Pages

Saturday, October 31, 2015

Dilema Pengadaan Listrik dari Panel Surya

Listrik dari sinar matahari atau solar power ini bukan barang baru. Sudah lama diinisiasi dan diterapkan di banyak tempat. Hanya karena mahalnya peralatan panel surya atau solar cell membuat pengadaan energi matahari ini tidak begitu cepat berkembang.

Masih banyak hambatan di pengadaan peralatan panel surya dan pemeliharaannya yang tidak murah. Ini membuat orang ragu dan antipati. Meski dalam perkembangannya harga panel surya dan peralatan pendukungnya semakin murah, orang masih enggan karena system yang masih belum jelas. 

Pemerintah masih mendorong PLN untuk menangani pembelian listrik yang dihasilkan dari panel surya yang dikelola oleh masyarakat. Padahal PLN super sibuk dengan programnya sendiri, mulai dari pengadaan pembangkit listrik 35 ribu MW, pembangunan transmisi, penyediaan token listrik, yang semua ini masih belum bisa dikendalikan dengan baik. Ini membuat program panel surya ini membebani PLN daripada meringankan masyarakat akan biaya listrik yang mahal.

Disini peran monopoli listrik oleh PLN melahirkan pelayanan dan perkembangan kelistrikan yang amburadul. PLN sudah megap-megap bersaing dengan diri sendiri, sehingga listrik murah masih jauh panggang dari api. Padahal apa yang dibutuhkan oleh masyarakat dan industri adalah listrik yang murah.

Memang pengadaan panel surya tidaklah murah, meski banyak yang berkepentingan bilang harga panel surya sudah murah sekali tapi sebenarnya tidak menguntungkan. Lebih banyak jebloknya dari penghematan yang digembor-gemborkan. Sekarang masyarakat disuruh beli ramai-ramai agar industri panel surya bisa berkembang dan harga bisa ditekan. Kenapa tidak dibalik saja, Negara menyediakan panel surya yang murah seperti program tabung gas?

Bukankah pemerintah bisa menggunakan dana penghapusan subsidi listrik untuk program listrik panel surya? Mungkin dengan membangun industri panel surya besar-besaran, ada kemungkinan harga panel surya lebih ekonomis. Sekarang hitung-hitungannya masih ruwet dan rugi banyak bila memakai panel surya untuk pengadaan listrik sehari-hari.

Mulai dari harga aki atau penyimpanan listrik yang mahal dan gampang aus, sampai harga pembelian listrik oleh PLN yang sangat tidak adil. Semua ini menandakan tidak efisiensinya perusahaan Negara, bekerja sedikit maunya untung banyak. Kembali rakyat yang harus mensubsidi Negara, seperti kasus harga BBM dan semacamnya.

Bila pemerintah ingin serius mengembangkan listrik mandiri panel surya, maka harus memiliki inisiatif dulu. Beri rakyat perangsang, mulai dari harga panel surya yang ekonomis, harga listrik yang ekonomis, sehingga akan tercipta efek domino dari booming pengadaan panel surya. Pada akhirnya penghematan dan energi bersih akan dirasakan oleh semua pihak.

Friday, October 30, 2015

“Mantap”, Bitcoin sudah Tembus 60 persen

Bagi yang sudah jual bitcoin saat naik di posisi 30 persen pasti kecewa, soalnya nilai bitcoin terus menanjak. Sempat menyentuh level tertinggi di kenaikan lebih dari 60 persen. Pasar bitcoin mulai was-was akan arus balik ke level sebelumnya.

Namun di exchange besar masih ramai dan menjadi motor kenaikan bitcoin. Ada kemungkinan kondisi ekonomi global yang kurang mengairahkan, membuat banyak investor mengalihkan dananya ke bitcoin. Ini terlihat dari kapitalisasi bitcoin yang beranjak naik dan berlipat-lipat.

Darimana asal dana masuk ke bitcoin, inilah yang menjadi pertanyaan. Soalnya masuknya bukan untuk tujuan perdagangan, maka bisa diartikan akan terjadi pembalikan seperti sebelumnya. Namun bila larinya ke perdagangan, maka kenaikan nilai bitcoin yang spektakuler ini bisa stabil dan bertahan lebih lama.

Dalam dua minggu atau masuk ke periode 3 minggu, nilai bitcoin sudah naik lebih dari 60 persen. Bayangkan yang sudah menyimpan bitcoin sebelumnya dalam jumlah besar, pastinya sangat untung banyak. Misal yang simpang 1 juta rupiah, sudah naik nilainya menjadi 1,6 juta, sedang yang simpan 10 juta sudah naik nilainya menjadi 16 juta. Apalagi yang simpan 100 juta, sudah merasakan keuntungan 60 juta hanya dalam waktu 3 minggu.

Tentunya semua ini akan impas dengan kesabaran menunggu dan mengamati pergerakan bitcoin. Sebenarnya pasar bitcoin ini sedang lesu dan mengalami penurunan nilai secara terus menerus. Era keemasannya diperkirakan telah berlalu, namun pendapat ini tidak sepenuhnya benar.

Gejolak dan kenaikan bitcoin kembali membuat para bitcoiner bergairah. Ternyata masih ada harapan bermain di bitcoin. Meski masih beresiko bila nilai bitcoin kembali turun cepat tanpa terduga.

Kemungkinan ini pasti ada, mengingat exchange besar dikuasai oleh pemodal besar. Mereka bisa bermain di dua kaki untuk menggerakan pasar bitcoin. Memang ada baiknya bila berminat dan menanam bitcoin dalam jumlah besar, lebih baik monitor secara ketat. Kalau perlu sewa seseorang untuk monitor dan memberikan alarm saat nilai bitcoin ini bergejolak.

Memang lawan dari pemilik bitcoin adalah penurunan nilai bitcoin secara cepat dan ini memiliki kemungkinan yang besar. Sebaiknya miliki strategi dalam bermain bitcoin dan pelajari pergerakan pasar bitcoin sebelum serius dengan investasi bitcoin.

Tol Laut akan Sia-sia Bila Sistem Logistik tidak dibenahi

Gagasan tol laut timbul tenggelam oleh persoalan yang mendera perekonomian Indonesia. Dari soal jatuhnya rupiah, mahalnya daging sapi hingga kasus kabut asap, membuat pemerintah tidak fokus dalam merencanakan tol laut ini. Padahal tol laut bisa menjadi kunci dari persoalan logistik di negeri ini.

Persoalan mahalnya daging sapi, naiknya harga beras, tingginya harga lombok, dibuangnya tomat oleh petani adalah sekian masalah akibat system logistik yang buruk. Letak Indonesia yang terdiri atas kepulauan dan dipisahkan oleh lautan luas, membuat persoalan logistik menjadi krusial. Harga barang dan jasa di Papua bisa jauh lebih mahal dari saudaranya di jawa, karena mahalnya ongkos logistik.

Negeri ini sebenarnya sangat lengkap produk bahan pangannya dan bisa mandiri, hanya karena letaknya yang terpisah oleh lautan, membuat ketergantungan akan impor semakin tinggi. Lihat saja kasus mahalnya daging sapi di Jakarta, padahal di flores sana banyak sapi yang tidak terangkut ke Jakarta. Semua ini menyadarkan bahwa persoalan logistik adalah hal penting, jauh lebih penting dari tol laut itu sendiri.

Buat apa ada tol laut, bila barang yang dibawa oleh kapal laut tidak lengkap atau tidak murah. Angkutan laut itu juga memiliki keterbatasan, selain butuh waktu lebih lama, juga mahal di ongkos kirimnya. Meski lebih murah dari angkutan udara, angkutan laut kadang tidak seimbang dengan harga barang saat mencapai tempat tujuan.

Disini perlunya system logistik yang bagus, agar proses distribusi barang tidak berdasarkan kebutuhan tapi berdasar perhitungan sebelumnya. Sama seperti model distribusi di supermarket atau hypermarket, harus ada semacam katalog akan segala macam jenis barang yang dibutuhkan dan sesuai dengan kebutuhan untuk jangka waktu yang sudah ditentukan.

Jadi tidak ada “rush” atau ketergesa-gesaan dalam distribusi barang yang membuat harga dan ongkos kirim menjadi tidak murah. Barang yang ada atau tersedia di gudang akan lain harganya dengan barang yang masih dalam perjalanan. Tentunya ini tidak terjadi bila tidak ada system logistik yang baik.

Tol laut hanya akan menjadi slogan atau pencitraan, bahkan pemborosan bila system logistik nasional tidak dibenahi. Kapal yang hanya mengangkut satu arah akan mahal ongkos kirimnya, juga ingat memelihara armada kapal laut tidaklah murah, ini juga akan mempengaruhi ongkos distribusi dan harga barang nantinya. Percuma ada tol laut bila harga barang antara di Jakarta dan papua tidak sama.

Thursday, October 29, 2015

Ekonomi Amerika Melambat, IHSG kembali Jatuh

Sentimen negatif dari luar kembali menghantam bursa dunia. Kali ini datang dari Amerika dengan rilis angka pertumbuhan ekonomi yang melambat. Diperkirakan IHSG akan sulit keluar dari pengaruh ini, mengingat Amerika adalah tujuan ekspor terbesar Indonesia.

Investor juga pesimis akan kondisi ekonomi domestik yang belum bisa lepas dari pengaruh luar. Bagaimanapun investor akan mencari mode investasi yang menguntungkan. Besar kemungkinan akan lari ke dollar atau mode investasi lainnya yang lebih menguntungkan.

Kejatuhan IHSG kemarin sudah diperkirakan, meski ada yang bilang indeks sudah overbought, tapi sebenarnya masih jauh dari nilai yang pernah dicapai sebelumnya. Angka rebound atau kenaikannya masih jauh dari level terbaik sebelumnya, apalagi dengan pendorong posisi akhir tahun atau window dressing, harusnya sudah ancang-ancang pemulihan yang menyeluruh.

Ekspor Indonesia ke Amerika jauh lebih besar daripada ke cina, ini membuat apapun yang terjadi di Amerika lebih besar efeknya daripada kejadian di cina. Meskipun ada efek domino akan kejadian di cina, karena amerika juga mitra dagang utama cina. Boleh dibilang perlambatan ekonomi amerika mengekor apa yang terjadi di cina sebelumnya.

Praktis bisa dikatakan posisi Indonesia berada pada pusaran perlambatan yang sulit untuk diatasi. Apalagi dengan kondisi ekonomi domestik yang kurang memuaskan, daya beli masyarakat yang menurun. Ini membuat pemerintah tidak memiliki banyak pilihan untuk memacu pertumbuhan ekonominya.

Memang menjadi wajar bila IHSG jatuh dengan kondisi yang masih serba tidak menyenangkan ini. Beberapa saham yang berhubungan dengan industri dan pertambangan mengalami kejatuhan yang cukup dalam, diikuti saham perkebunan yang juga terdampak kondisi di amerika. Namun IHSG agak tertolong dengan saham-saham berbasis domestik, saham consumer good dan perbankan membantu menahan laju kejatuhan ini.

Diperkirakan IHSG akan segera konsolidasi dari kejatuhan yang terjadi. Ini mengingat masih ada sentimen positif, seperti pengesahan anggaran belanja dan profit korporasi yang baru dirilis. Meski rata-rata mengalami penurunan, masih beruntung bisa membukukan keuntungan yang siginifikan dan agaknya akan bisa membantu IHSG keluar dari kejatuhan.

“Super”, Bitcoin sudah Naik lebih dari 30 Persen

Perkiraan banyak kalangan bahwa bitcoin akan turun setelah naik 25 persen tidak terjadi, bahkan nilai bitcoin terus naik. Kali ini sudah naik dengan prosentase tembus 30 persen dari nilai biasanya. Tak ada yang bisa menduga sampai kapan bitcoin ini berhenti penguatannya.

Di beberapa exchange besar di Cina, kenaikannya bahkan sudah tembus lebih dulu di atas 30 persen. Rata-rata exchange di tempat lain juga mengikuti kenaikan di exchange tersebut. Mungkin volume transaksinya yang besar, membuatnya menjadi panutan exchange lainnya.

Seperti diketahui pergerakan nilai tukar bitcoin tergantung pada permintaan dan penawaran. Suatu kondisi yang sulit diduga keberadaannya, tapi bila melihat ke kondisi riil seperti di cina yang ambruk bursa dan melambat industrinya, maka banyak kemungkinan yang mengalihkan investasinya ke bitcoin. Meskipun ada yang menduga adanya kenaikan belanja para kaum muda cina yang OKB dan kaya raya, tapi inipun tak bisa dikonfirmasi dengan jelas.

Bagi bitcoiner ini adalah masa-masa untuk menunggu penurunan nilai bitcoin, untuk menjual atau panen investasinya. Ada beberapa bitcoiner yang sudah tak sabar mendapatkan keuntungan dari investasinya di bitcoin dan sudah menjualnya pada saat kenaikan mencapai 25 persen. Ini tentunya dengan perkiraan kenaikan bitcoin sebelumnya yang hanya bisa tembus 25 persen.

Namun dengan terus menguatnya bitcoin, mungkin mereka yang sudah jual agak menyesal pula. Soalnya kenaikannya terus merambat dan sudah tembus di atas 30 persen. Suatu keadaan di luar dugaan banyak kalangan. Di beberapa forum tempat bitcoiner bertemu memang pada menunggu titik puncak penguatan bitcoin.

Biasanya saat sudah mencapai puncaknya, maka akan ada aksi jual bitcoin secara besar-besaran dan nilai bitcoin bisa kembali ke posisi semula. Pastinya saat ini semua mata bitcoiner sudah memelototi indeks di masing-masing exchange. Memang belum terlihat adanya momen untuk turun.

Kemungkinan naik masih besar peluangnya, ini mengacu pada exchange besar yang terus naik posisinya. Ada semacam “rahasia” yang harus diketahui para bitcoiner, adalah mengamati pergerakan nilai bitcoin di exchange besar. Bila mulai terjadi penurunan, maka saatnya untuk segera menjual seluruh bitcoinnya. Inilah saatnya untuk panen, dalam kondisi begini mereka yang investasi 10 juta sudah untung 3 juta, sedang yang investasi 100 juta sudah untung 30 juta dalam waktu sekejab atau kurang lebih dua minggu ini.

Wednesday, October 28, 2015

Begini Kalau “kerjo melu londo”

Perumpamaan “kerjo melu londo” atau kerja ikut belanda ini masih pantas diberikan pada system ketenagakerjaan kita. Dimana nasib masih belum berpihak pada buruh, dan pemerintah cenderung cuci tangan atau main bersih. Saat pemilu buruh menjadi kawan, tapi saat berkuasa menjadi musuh, digebuki saat unjuk rasa.

Begitulah nasib buruh kita menjadi obyek dan bukan subyek bagi ekonomi kita. Dipermainkan oleh mereka yang memiliki kekuasaan, baik itu pengusaha maupun pemerintah. Sistem pengupahan yang diberikan tetap saja merugikan buruh, meski pemerintah menganggap sudah fair, karena sesuai dengan pertumbuhan ekonomi atau kondisi perekonomian.

Namun manajemen perusahaan itu dinamis, pengusaha selalu punya alasan menahan hak para buruh. Bisa dengan alasan ekonomi sulit, dollar mahal, listrik naik, BBM naik, bahkan pengusaha sering menahan hak buruh dengan mengalihkan keuntungan perusahaan ke modal usaha. Ini yang sering dilakukan hingga sedikit sekali keuntungan yang bisa diperoleh buruh dari kerja mereka.

Harusnya pemerintah bisa fair dalam melihat nasib buruh, bisa saja buruh diikutkan memiliki asset perusahaan atau saham perusahaan. Ini sebagai jalan untuk menghadang ulah pengusaha “tamak” yang tak mau membagi keuntungan perusahaan. Dengan ini buruh juga akan ikut memiliki perusahaan dan bisa meningkatkan kinerja maupun produktifitas buruh.

Model kepemilikan buruh pada perusahaan ini harusnya menjadi bagian dari system pengupahan. Jadi tidak melulu mengurusi jumlah kas yang harus diberikan perusahaan pada buruh. Sistem kepemilikan buruh pada perusahaan ini bisa menjadi jalan tengah bagi setiap deadlock perundingan masalah pengupahan.

Kondisi ini sudah sering terjadi dan masing-masing pihak tarik ulur dengan kepentingannya masing-masing. Pada akhirnya terjadi demo di jalan, dan pemerintah lebih memihak pengusaha dengan alasan keuangan perusahaan yang tidak cukup untuk menaikan gaji. Padahal semua ini hanya akal-akalan atau permainan pengusaha saja.

Disini perlu keterbukaan dari pengusaha tentang kondisi perusahaan. Ada masa pembagian keuntungan perusahaan yang fair malah akan meningkatkan kinerja buruh dan perusahaan. Pada akhirnya pula bisa membesarkan perusahaan dan membuat pengusaha menjadi lebih kaya.

Sektor UKM Informal Terancam Penghapusan Subsidi Listrik 450/900 VA

Mungkin kebijakan ekonomi berjilid dan berseri yang dikeluarkan oleh pemerintah hanya memanjakan pengusaha kaya. Sedangkan bagi UKM akan lebih tertekan dengan rangkaian kebijakan ekonomi tersebut. Lihat saja rencana penghapusan subsidi listrik 450-900 VA diperkirakan akan menghantam sektor UKM, terutama UKM informal yang memang tak memiliki akses kemanapun.

UKM informal ini memang tak memiliki surat atau ijin usaha, tak punya NPWP, tak memiliki akses ke perbankan, namun menjadi mayoritas UKM di Indonesia. Sektor ini memang sangat besar jumlahnya. Mereka yang kena PHK dan kesulitan mencari kerja, akan masuk dan mengisi sektor UKM informal ini.

UKM bonek atau modal nekad ini memang tak punya pilihan untuk bertahan hidup. Kebanyakan dengan modal pas-pasan dari uang pesangon PHK, mau masuk golongan miskin tidak diterima, mau masuk kelas di atasnya tak memiliki surat yang disyaratkan. Akibatnya posisi mereka serba susah, tidak masuk dalam program kebijakan ekonomi pemerintah.

UKM informal ini hidup sendiri tanpa sentuhan tangan pemerintah, bahkan tak menikmati pajak yang telah mereka bayarkan. Kebanyakan pajak justru larinya ke orang kaya, yang menikmati insentif ataupun deregulasi investasi. Meski pemerintah beralasan ada paket KUR buat sektor UKM ini, tapi buat UKM informal tidak merasakan kebijakan KUR tersebut.

Justru UKM informal ini merasakan tekanan dari pemerintah, seperti penghapusan subsidi listrik bagi golongan 450/900 VA. Mereka harus rela membantu Negara menutup defisit anggaran secara tidak langsung. Memang sektor UKM informal ini tak akan masuk dalam kalkulasi pemerintah, posisinya yang abu-abu ini sulit menempati struktur ekonomi yang ada.

Pemerintah mungkin memasukan UKM informal ini ke dalam golongan pengangguran, yang memang tak akan mendapatkan bantuan dari pemerintah. Padahal dalam saat sulit, sektor inilah yang membuat ekonomi negeri ini masih bisa bertahan. Sektor UKM informal inilah yang menutupi kewajiban Negara dalam memberikan lapangan kerja bagi rakyatnya.

Namun untuk sekian kalinya saat Negara sedang berbenah dengan kondisi keuangan, sektor UKM informal ini harus membantu menutupi defisit anggaran Negara. Soalnya hanya pengusaha kaya saja yang pantas mendapatkan bantuan untuk menggerakan ekonomi.

Tuesday, October 27, 2015

Investor masih Ragu, Kinerja IHSG masih Terburuk

Dalam setahun ini kinerja bursa masih mengikuti perlambatan ekonomi global. Tidak ada tanda-tanda masuknya kembali investor asing secara penuh. Ini membuat kinerja IHSG masih terburuk di antara beberapa bursa dunia.

Tampaknya investor asing masih menyimpan keraguan atas pemulihan ekonomi Indonesia secara cepat. Dari banyaknya persoalan yang dihadapi, seperti kabut asap yang tak kunjung usai, membuat investor masih meragukan kapabilitas pemerintah dalam mengelola perekonomian. Pemerintah terlalu sibuk dengan persoalan yang ada, hingga tidak bisa fokus dengan pemulihan ekonomi.

Padahal bila melirik ke bursa dunia lainnya, beberapa Negara sudah bisa bangkit dan berakselerasi dengan cepat. Lihat saja korea selatan, jepang, cina dan philipina yang bisa konsolidasi dengan cepat. Mereka bisa keluar dari kejatuhan saat “black Monday” dan sudah mencatatkan pertumbuhan yang positif.

Boleh jadi investor asing yang keluar dari Indonesia, telah mengalihkan dananya ke Negara tersebut, hingga sulit bagi IHSG untuk bangkit. Memang tanpa investor asing, IHSG sangat lamban pertumbuhannya. Ini selaras dengan pertumbuhan sektor riil yang masih minus.

Lambatnya pemulihan ekonomi Indonesia memang tak lepas dari persoalan leadership. Meski investor tidak peduli dengan persoalan politik, namun pengelolaan pemerintahan yang carut marut dipandang sebagai lemahnya leadership dan berujung rendahnya kepercayaan investor. Bila bicara soal ini, maka akan sulit menarik investor masuk dengan apapun kebijakan yang diambil.

Setiap langkah pemerintah memang diamati secara seksama oleh investor. Manajemen kabut asap yang amburadul, menjadi satu nilai buruk tentang lemahnya leadership. Soalnya Negara besar dengan human resource dan dana yang besar, pengelolanya tak mampu memanfaatkan semua itu.

Padahal secara ekonomi, kabut asap ini sudah menghambat kegiatan ekonomi dan sangat merugikan perekonomian Indonesia. Bisa jadi pertimbangan daerah terdampak masih jauh dari jawa yang merupakan pusat kegiatan ekonomi, namun bukankah jawa juga berhubungan dengan daerah terdampak? Disini terlihat memang amburadulnya pengelolaan data hingga membuat output yang dihasilkan juga buruk.

Investor melihat pemulihan ekonomi bisa lebih lambat dari yang diharapkan, sehingga wajar bila pertumbuhan IHSG sangat lambat. IHSG mengalami kejatuhan yang sangat dalam dan terburuk di antara bursa dunia, sebagai respon investor asing atas kinerja pemerintah yang sangat buruk. Lambatnya pemulihan juga dilihat investor sebagai rendahnya kepercayaan atas pemerintah dalam mengelola ekonomi hingga investor masih ragu untuk masuk.

Mungkin penguatan rupiah, masuknya kembali sebagian investor asing dibursa bisa memberi secerca harapan. Namun perlu diperhatikan IHSG masih minus lebih dari 10 persen, dan hanya beranjak separuh jalan dari kejatuhannya. Pemerintah harus terus bekerja lebih keras dan lebih pintar dalam memulihkan kembali perekonomian.

Masuk TPP, Download Ilegal bisa jadi Perkara Besar

Bagi yang “hobi” download lagu, film, software, game secara illegal pasti akan pusing bila Indonesia masuk TPP. Bukan itu saja bisa jadi perkara besar bila benar-benar Indonesia mau menanda-tangani perjanjian TPP atau Trans Pacific Partnership yang sudah diikuti oleh 12 negara ini. Soalnya “law enforcement” akan benar-benar dilakukan.

Sebenarnya illegal download memang dilarang, namun penegakan hukumnya masih abu-abu. Siapa yang mau mengurusi perkara warga asing bila tidak ada aduan dan bukti yang jelas. Nah bila menanda tangani TPP maka Indonesia harus menaati hak intelektual atau copyright, sekaligus penegakan hukumnya.

Sebenarnya soal bukti illegal download bagi amerika sangat mudah. Bisa ditelusuri dari IP yang digunakan saat download dan bisa diproses secara hukum. Namun banyak pengguna internet di Negara kita yang masih pakai IP dinamis, ini konsekwensinya akan dilakukan perubahan bila mengikuti TPP.

Demikian pula dengan hukum atau aturan tentang hak intelektual yang mendasari akan segera berubah mengikuti aturan di TPP, ini bila benar-benar masuk bergabung ke TPP. Memang Indonesia harus menghitung untung ruginya bila benar-benar ingin ikut serta di TPP, karena persoalannya tidaklah sederhana. Banyak untung-ruginya hingga wajar bila pemerintahan sebelumnya belum berani ikut TPP.

Indonesia adalah salah satu hotspot illegal downloading di dunia. Banyak IP dari Negara Indonesia yang masih aktif melakukan download illegal. Dengan menandatangani TPP maka royalty atas hak intelektual atau hak cipta akan harus dipenuhi. Bisa jadi akan mengalir banyak dollar keluar negeri.

Bisa jadi “nggak sumbut” atau tidak beruntung dengan ikut TPP. Lha wong orang kita sangat konsumtif dalam masalah hak cipta. Kita lebih suka menikmati karya luar negeri daripada karya sendiri.

Coba survey, siapa yang tak suka film barat, lagu barat, game luar, program atau software dari luar. Bisa diperoleh mayoritas menyukai karya luar negeri, ini konsekwensinya akan membuat transaksi perdagangan seperti dengan amerika bisa berat sebelah bila hak intelektual diberlakukan. Makanya banyak Negara yang keberatan dengan permintaan amerika ini tentang hak intelektual, konsekwensinya sangat “menyesakkan”.

Monday, October 26, 2015

Ternyata Investor Asing “Doyan” Saham Rokok

Di Negara maju, bisa saja kampanye anti rokok sangat gencar dilakukan. Namun disini saham perusahaan rokok diminati oleh investor asing. Diperkirakan investor asing yang paling banyak memborong penambahan saham sebuah perusahaan rokok, hingga kapitalisasi harian transaksi saham tembus diatas 1 milyar dollar.

Biasanya kapitalisasi harian transaksi saham di bursa Cuma di kisaran 5-7 trilyun rupiah. Itupun dengan mayoritas didominasi oleh investor domestik. Namun tidak untuk kemarin, dimana investor asing banyak yang melepas saham yang sudah dimiliki dan memburu saham perusahaan rokok tersebut.

Memang investor asing ramai memborong saham perusahaan rokok, tapi bukan berarti ada dana asing yang masuk. Ini terlihat dari posisi rupiah yang justru melemah terhadap dollar. Ternyata investor asing ini melepas saham yang ada dan memburu saham perusahaan rokok tersebut.

Diprediksi prospek perusahaan rokok masih bersinar di Indonesia. Seperti diketahui mayoritas penduduk Indonesia adalah perokok aktif dengan rentang usia yang sangat lebar, dari usia sekolah, usia produktif sampai usia lanjut. Memang belanja masyarakat Indonesia pada rokok ini bisa melebihi kebutuhan pokok lainnya.

Kampanye anti rokok yang dilakukan oleh pemerintah masih kalah dengan gencarnya iklan rokok dan konsumsi rokok yang sudah mendarah daging. Industri rokok bisa tumbuh subur dengan pertumbuhan yang cukup lumayan. Meskipun ancaman kampanye anti rokok pada jangka panjang bisa menjadi tekanan bagi industri rokok ini ke depannya.

Di Negara maju perlahan tapi pasti, industri rokok sudah mengalami kepunahan. Ini dengan regulasi yang ketat, seperti rokok putih tanpa merek hingga pembatasan penjualan lainnya. Semua ini dilakukan karena memang efek negatifnya sudah dilihat lebih merugikan dari sisi ekonomi dan kesehatan.

Disini industri rokok telah membawa pemiliknya menjadi jajaran orang terkaya di Indonesia. Pola hidup perokok aktif di masyarakat Indonesia yang begitu royal ini telah menyumbang kekayaan bagi para konglomerat Indonesia. Padahal bila dilihat mereka yang royal dalam merokok ini, penghasilannya pas-pasan, lebih sering penghasilannya tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Masyarakat sudah jatuh ke dalam budaya dan kebiasaan merokok hingga mengorbankan kehidupan maupun ekonomi mereka. Ada istilah lebih baik tidak makan daripada tidak merokok. Hal inilah yang membuat prospek industri rokok sangat cerah di Indonesia, hingga investor asing yang notabene anti rokok, masih mendukung industri rokok. Ini tentunya kalau bicara soal uang, tidak ada hubungannya dengan prinsip.

Akankah Indonesia bergabung dengan TPP?

Tak banyak yang tahu tentang TPP ini karena memang ekslusif hanya diikuti oleh 12 negara di kawasan pasifik. TPP atau Trans Pacific Partnerships ini merupakan kerjasama perdagangan Negara kawasan pasifik yang dimotori Amerika dengan menghapus beberapa hambatan perdagangan, seperti tariff, aturan perdagangan yang membatasi pertumbuhan perdagangan. Memang mendekati free trade, dengan membuka pasar seluas-luasnya atau menjadi bagian dari system ekonomi yang lebih berkembang.

Tentu saja acuannya adalah aturan perdagangan atau ekonomi Amerika yang menjadi rujukannya. Anehnya pula cina tidak termasuk di dalamnya, diduga cina akan membuat kerjasama perdagangan sendiri dengan Negara asia lainnya. Apalagi proses perundingan atau persetujuan TPP ini sangat alot dan berlarut-larut. Diduga sulitnya mencapai kesepakatan karena masing-masing Negara masih ingin melindungi pasar maupun industrinya.

Meski secara bertahap TPP ini mulai disetujui oleh 12 negara, namun masing-masing Negara masih berusaha melindungi pasar dan industrinya. Banyak yang tidak sepakat, terutama persoalan hak intelektual atau copyright yang menjadi usulan amerika. Memang amerika mendorong hak intelektual ini karena pasarnya sangat besar dan menjadi penghasilan utama Negara tersebut.

Lihat saja produk lagu, film, software yang berasal dari amerika dan menguasai pasar dunia, kebanyakan hilang penghasilannya di Negara-negara di luar amerika. Dengan adanya TPP ini setidaknya Amerika akan diuntungkan dengan pemasukan yang luar biasa. Meskipun pasarnya akan dibanjiri produk luar, tapi secara rantai ekonomi amerika sudah di atas posisi yang enak.

Sebenarnya bagi Indonesia, amerika adalah pasar yang besar dan menjanjikan. Lihat saja ekspor Indonesia terbesar adalah ke amerika, bukan ke cina. Justru Indonesia jadi bulan-bulanan produk cina dan menjadi pasar empuk industri cina. Indonesia hanya menjadi rantai bawah ekonomi cina.

Ekspor Indonesia ke cina sangat kecil sekali dari nilai impornya, dan memang berat sebelah. Indonesia hanya dijadikan pasar saja oleh cina tanpa memberi pengaruh positif bagi perkembangan ekonomi nasional. Justru berhubungan dengan ekonomi Cina, industri nasional banyak yang gulung tikar dan terjadi PHK besar-besaran.

Karakter ekonomi Indonesia memang sama dengan cina yang sama padat karya, sehingga hubungan ekonomi yang terjadi akan menghancurkan ekonomi Indonesia. Justru bila berhubungan dengan Amerika maka bisa menjadi bagian dari system ekonomi amerika yang lebih berkembang. Ini seperti partnership yang sudah dibangun amerika dengan Negara atlantik di eropa barat. Eropa barat berkembang pesat mengiringi perkembangan amerika.

Memang system ekonomi Indonesia tidak sama karakternya dengan Amerika, sehingga bisa menjadi bagian daripada menghancurkan. Saat ini saja, ekonomi Indonesia terbantu dengan ekspor yang besar ke Amerika. Bila Indonesia masuk ke TPP, maka besar kemungkinan akan lebih berkembang daripada condong ke cina.

Sunday, October 25, 2015

Prospek Reksadana setelah Penguatan Rupiah

Posisi rupiah yang menguat pada beberapa minggu ini membuat prospek reksadana kembali bergairah. Ini diikuti pula dengan kinerja saham yang menguat dan menjadi sasaran investasi reksadana. Boleh dibilang masa rugi atau sulit sudah berlalu, meski banyak kalangan yang menilai kondisi masih belum pasti.

Peluang gejolak di investasi reksadana masih akan terbuka, saat suku bunga amerika ditentukan nasibnya. Bisa jadi terjadi tekanan pada pertumbuhan reksadana, saat isu kenaikan suku bunga amerika ini belum berakhir. Dari data ekonomi cina yang menurun, juga akan mempengaruhi pertumbuhan reksadana. Lho kok bisa apa hubungannya?

Memang pertumbuhan investasi di reksadana sangat mudah dipengaruhi oleh faktor eksternal atau ekonomi global. Bila dihitung sejak awal tahun ini saja, nilai investasi reksadana di saham banyak yang mengalami penyusutan. Diperkirakan angka penyusutannya bisa lebih dari 10 persen bagi reksadana saham, sedang yang reksadana berpendapatan tetap masih dalam posisi antara stagnan dan tumbuh tidak signifikan.

Ini karena posisi nilai rupiah yang masih mengalami penurunan yang cukup tinggi. Jadi meski reksadana berpendapatan tetap memberikan bunga, tapi juga susut nilainya karena pelemahan rupiah. Memang kinerja rupiah dan saham menjadi indikator utama kinerja investasi reksadana.

Sekarang kita coba melihat prospek ekonomi ke depan, dengan melihat segala potensi tekanan maupun pertumbuhan ekonomi. Diperkirakan investasi reksadana masih berusaha pulih dari keterpurukan, mungkin tumbuh tapi tidak secepat beberapa tahun lalu. Persoalan juga pada kinerja pemerintah yang kurang memuaskan terutama di bidang ekonomi.

Boleh dibilang tahun ini adalah masa terburuk investasi reksadana setelah krismon 1998 dan 2008. Ekonomi Indonesia seakan berjalan kebelakang, meski dengan genderang pembangunan yang semarak. Beberapa lembaga keuangan dunia sudah memberi penilaian yang seragam akan koreksi pertumbuhan yang diprediksi sebelumnya.

Ini berarti kinerja ekonomi Indonesia tidak sesuai dengan ekspektasi. Dalam paparannya, faktor eksternal adalah penyebab utama disertai respon pemerintah yang lamban dan terlihat salah arah. Ini membuat ekonomi Indonesia akan cukup sulit keluar dari perlambatan ekonomi dunia, ikut hanyut dalam arus perlambatan dan butuh waktu lebih lama untuk pulih.

Jadi jangan berharap banyak untuk tumbuh lebih cepat investasi reksadananya. Soalnya proses pemulihan ekonomi sangat lambat dan fundamental ekonomi Indonesia sangat rentan oleh pengaruh luar. Reksadana mungkin investasi yang cukup aman, tapi mungkin tidak terlalu menguntungkan untuk saat ini.

Saturday, October 24, 2015

Kenapa Harga Obat makin Mahal?

Diperkirakan tidak semua jenis obat-obatan bisa diproduksi di dalam negeri, sehingga sebagian memang harus diimpor. Dari obat-obatan yang diproduksi dalam negeripun sebagian besar bahan bakunya juga harus impor. Ini membuat harga obat selalu ikut bergejolak saat rupiah bergerak tak tentu arah.

Banyak dari kita yang tidak menyadari akan hal ini saat rupiah lagi jatuh. Ada yang komen “cintai produk dalam negeri”, “kita tak terpengaruh oleh dollar karena beli makan pakai rupiah”. Semua komen ini mungkin akan terhenyak bila melihat besarnya impor bahan baku farmasi yang mencapai lebih dari 95 persen dari total kebutuhan nasional.

Wajar bila industri farmasi dan obat-obatan cukup “sesak” saat rupiah melemah dan bergejolak. Meski pada akhirnya harus terus merubah harga obat sesuai dengan harga bahan impornya, namun yang terbebani juga masyarakat pula. Mungkin saja yang ikut BPJS akan sedikit longgar, tapi sebenarnya tidak semua obat dicover oleh BPJS.

Apalagi dengan kondisi BPJS yang sudah “empot-empotan” alias merugi terus karena memang bebannya lebih besar daripada pemasukannya. Pada akhirnya Negara terbebani pula dengan harga obat-obatan yang mahal ini. Negara harus terus menalangi kerugian BPJS bila tidak ingin BPJS berhenti beroperasi.

Diperkirakan dari obat-obatan inilah BPJS bisa “tekor” cukup banyak. Padahal bila mau kreatif, bisa dilakukan penghematan cukup besar dari pengelolaan obat-obatan ini. Bisa saja BPJS mengurangi jenis obat yang dicover, untuk mengurangi kerugian atau berharap pemerintah bisa mengatasi mahalnya harga obat.

Disini pemerintah bisa saja menggerakan industri bahan baku obat-obatan, atau menyerahkan kembali ke masyarakat. Bila dikawatirkan bisa mengganggu kesehatan masyarakat, maka disini peran pengelola BPJS agar lebih selektif dalam mencover obat. Ada masa memang kinerja BPJS ini ditingkatkan dan lebih kreatif.

Selama ini SDM pelayanan kesehatan memang masih kurang, sangat wajar banyak yang berduit lebih memilih berobat keluar negeri. Padahal prosedur, teknik dan obat-obatnya sama, tapi pelayanannya yang berbeda. Perlu perbaikan yang massif di layanan kesehatan agar bisa bersaing di Masyarakat ekonomi asean.

Friday, October 23, 2015

Berapa Kerugian Kabut Asap bagi Perekonomian Indonesia?

Kerugian yang dialami oleh ekonomi Indonesia akibat dari kabut asap, bisa jauh di luar perkiraan. Memang tidak ada perhitungan yang pasti, namun bisa menunjukan nilai kerugian yang fantastik. Apalagi dengan manajemen baru di pemerintahan, membuat kabut asap semakin tak terkontrol.

Diduga pergantian pejabat di penangangan bencana, telah mereset segala pengelolaan dan manajemen yang sudah ada. Pengalaman menangani kabut asap dari tim sebelumnya tidak bisa optimal dengan orang baru yang belum diketahui kapasitasnya. Seperti biasa pergantian pejabat di negeri ini tidak berkelanjutan.

Pejabat baru akan menunjukan egonya dengan system baru dan tidak mau melanjutkan endorsement yang sudah diberikan oleh pejabat lama. Akibatnya semua mulai dari titik nol (“growing pain”), hingga pengendalian kabut asap tidak optimal. Ini sama dengan pengelolaan ekonomi di negeri ini, endorsemen yang dilakukan tak ada artinya, karena direset dan mulai dari awal.

Dari data terakhir kabut asap sudah menyebar dari kawasan Thailand selatan, Malaysia, singapura, hingga philipina selatan. Juga dikabarkan kawasan papua juga mengalami kabut asap dari kebakaran hutan pula. Ini membuat kabut asap ini sudah menyelimuti hampir seluruh kawasan asia tenggara bagian tengah, tempat dimana jantung perekonomian berputar.

Terjadi pembatalan banyak penerbangan di kota-kota yang diselimuti kabut asap. Ini saja sudah bisa dihitung sangat berat sekali, belum lagi penutupan kegiatan hiburan, bisnis dan aktifitas masyarakat sehari-hari. Nilai kerugiannya bisa lebih besar bila menyangkut gangguan kesehatan yang dialami penduduk di daerah terdampak kabut asap.

Beberapa organisasi keuangan dalam estimasinya memperkirakan sudah ratusan trilyun rupiah kerugian akibat kabut asap ini. Angka ini masih berkembang karena memang kabut asap semakin tak terkendali. Bila pemerintah bersikukuh perekonomian masih oke-oke saja, karena memang kawasan jantung ekonomi Indonesia di jawa yang menguasai 75 persen, masih belum tersentuh kabut asap.

Arah anginnya memang cenderung membawa kabut asap ini ke utara dan timur dari lokasi asal kabut asap. Ini membuat jantung ekonomi Indonesia relatif aman, mungkin cerita akan lain bila kabut asap ini menyelimui kawasan padat dan pusat ekonomi di jawa. Bisa-bisa pemerintah harus mengoreksi seluruh indikator ekonominya.

Tindakan otoritas pemerintahan di Negara terdampak asap kabut patut diperhitungkan pula. Mereka mulai melakukan tindakan sepihak, dengan boikot produk dari kawasan penyebab kabut asap. Tindakan sepihak ini tidak bisa disepelekan begitu saja, harus segera dicari penyelesaian, apalagi dengan ekonomi lesu, boikot produk bisa menurunkan kapasitas ekspor yang sangat diharapkan dalam menopang rupiah.

Reaksi pejabat kita yang meremehkan aksi boikot ini memang bersifat politis daripada memandang sisi ekonomi yang lebih krusial. Ini membuat kerugian dari kabut asap ini bisa semakin besar dan merembet kemana-mana. Ada persepsi dari Negara-negara yang terdampak kabut asap sebagai pembiaran dari pemerintah Indonesia yang terlihat lamban dan tidak responsif dalam menangani kabut asap, sehingga wajar boikot produk adalah cara relevan untuk menekan Indonesia.

Boleh dibilang kabut asap tahun ini menjadi yang terburuk dalam sejarah Indonesia. Kerugian secara ekonomi mungkin tak bisa diabaikan, dampaknya bisa membekas sampai bertahun-tahun dan persoalannya bisa merembet kemana-mana.

Hore Bitcoiner Panen lagi

Setelah panen dua bulan yang lalu, nampaknya hari ini bitcoiner juga panen lagi. Hal ini karena nilai tukar bitcoin terhadap mata uang dunia dan rupiah sudah naik tembus 25 persen. Kenaikan yang sama terulang lagi dalam periode yang cukup singkat.

Ini tentunya sangat menyenangkan pemilik bitcoin atau dikenal dengan bitcoiner, bayangkan sudah panen dua kali dalam waktu yang singkat. Bila dihitung beberapa bulan yang lalu juga panen 25 persen, kali ini juga sudah tembus 25 persen. Berarti bitcoiner sudah untung 50 persen dalam waktu cukup singkat.

Mana ada investasi yang menguntungkan seperti ini, mungkin hanya investasi saham atau forex yang menyamai. Namun dalam periode ini saham lagi jeblok, forex agak lumayan dengan fluktuasi rupiah terhadap dollar. Namun permainan investasi bitcoin lebih manis lagi.

Untung 50 persen dalam waktu singkat, cukup lumayan. Misal punya uang 100 juta diinvestasikan di ORI hanya dapat 9 persen atau 9 juta pertahun. Lha ini dengan memiliki bitcoin senilai 100 juta sudah untung 50 juta. Suatu perolehan yang mengasyikan dan membuat bitcoiner makin rajin melihat pergerakan mata uang dunia maya ini.

Memang pergerakan bitcoin ini sangat sulit diperkirakan, tidak memiliki pola yang jelas. Tidak seperti mata uang dunia pada umumnya, mata uang dunia maya ini katanya dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran. Bila banyak yang jual, maka nilainya akan turun, sedang bila banyak yang beli nilainya akan naik.

Kondisi ini sering terjadi, tapi yang diketahui publik hanya sedikit sekali, seperti kejadian beberapa bulan yang lalu, saat investor di amerika memborong bitcoin. Akibatnya ada kenaikan lebih dari 25 persen dalam waktu singkat, meski akhirnya turun kembali ke posisi semula. Kondisi ini berubah lagi dalam beberapa bulan kemudian.

Mungkin bukan pekerjaan pebisnis professional untuk mengamati perkembangan bitcoin setiap harinya. Namun bila mau sabar, bisa untung dalam jumlah yang besar dalam waktu singkat. Angka keuntungan 50 persen ini bukan omong kosong, hitungannya memang harus membeli atau memiliki bitcoin saat harganya murah.

Lalu menjualnya saat mengalami kenaikan yang tajam tadi, maka disini pentingnya melihat pergerakan bitcoin secara regular. Mungkin tidak tiap hari tidak apa, tapi ada masa “emas” dimana nilai bitcoin melesat cukup tinggi dan kembali dengan segera. Kondisi inilah yang harus segera ditangkap peluangnya.

Mungkin mereka yang sudah berpengalaman di forex akan dengan mudah beradaptasi dengan bitcoin. Bila tak percaya coba saja miliki atau investasi bitcoin dalam jumlah kecil. Banyak exchange local maupun luar yang bisa menerima member tanpa syarat atau fee. Lalu pelajari dengan seksama aturannya, sebelum merasakan peluang yang menguntungkan.

Thursday, October 22, 2015

Investor Bimbang, IHSG Lesu

Hampir beberapa hari setelah euphoria di bursa yang dimotori investor asing, perlahan mulai menemukan bentuknya. Mereka mulai berhenti memburu saham incaran dan menahan untuk menunggu berita dari pemerintah. Meski kondisi eksternal masih kurang menyakinkan, investor berharap ada kabar baik dari pemerintah.

Kebijakan ekonomi yang dikeluarkan masih belum memuaskan, belum mampu menggerakan sektor riil yang menjadi acuan di bursa. Pertumbuhan ekonomi yang diandalkan, justru dikoreksi oleh bank dunia. Ini menandakan ada sisi yang tidak sejalan dengan arah pemerintah.

Memang tekanan perlambatan ekonomi global masih belum berlalu. Berita dari cina masih menjadi tekanan bagi pergerakan ekonomi. Perlambatan ekonomi yang terjadi di cina lebih cepat dari yang diperkirakan, ini membuat jauh dari ekspektasi banyak kalangan.

Koreksi pada pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah cukup wajar, selisih sedikit dari yang diinginkan oleh pemerintah. Namun tetap saja di bawah ekspektasi pemerintah, dan ini harus menjadi cambuk untuk bekerja lebih keras lagi. Soalnya ada banyak persoalan yang harus segera diperbaiki.

Meski nilai tukar rupiah sedikit memberi kelonggaran, namun tekanan masih belum berakhir. Diperkirakan rupiah akan menjadi sorotan bagi investor asing di bursa. Pergerakannya yang fluktuatif membuat mereka menunggu akan arah yang pasti. Mereka memiliki kemungkinan untuk keluar bila rupiah melemah lagi.

Namun investor asing ini juga akan keluar dari bursa bila rupiah menguat dengan cepatnya. Disini perlu ekstra hati-hati dalam menjaga rupiah agar tidak terus berfluktuatif dan bisa stabil di level yang diinginkan sesuai di anggaran belanja.

Selama ini tidak ada tanggapan resmi akan arah yang diinginkan pemerintah. Ini membuat pasar berspekulasi akan nilai rupiah yang ekonomis. Bila dilihat dari arah pergerakannya masih sangat fluktuatif, belum menemukan level yang stabil.

Investor asing yang bermain dalam jangka pendek, tampaknya juga cukup gelisah. Masih kesulitan menebak kearah mana kondisi perekonomian. Sementara dari sisi pemerintah nampaknya sudah kehabisan stimulus, mereka tampaknya sedang menunggu pula akan arah pasar bergerak. Satu hal yang harusnya bisa dicairkan oleh pemerintah dengan memberi sentiment positif atau indikator ekonomi yang menyakinkan.

Rupiah Fluktuatif, Arah Ekonomi masih belum Pasti

Setelah menguat tajam beberapa minggu lalu, rupiah nampak sudah tertahan di level terbaiknya. Namun level tersebut masih cukup susah untuk dipertahankan. Rupiah cenderung fluktuatif dengan kisaran yang lebar.

Pasar nampaknya belum menemukan arah perbaikan atas kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah. Investor cenderung main aman, dengan membeli portofolio yang berpendapatan tetap. Investor asing di bursa juga nampak menahan diri, dengan volume perdagangan yang semakin menurun.

Padahal pemerintah sudah mengeluarkan semua kerja kerasnya lewat paket kebijakan ekonomi yang sudah berjilid dan berseri. Ini belum menyakinkan investor secara keseluruhan. Investor asing yang masuk beberapa waktu yang lalu hanya memanfaatkan harga saham yang sudah sangat murah.

Selebihnya mereka menyimpan dan sudah beberapa yang ambil profit taking atau keluar saat dollar sudah melemah. Ini membuat penguatan rupiah tertahan dan terjadi tarik ulur dengan rentang fluktuasi yang melebar. Namun dari grafik yang terlihat adanya potensi pelemahan rupiah kembali.

Memang tidak ada berita yang menarik, setelah data ekonomi cina yang buruk, diikuti isyarat dari bank dunia bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa dibawah ekspektasi. Lebih rendah dari yang diyakini oleh pemerintah. Ini disikapi oleh pasar dengan menunggu berita lain yang lebih menyakinkan.

Memang window dressing sebentar lagi, namun masih banyak data-data ekonomi yang bisa menekan pergerakan rupiah. Terutama melebarnya target penerimaan pajak hingga timbul kekawatiran akan defisit anggaran yang semakin melebar. Ini memberi tekanan tersendiri bagi rupiah, disamping memang indikator ekonomi lainnya masih sangat minim.

Kemungkinan rupiah melemah akan semakin iminen, lihat saja cadangan devisa yang menipis, anjloknya impor cina, banjirnya stok minyak Amerika. Semua ini memberi sinyal yang buruk bagi rupiah. Ditambah lagi mendekati akhir tahun, waktunya juga menyelesaikan hutang-hutang yang jatuh tempo.

Kebutuhan akan dollar akan semakin tinggi, diperkirakan ini akan menekan rupiah lebih dalam lagi. Kemungkinan tembus ke level terburuknya tidak bisa dikesampingkan. Bisa jadi jauh sebelum akhir tahun rupiah sudah balik lagi ke level terburuknya.

Wednesday, October 21, 2015

Tren Investasi Berpendapatan Tetap

Saat ekonomi sedang lesu dengan pertumbuhan yang melambat dan cenderung stagnan, maka investasi berpendapatan tetap menjadi pilihan utama. Lihat saja bursa saham yang masih minus lebih dari 10 persen sejak awal tahun, masih berusaha merangkak naik dengan tujuan yang tidak pasti. Investor masih gamang untuk masuk ke bursa, kecuali menata apa yang sudah dimiliki.

Kinerja saham yang jeblok ini membuat investasi berpendapatan tetap diburu para investor. Seperti ORI yang sukses terjual oversubscribed, obligasi perusahaan dan beragam deposito menjadi buruan investor akhir-akhir ini. Meski pihak bursa rajin berpromosi akan peluang di pasar saham, namun realitanya bertolak belakang.

Kondisi pasar keuangan yang main aman ini ikut memperlambat pula gerak perekonomian. Perusahaan semakin tenggelam dalam kredit berbunga tinggi, lain keadaannya bila bursa bisa bangkit. Semua ini bagai efek domino yang berpengaruh pada pergerakan ekonomi secara keseluruhan.

Penyakit ekonomi atau hambatan dalam perekonomian masih demikian besar, hingga ekonomi masih belum keluar dari kelesuan. Boleh saja pemerintah sudah bersusah payah mengenjotnya dengan paket kebijakan ekonomi berjilid dan berseri, tapi kenyataan di lapangan tidak menemukan perbaikan yang signifikan.

Hanya beberapa saat saja bursa bergairah saat investor asing masuk, namun tak lama kondisinya berbalik arah pula. Tampaknya euphoria kebangkitan sudah berlalu dan berhadapan dengan realita buruk kondisi ekonomi yang sebenarnya. Sistem ekonomi konsumtif yang membelenggu negeri ini sudah cukup kronis.

Meski pemerintah berapi-api akan memutar balik keadaan, tapi hanya sekedar omongan dan tidak tercermin pada anggaran belanja maupun kebijakan krusial lainnya. Ada yang aneh antara yang diucapkan dengan yang dilakukan, tidak sinkron. Ini cukup jelas dibaca oleh pasar dan sudah bosan dengan janji yang tak pernah terpenuhi.

Pasar mungkin sudah putus asa dengan pengelolaan perekonomian, hingga pada akhirnya mencari cara aman dalam berinvestasi. Buat apa menaruh harapan pada system yang sudah tidak menguntungkan dalam setahun ini. Lebih baik main aman, meletakan uang pada investasi yang berpendapatan tetap saja.

Tumbuh dari Utang, Tertekan oleh Utang

Penerimaan Negara yang jeblok membuat pemerintah tak punya pilihan lain dari memperbesar porsi utangnya. Diperkirakan pertumbuhan utang pemerintah lebih besar dari pertumbuhan ekonomi itu sendiri, sehingga potensi utang membebani ketahanan fiskal semakin besar. Tidak dipungkiri terlalu besar dan terlalu konsumtif, itulah yang dihadapi pemerintah saat ini.

Apalagi dengan proyek infrastruktur besar-besaran, semakin membuat neraca keuangan semakin jeblok. Ada semacam mismanagement di pengelolaan keuangan Negara, meski selalu dibantah dengan kondisi neraca pembayaran yang masih oke. Namun gejolak rupiah beberapa waktu lalu harusnya menjadi pelajaran tersendiri atas potensi buruk dari membengkaknya utang Negara.

Ini cukup beralasan dengan kondisi ekonomi yang melambat, segala target penerimaan Negara yang tidak tercapai harusnya diikuti dengan revisi anggaran belanja pula. Namun pemerintah enggan melakukan itu dengan alasan tidak mau mengorbankan pertumbuhan ekonomi yang sedang dikejar. Padahal buat apa ekonomi tumbuh bila kondisi fiskal terancam dan tertekan. 

Memang suatu dilemma, dalam memilih prioritas dalam menimbang indikator ekonomi yang harus diutamakan. Pemerintah saat ini lebih fokus dalam membangun dan membangun, tanpa pernah kondolidasi keuangan yang sudah membahayakan ekonomi, malah boleh dibilang kritis. Ini berkaca dari banyak Negara maju yang sudah memangkas pengeluaran dalam anggaran untuk menekan utang yang membengkak.

Arah kebijakan ini nampaknya masih dikesampingkan oleh pemerintah kita. Padahal dengan posisi mata uang yang lemah, resiko utang yang dimiliki pemerintah jauh lebih besar dari Negara maju. Lihat saja di tren pelemahan rupiah, meski sempat bernafas beberapa waktu lalu.

Pada akhirnya rupiah tertekan lagi, memang posisinya rupiah akan terus melemah. Penguatan rupiah hanya akan permanent bila dilandasi neraca perdagangan yang bagus, dan ini tidak terjadi dalam jangka pendek maupun menengah. Dari kebijakan pemerintah yang terlalu konsumtif, jangan harap ada perbaikan neraca perdagangan secara signifikan.

Dengan kondisi ini, maka bisa diperkirakan rupiah akan melemah terus. Ini berarti pembengkakan utang Negara akan semakin menekan ketahanan fiskal. Defisit anggaran akan selalu “overshoot” dan bisa diperkirakan gejolak ekonomi akan terus terjadi.

Tuesday, October 20, 2015

Bitcoin Naik Tajam, didukung Permintaan yang Tinggi

Pada beberapa hari ini mata uang dunia maya mengalami gejolak. Nilainya menguat cukup tajam terhadap mata uang dunia termasuk rupiah. Diperkirakan kenaikannya akan terus terjadi dari 15 persen yang sudah berjalan.

Kenaikan nilai bitcoin ini seiring naiknya permintaan akan mata uang ini. Volume transaksi di beberapa exchange nampak meningkat tajam dari rata-rata transaksi harian selama ini. Belum diketahui penyebab pasti, namun diduga kenaikan permintaan bitcoin bisa diartikan tumbuhnya sektor consumer yang mulai memakai mata uang bitcoin.

Bila dilihat kenaikannya yang tajam, bisa jadi ada aksi borong investor seperti beberapa bulan yang lalu. Dimana bitcoin sempat naik tajam hampir 25 persen, sebelum akhirnya kembali lagi ke posisinya semula. Memang untuk berita bitcoin ini tak banyak diekspos di media massa.

Padahal bitcoin ini salah satu dari mata uang utama dunia, hanya memang tidak adanya pengakuan dari lembaga keuangan formal di Negara besar, membuat berita bitcoin ini tak begitu penting. Namun bagi netizen atau yang bergelut di dunia maya, perkembangan bitcoin adalah hal yang utama.

Sebenarnya cukup mudah untuk memiliki atau investasi pada bitcoin. Ada banyak tempat exchange yang bisa dijadikan pintu masuk untuk beinvestasi atau mengenal bitcoin dan membershipnya juga gratis. Tak perlu investasi banyak-banyak, cukup pelajari tekniknya dan gunakan peluang yang ada.

Salah satunya adalah peluang saat bitcoin ini naik tajam, disini waktu panennya para bitcoiner yang menyimpan bitcoin untuk investasi. Meskipun sebenarnya bitcoin ini untuk transaksi di dunia maya, namun belum banyak toko online local yang memakainya. Persoalan security atau keamanan masih dipertanyakan.

Kasus Mt Gox masih menghantui beberapa pemain besar di bisnis online. Sebenarnya bitcoin ini cukup aman tapi tidak sepenuhnya juga. Disini memang ada beberapa pebisnis yang tidak mau terlalu beresiko, istilahnya main aman.

Namun bagi adventure di dunia bisnis, menggunakan bitcoin adalah pengalaman yang menarik. Mau punya wallet sendiri atau nitip di exchange sebenarnya tak ada bedanya. Keamanan bisa dijamin bila mengikuti standar yang sudah ditetapkan oleh masing-masing exchange.

Memang semua kembali pada pintar-pintarnya user dalam mengelola wallet atau penyimpanan bitcoin di exchange. Meskipun sistemnya sebenarnya sudah bagus, bila usernya ceroboh, tetap saja resiko kehilangan terbuka lebar. Lebih baik pahami dulu sistemnya, coba dengan jumlah yang kecil dulu, nanti akan mendapatkan peluang dalam memiliki bitcoin.

“Slowly” dan tidak “Sure”

Kalau bicara soal kinerja sebenarnya lebih pada penilaian politis dan menimbulkan polemik. Mereka yang optimis bisa diartikan “pro”, sedang yang kritis bisa diartikan “anti”. Namun indikator ekonomi dan realita atau riil, tidak bisa dibohongi, seperti inflasi, angka pertumbuhan, nilai tukar, angka pengangguran, angka kemiskinan, semua ini bila nilainya pas-pasan sudah masuk kategori tidak memuaskan alias jelek kinerjanya.

Apalagi bila kondisi ekonomi tidak pasti, orang akan lebih senang menempatkan modalnya pada investasi yang berpendapatan tetap daripada pada investasi di sektor riil atau pasar keuangan (ORI laris manis). Pada ekonomi yang tidak pasti berarti memang iklim investasi sedang tidak mendukung alias kondisi perekonomian sedang tidak baik. Penilaiannya memang cenderung politis dan biasanya tidak akan bisa diterima oleh mereka.

Akibatnya mereka akan mempertahankan policy atau kebijakan yang sudah berjalan. Padahal kebijakan tersebut sudah gagal dalam menggerakan ekonomi atau keluar dari lesunya ekonomi. Memang serba salah, sulit memberikan kritik atau saran pada mereka.

Bila mau terbuka dan transparan, perbaikan harus dilakukan. Kebijakan yang tidak berhasil dalam menggerakan ekonomi harus dievaluasi secara indepeden. Lalu ambil saran dari lembaga independent ini atas perbaikan yang harus dilakukan. Sebelum semua terlambat atau terjadi lagi gejolak ekonomi yang sudah menunggu tahun depan.

Bila dilihat secara makro, memang perekonomian kita tak bisa lepas dari perlambatan ekonomi global. Kondisi ekonomi makro cenderung dipengaruhi oleh faktor eksternal. Setiap ada gejolak di luar, ekonomi terutama rupiah bergejolak dan mempengaruhi seluruh aspek ekonomi.

Sudah berbulan-bulan ekonomi berada dalam kondisi yang tidak pasti. Banyak investor asing yang hengkang dari pasar keuangan. Meski kondisi sempat membaik, namun belum mengembalikan pertumbuhan yang sudah pernah dicapai. Jadi dalam kisaran setahun ini saja masih minus pertumbuhan di pasar keuangan.

Bila melonggok ke sektor riil, nampaknya cukup sinkron antara data ekonomi dengan kenyataan di lapangan. Ambruknya sektor pertambangan dan industri tekstil, telah meningkatkan angka pengangguran dan naiknya angka kemiskinan. Ini juga sejalan dengan kondisi pasar keuangan, jadi dari sudut pandang ini saja sudah terlihat hasil dari kinerja ekonomi masih tidak memuaskan. Maka “slowly” dan tidak “sure”,mungkin lebih layak daripada “slowly” but “sure”. 

Monday, October 19, 2015

Start-up Lokal Dikuasai Asing, Investor Domestik kurang Responsif

Banyak start-up lokal bermunculan, tapi sayangnya dengan cepat dimiliki investor asing. Sebenarnya bukan masalah kalah cepat, tapi keraguan dan pertimbangan resiko membuat investor domestik tak berani mendanai start-up lokal. Padahal rata-rata prospeknya cerah, beberapa malah menjadi market leader di kelasnya.

Memang persoalan dana ini membuat para founder start-up ini tak menolak setiap tawaran dana yang masuk dari investor asing. Meskipun sebenarnya sangat disayangkan bila semua start-up lokal ini dikuasai investor asing. Persoalannya tentu akan kembali pada keuntungan dan dinamika start-up yang terus dikuasai asing.

Kebanyakan start-up memang tidak bankable, sehingga sangat berat bagi bank lokal untuk mencairkan dana bagi mereka. Di Amerika misalnya, rata-rata start-up besar dari kantung sendiri, modal dari keluarga, relatif atau teman. Baru saat sudah mulai berkembang, investor sudah berani masuk dan memberikan kontrak penyertaan modal.

Memang tidak semua start-up bisa berkembang dan maju, boleh dibilang hampir 85 persen mandek atau gagal berkembang. Penyebabnya bukan masalah dana, tapi memang tak mampu meraih konsumen atau memang tidak dibutuhkan oleh konsumen. Disini pentingnya riset manfaat dari start-up dan estimasi pasar yang menjadi dasar untuk menaruh harapan bagi start-up terus berkembang.

Sebenarnya ini yang menjadi kunci dari menyakinkan para investor dan sering kurang diperhatikan oleh para founder start-up. Kebanyakan dari mereka asal saja mengaplikasikan ide ke dalam start-up mereka tanpa disertai riset pasar yang mendetail. Mungkin ada istilah “bonek” atau asal jalan saja, soalnya memang bila ide tak segera diwujudkan, maka start-up tak akan bisa jalan.

Banyak organisasi non profit yang menawarkan bantuan mulai dari pelatihan, pendanaan dalam jumlah kecil dan mentoring bagi yang berminat memulai start-up. Hanya memang para founder ini harus memiliki proposal yang menyakinkan, ya itu tadi memiliki riset pasar, garis besar startup yang bisa menggambarkan prospek start-up ini ke depannya. Ada pula lembaga dari departemen ekonomi kreatif yang juga memberikan bantuan pada start-up ini, hanya memang kurang publikasi dan tidak memiliki dana yang cukup.

Seperti biasa pemerintah akan numpang tenar saat start-up ini mulai bersinar. Pemerintah seperti biasa tidak pernah memiliki kebijakan yang pasti akan nasib start-up lokal ini, baik yang mau tumbuh, sudah berkembang atau yang dikuasai oleh asing. Aturannya masih mengikuti kebijakan investasi yang ada, padahal potensi start-up ini lebih dari nasib ekonomi negeri ini.

Katakan dengan sokongan dana Negara, BUMN kita masih kalah dengan start-up yang tanpa dukungan Negara bisa menciptakan lebih banyak lapangan kerja. Ini yang harusnya sudah mulai dipertimbangkan oleh pemerintah dalam memberikan porsi kebijakan ekonominya bagi perkembangan start-up lokal di tanah air.