sangat serius bagi pemerintahan saat ini, soalnya di pemerintahan sebelumnya mampu mencatatkan pertumbuhan bursa yang spektakuler, bahkan pernah menjadi yang terbaik di seluruh dunia.

Kondisi ini tentunya bisa dikatakan masa sulit, meski banyak kalangan ekonom melihat shifting policy yang tidak “smoothly”. Banyak investor asing yang dibuat ragu dengan arah kebijakan pemerintah ini, terutama sebelum reshuffle cabinet, membuat investor asing lari tunggang langgang dan tak kembali lagi. Perubahan tim ekonomi juga masih disikapi dengan hati-hati.

Ada beberapa investor asing yang kembali memburu beberapa saham unggulan hingga membuat rupiah melonjak ke level lebih baik. Namun tetap saja tidak mampu memperbaiki minusnya pertumbuhan saham yang masih menjadi yang terbelakang. Besar kemungkinan kondisi ini akan semakin berlarut, ini mengingat indicator makro yang masih tidak menggembirakan sampai akhir tahun, apalagi dengan target pajak yang jauh tidak tercapai.

Ini membuat kondisi anggaran dalam pertaruhan, bisa saja utang akan membengkak dengan cepat. Namun konsekwensinya akan memberatkan neraca keuangan dan berdampak pada perekonomian ke depannya. Memang serba sulit hingga wajar pemerintah mengambil ide ekstrim tanpa menimbang kondisi indicator ekonomi yang sedang berjalan.

Andai bunga deposito dibikin nol persen sekalipun orang belum tentu mau masuk ke bursa. Buat apa menabur investasi yang beresiko, bila pada akhirnya akan merugi. Justru dengan kondisi ekonomi yang masih melambat ini, investasi yang berpendapatan tetap adalah pilihan investasi yang tepat.

Wednesday, November 25, 2015

Lemahnya Transparansi di Perusahaan Negara

Sudah lama perusahaan Negara atau BUMN menjadi lahan bisnis yang menggiurkan bagi para elit politisi dan kroni-kroninya. Meskipun sudah mulai berubah dan bergerak menuju keterbukaan, namun isu transparansi masih mengemuka. Banyak transaksi mencurigakan yang berujung dari nepotisme atau hubungan bisnis dengan manajemen BUMN.

Memang Negara memiliki kuasa atas modal yang ditaruh di BUMN dengan menempatkan wakilnya di perusahaan tersebut, namun kondisi ini cenderung disalahgunakan untuk kepentingan pribadi atau kelompok. Ini membuat BUMN lebih dari rekening para pemegang kekuasaan. Kondisi ini sudah berlarut-larut hingga membuat banyak BUMN ini sudah sangat kronis operasionalnya.

Siapapun yang berkuasa tetap tak rela melepaskan pengaruh untuk mendapatkan dana dari BUMN tersebut. Penempatan wakil pemerintah di BUMN tak lebih dari ajang memeras daripada mengembangkan BUMN ini lebih maju. Ini artinya BUMN tak lebih dari sebuah perusahaan politis dan menjadi milik penguasa.

Padahal harusnya sudah dipisahkan antara kepentingan politis dan pengawasan yang lebih professional. Justru penempatan komisaris independent bisa lebih baik dari para komisaris yang ditunjuk oleh pemerintah. Mungkin perlu perubahan menyeluruh atas aturan dalam pengelolaan BUMN yang lebih baik.

Aturan yang lebih terbuka dengan menempatkan orang-orang yang kapabel di bidangnya, bahkan kalau perlu BUMN sudah harus diprivatisasi. Ini untuk membuat BUMN menjadi perusahaan yang lebih terbuka dan lebih transparan dari transaksi-transaksi yang mencurigakan antara manajemen BUMN dengan kroni-kroninya. Sampai saat ini boleh dibilang masih terjadi transaksi mencurigakan dan tender terselubung yang dilakukan oleh manajemen BUMN.

Ini bukan rahasia lagi, soalnya hanya meng-gemuk-kan para subkontraktor yang notabene milik orang-orang dilingkaran kekuasaan dan manajemen BUMN. Tentu saja akan sulit ditelusuri bukti akan transaksi mencurigakan ini, soalnya semua dilakukan di bawah tangan dengan sepengetahuan manajemen BUMN. Isu ini sudah lama terjadi, tapi sulit untuk diberantas karena pihak penguasa memiliki kepentingan akan hal ini.

Disini memang pentingnya BUMN menjadi perusahaan terbuka, lebih transparan atas transaksi bisnis yang dilakukan dengan mitra bisnisnya. Sudah saatnya memutus mata rantai BUMN dari pengaruh kepentingan politis dan menempatkan BUMN sebagai ujung tombak penggerak ekonomi. Bila ini bisa dilakukan, akan banyak BUMN yang tumbuh besar menyamai BUMN Negara tetangga.

Tidak Online, Bisnis akan Gulung Tikar

Boleh saja core bisnisnya masih mengandalkan cara konvensional dalam mengembangkan usahanya. Namun tanpa akses ke dunia maya, bisnis tersebut akan segera gulung tikar. Persaingan usaha akan semakin ketat, tidak saja dari luar tapi juga dari dalam bisnis itu sendiri.

Sekarang ini begitu mudah orang memiliki akses ke ponsel dan internet, orang beralih dari cara-cara konvensional dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, ke cara online yang lebih cepat dan murah diakses. Fenomena ini sudah lama terjadi, bila bisnis atau perusahaan tidak berubah ke online maka akan semakin tertinggal dengan para kompetitornya.

Contoh yang tampak sangat jelas adalah kehadiran ojek online, yang mampu menggusur pendapatan bisnis transportasi yang sudah ada, bahkan mampu menggoyang sebuah perusahaan angkutan yang sudah melantai di bursa. Tentunya fenomena ini hanyalah sebagian kecil dari tanda pentingnya akses ke dunia maya bagi semua bisnis, apapun jenisnya, baik bisnis jasa maupun penjualan barang.

Sebenarnya tidaklah terlalu mahal untuk membuka akses bisnis ke dunia maya. Apalagi banyak portal internet yang menyediakan secara gratis dengan persyaratan terbatas atau yang berbayar dengan beberapa kelebihan sesuai biaya yang dikeluarkan. Bila masih meraba-raba sampai dimana sumbangan akses online ini bagi bisnis, bisa dimulai dari yang gratis, kemudian dikembangkan ke lebih professional.

Intinya tentu saja mengikuti kompetisi yang sedang berjalan, semua bisnis sudah online dengan berbagai kelebihan dan kemajuan yang didapatkan. Pada dasarnya memang memanjakan konsumen, mempermudah akses untuk mendapatakan pelayanan atau barang yang dibutuhkan. Tentunya dengan kondisi penawaran yang sama, mereka yang memberikan layanan yang lebih praktis dan murah akan memenangkan persaingan ini.

Memang masih ada saja perusahaan yang membebankan ongkos atau biaya akses online ke konsumennya. Ini bisa dimaklumi dengan pengeluaran biaya investasi layanan yang sangat besar, butuh banyak aliran pemasukan untuk menjalankannya. Namun pada akhirnya, konsumen akan memilih yang lebih baik dan murah.

Disini kembali bisnis atau usaha, harus memiliki visi pula dalam menyediakan layanan dan biaya yang harus dikeluarkan. Ada banyak program atau software yang tidak berbayar tapi memang cukup sulit maintenance-nya. Butuh skilled staff dan biaya di awal yang cukup besar, tapi sangat murah pengeluaran selanjutnya. Pilihan layanan ini akan selalu ada, dan bisa disesuaikan dengan kemampuan usaha atau bisnis tersebut.

Tuesday, November 24, 2015

Ekonomi Stagnan, Investasi Berpendapatan Tetap jadi Pilihan

Tiada yang bisa menduga ekonomi yang melambat ini akan berakhir, bahkan bisa semakin memburuk. Ini membuat orang malas berinvestasi dan memilih usaha atau bisnis yang pasti-pasti saja. Salah satunya adalah investasi di portofolio berpendapatan tetap.

Setidaknya modal yang disimpan akan tetap menghasilkan, daripada beresiko bahkan merugi. Seperti investasi di bursa saham yang masih minus lebih dari 10 persen dalam setahun ini. Bukan tidak mungkin kondisinya bisa semakin memburuk, soalnya tidak ada tanda-tanda perbaikan, bahkan indikator cederung tidak mengembirakan.

Bicara soal harapan, semua akan berkeinginan untuk optimis, tapi harus tetap pula didasari atas pijakan yang valid. Keajaiban tidak bisa diharapkan dalam perekonomian selama indikatornya masih kurang menyenangkan. Justru dengan tetap berinvestasi dan memiliki pilihan yang aman, maka modal atau kekayaan akan tetap tumbuh.

Banyak investasi berpendapatan tetap yang masih lebih menguntungkan daripada pasar saham yang masih minus pertumbuhannya. Boleh saja memberitakan bahwa pasar saham bisa membuat nilainya berlipat-lipat. Itu dulu saat sedang booming, masa itu sudah berlalu.

Ekonomi sudah mencapai peak atau puncaknya, dan tidak ada kemungkinan untuk didorong lebih ke atas. Siklusnya akan menurun dulu sebelum bertahap untuk berkembang. Persoalannya masa penurunan atau perlambatan ini tidak bisa diduga waktunya, bahkan mungkin cenderung merosot lebih dalam.

Ekonomi akan tetap dihadapkan pada realita, memang pasar saham adalah investasi pada sebuah harapan. Di saat harapan sudah mencapai puncaknya, mau kemana lagi akan dibawa harapan tersebut. Bila kondisi riil masih sangat tertinggal, jangan harap harapan akan bisa dicapai, yang ada adalah turun dulu sebelum kembali tumbuh.

Ada semacam efek domino atas kondisi ekonomi yang terjadi, hanya perkecualian pada sektor konsumsi dimana orang akan tetap makan, maka disinilah investasi berpendapatan tetap bergantung. Buat apa beresiko untuk investasi yang masih rugi, meski dengan janji yang menggiurkan. Justru lebih baik realistis, dan melihat investasi dari sisi peluang yang ada.

Jangan mudah percaya akan janji yang tanpa didasari data yang jelas dan akurat. Jangan pula tergiur atas hal-hal yang sudah berlalu. Kenyataan dan data harus terus dikedepankan agar investasi tetap menghasilkan.

Monday, November 23, 2015

Jalan Berliku Industri Pesawat Terbang Indonesia

Sepertinya pengembangan industri pesawat nasional bakal mengikuti nasib mobnas yang terbengkalai di tengah jalan. Ini karena kurang terlihat visi, kurang mengikuti pasar dan lebih bersifat politis. Memang industri pesawat terbang bisa masuk kategori proyek mercusuar, dengan membanggakan sebagai salah satu Negara asean yang bisa bikin pesawat.

Padahal dana pengembangan industri pesawat nasional ini tidaklah sedikit. Pada akhirnya saat masalah keuangan mendera, maka perjalanannya akan mandek seperti yang sudah-sudah. Sebelumnya laju industri pesawat terbang juga dihentikan saat sudah membuat prototype yang sudah siap terbang.

Memang masuk kategori proyek mercusuar, karena hanya gaya-gayaan dan tidak melihat market yang berkembang. Boleh saja akan ada pesanan yang bakal ngantri saat prototipenya sudah siap terbang. Namun pada akhirnya kembali ke persoalan harga, biaya perawatan dan manajemen pengelolaan pesawat yang mahal.

Kondisi ini juga terjadi pada industri mobil nasional yang berhenti di tengah jalan. Persoalan klasik akan selalu mendera, reabilitas pesawat dan efisiensi bisa menjadi hambatan yang sangat besar. Harusnya manajemen dan pengambil keputusan di industri pesawat terbang bisa berkaca dari yang sudah-sudah.

Mereka bisa berkaca pada nasib industri mobil nasional yang mati suri. Bukan masalah dana atau teknologi, tapi kembali pada reabilitas dan efisiensi. Dengan persaingan di industri sejenis, kita sebenarnya sudah tertinggal jauh. Kita tidak memiliki basic industri manufaktur yang mumpuni, sehingga meski sudah namanya mobnas atau pesawat nasional, komponennya masih diimpor.

Industri nasional tak lebih dari tempat perakitan saja, karena kita membiarkan industri dasar atau industri manufaktur hancur oleh serbuan produk cina. Lalu apa yang bisa dibanggakan bila hanya merakit saja, bila Negara asal komponen tak mau memberi ijin ekspor maka matilah industri pesawat terbang tersebut. Semua ini harusnya menjadi pertimbangan sebelum menghamburkan dana rakyat hanya untuk publisitas atau nasionalisme dangkal.

Ditenggarai banyak proyek pemerintah yang hanya bersifat gaya-gayaan, banyak proyek mercusuar yang masuk dalam anggaran belanja Negara dengan imbal balik yang minim bagi laju perekonomian. Pada akhirnya akan kembali pada persoalan keuangan, utang yang semakin membengkak, karena memang pola pembelanjaan yang tidak produktif. Anggaran Negara tidak digunakan secara ekonomis sehingga terbelenggu oleh pertumbuhan yang minim, inflasi yang tinggi dan ekonomi menjadi stagnan.