Pages

Sunday, November 6, 2016

Ketidakpastian Hukum bikin Investor Lari

Dalam beberapa tahun ini terjadi kemunduran ekonomi di Indonesia, dengan menurunnya GDP dan pertumbuhan ekonomi. Namun bukan malah bergerak mengatasi persoalan ini, Indonesia malah sibuk sendiri dengan konflik agama, rasial, pasal karet, balas dendam politis, yang notabene bisa bikin investor meragukan kepastian hukum di negeri ini. Investor pastinya ingin stabilitas politik dan hukum agar investasinya aman dan menghasilkan.

Meski kita sukses mengaet investasi masuk dari tax amnesti tapi masih kalah dengan apa yang diraih oleh Myanmar, vietnam bahkan Pilipina. Negara yang kacau balau oleh konflik di pilipina selatan dan perang narkoba ini masih membukukan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Investasi yang masuk juga cukup bagus untuk negara yang situasinya belum kondusif.

Padahal bila dibandingkan dengan Indonesia yang notabene sudah dua tahun pemilu, artinya sudah dalam posisi take off, tapi masih bergelut dengan persoalan domestik yang bagai lingkaran setan tak tahu ujungnya, berputar-putar tanpa pernah selesai. Indonesia terlihat lebih suka jalan di tempat atau mundur.

Persoalan hukum yang menjerat pejabat dimasa lalu diungkit lagi, padahal kasus ini sudah cukup membuat investor enggan masuk sebelumnya. Politik dan hukum di Indonesia memang meragukan dan tidak pasti. Hari ini bisa A besuk bisa B. Padahal investor butuh kepastian hukum.

Hukum tajam ke bawah dan tumpul di atas menandakan adanya unsur politis dan uang yang bermain. Hukum hanya dimiliki oleh mereka yang dekat dengan kekuasaan atau bermodal besar. Mereka yang tak memiliki itu akan dengan mudah menjadi tersangka dalam sekejab.

Juga kesenjangan ekonomi yang bisa dipermainkan menjadi kasus politis. Mereka yang terpinggirkan bisa menjadi bom waktu di kemudian hari, hanya membutuhkan pemicu maka akan terjadi kerusuhan sosial yang mahal harganya. Menangkap rakyat kecil yang mencuri atau menjarah untuk makan bukanlah sebuah prestasi, tapi menangkap pejabat yang tengah berkuasa karena melanggar hukum adalah kepastian hukum.

Investor memang punya hak untuk mendapatkan kepastian hukum. Bila terus dikejar-kejar akibat rezim yang berganti, tentunya ini memberi sinyal negatif buat investor. Sayang sekali negara sebesar Indonesia ini mundur oleh demokrasi yang tidak memiliki kepastian hukum dan mereka yang haus oleh kekuasaan.

Saturday, November 5, 2016

Film Jack Reacher Never Go Back Raih Box Office

Hanya dalam waktu kurang dari dua minggu, film Jack Reacher Never Go Back ini telah tembus 100 juta dollar atau 1,3 trilyun rupiah. Film bertema action thriller ini berhasil menarik penonton di Amerika dan berbagai Negara, dan angka penghasilan yang dicapai akan terus bertambah karena masih belum tayang di beberapa Negara. Di Indonesia sendiri film ini sukses meraih 1,9 juta dollar atau sekitar 25 milyar rupiah hanya dalam beberapa hari.

Film ini sebenarnya film aksi tapi pada akhirnya menjadi film yang cukup menyentuh di akhir cerita. Ini tak bukan karena pengalaman berakting Tom Cruise dan debutan Danika Yarosh yang mampu mengimbangi keahlian Cruise dalam berakting. Juga alur cerita yang berdasar pada novel yang memiliki misi menarik audien.

Film ini cocok sekali diperankan Tom Cruise yang mengalami hak asuh anak bersama, yaitu Suri Cruise dengan Katie Holmes. Jadi tahu bagaimana perasaan saat rindu atau berpisah dengan anak dan membuat film ini begitu emosional.

Disini dikisahkan Jack Reacher yang merupakan mantan polisi militer atau provos ini mendapat info adanya komplain menelantarkan anak dari seorang wanita yang mengaku bernama Candice Dayton. Jack lalu berusaha menelusuri hal ini, namun keburu musuhnya berencana menyakiti putrinya tersebut, maka tak ada jalan lain berusaha menyelamatkan anak tersebut. Meskipun sebenarnya sempat ragu karena tidak pernah mengenal wanita bernama Candice Dayton.

Disini mulai terjadi ikatan antara ayah dan anak saat bersama menghadapi musuh-musuh mereka. Pada akhirnya saat semua sudah berlalu, Jack Reacher dan Samantha Dayton bertemu di sebuah restoran. Ternyata Jack tidak mengenal ibu Samantha yang menjadi waitres disitu dan berarti Samantha bukan anak Jack Reacher.

Hal yang menyentuh di saat keduanya enggan untuk berpisah di akhir cerita film ini. Oke selamat menikmati film Jack Reacher Never Go Back ini, meski action-nya kalah dengan sequel Jack Recher sebelumnya, tapi pesan moralnya sangat menyentuh.

Thursday, September 29, 2016

Rahasia Sukses Bisnis Bimbel Model Pedagang Kaki Lima

Bisnis itu kalau bisa dengan modal sekecil-kecilnya, tapi menghasilkan untung sebesar-besarnya. Ini sering dikonotasikan dengan pedagang kaki lima, karena tanpa perlu menyediakan tempat usaha atau biaya sewa tempat, boneklah maksudnya. Namun bisa mengais untung lebih besar dari yang punya tempat nebeng.

Sedang yang punya tempat usaha resmi, harus bayar ini itu untuk restribusi, ijin usaha, yang tentu saja memakan modal usaha lebih besar. Disini hanya sebatas konotasi, itulah bisnis yang bisa bertahan adalah dengan biaya sekecil-kecilnya dan menghasilkan sebesar-besarnya. Saat ini bisnis bimbel adalah salah satu dari usaha dengan modal kecil tapi hasilnya bisa menjadi sangat menguntungkan.

Bisnis bimbel ini modal cuap-cuap sama kayak presenter, hanya tanpa perlu tampang yang menarik sudah bisa buka usaha bimbel. Modalnya kesabaran membimbing anak didik menguasai bidang yang sedang diberikan. Serta bisa menjadi teman yang menyenangkan bagi anak didik.

Memang kebanyakan bisnis bimbel ini disukai para mahasiswa semester awal, sebagai cara mencari uang jajan, atau sukur-sukur bisa buat membayar uang kuliah. Meskipun ada juga profesional yang usahanya lagi sepi melirik bisnis bimbel ini. Semua ini menjadi contoh bahwa bisnis bimbel ini mudah dilakukan dan tersedianya pasar yang besar.

Mereka anak usia sekolah pasti tidak dilepas oleh ortunya untuk belajar sendiri. Sudah menjadi hal umum les privat atau ikut bimbel dalam menghadapi ketatnya ujian dan persaingan menembus sekolah favorit. Nilainya memang tidak akan seberapa dengan biaya anak ikut bimbel, bayangkan kalo anak tidak lulus atau gagal masuk sekolah favorit, maka sudah menjadi beban berat bagi anak maupun ortu.

Bisnis bimbel ini perlahan tapi pasti memiliki nilai tawar yang besar, biaya perjam mulai membentuk pasar tesendiri. Di kota besar kunjungan perjam bisa 70-100 ribu, hanya memang harus bisa menunjukan kemampuan yang dimiliki, misal mahasiswa PTN  ternama atau fakultas bergengsi. Semua ini bisa menjadi nilai tawar dalam membentuk pasar maupun tarif diatas rata-rata per jamnya.

Memang kadang cukup sulit memulai usaha ini, perlu perkenalan atau mencari pasar anak didik. Namun bisa saja dimulai dari saudara, kenalan,teman, tetangga, yang dari mulut ke mulut sudah bisa menemukan pasar nantinya. Bisa pula dengan pasang iklan gratis di medsos, cara ini sudah mulai banyak dilakukan dan hasilnya bisa diharapkan.

Sebenarnya bisnis bimbel ini mudah dilakukan dan mungkin tak ada penggangguran bila mau berusaha. Modal kecil bahkan tanpa modal, sudah bisa menghasilkan keuntungan yang bagi beberapa orang bisa mengalahkan UMR, makanya jadilah wirausaha yang kreatif, bisa memanfaatkan peluang yang berkembang.

Wednesday, September 28, 2016

Merubah Hutang menjadi Investasi

Saat peluang bisnis ada, hutang bisa saja dilakukan untuk meraih untung dengan prasyarat tertentu. Meskipun dibenarkan untuk menghindari hutang untuk bisnis beresiko dengan hasil yang belum pasti. Ini lain masalahnya bila peluang itu sudah pasti dan harus dieksekusi dengan segera.

Dalam hal ini model investasi yang diperbolehkan untuk hutang adalah investasi di sektor properti. Seperti diketahui properti menawarkan bunga hutang yang rendah dalam jangka panjang dan memberikan return yang tinggi. Meskipun akan bergantung pada lokasi, trend dan kebutuhan akan properti tersebut.

Juga investasi di sektor reksadana menawarkan kemudahan, seperti debet rekening bulanan. Ini juga salah satu jenis hutang yang bisa menjadi investasi, dengan harapan nilai reksadana akan tumbuh dalam beberapa tahun kedepan saat sudah mature. Sehingga returnnya bisa lebih tinggi dari bunga hutang.

Model-model hutang untuk berinvestasi ini memang cukup luas dan sudah banyak diterapkan. Disini banyak pula yang melewati red line atau batasan resiko hingga investasinya tidak menguntungkan. Banyak yang terjebak dalam mimpi atau bujukan marketing lembaga investasi hingga mengabaikan batasan resiko yang harus diperhatikan.

Selalu hitung keuangan dan trafik kas keuangan bulanan dalam membiayai hutang ini. Juga perhatikan return investasi ini saat maturenya. Syukur-sukur bisa returnnya bisa membantu membiayai cicilan hutangnya.

Sebut saja orang yang kredit mobil yang mengandalkan hasil rental untuk membiayai cicilan bulanan mobil tersebut. Disini tetap saja harus menyisihkan uang dari kas flow bulanan untuk membayar cicilan kredit, ini bila hasil rental tidak pasti. Lain bila model rentalnya sistem kontrak tahunan, maka hasilnya bisa diharapkan untuk membiayai cicilan kreditnya.

Perlu diperhatikan sekali lagi merubah hutang menjadi investasi ini, hanya untuk peluang bisnis yang sudah pasti dan harus dieksekusi dengan segera. Jangan terbiasa menggunakan hutang untuk peluang bisnis yang beresiko tinggi, dimana persentasi gagalnya sangat tinggi. Biasanya orang yang terbiasa hutang konsumtif akan sulit menahan diri untuk tidak melewati red line ini.

Pada investasi forex juga banyak yang menawarkan hutang, tapi dengan bunga yang tinggi. Disini harus berhati-hati dalam berhitung dan melihat arah peluang yang tidak pasti. Karena bisa-bisa modal usaha hangus untuk membayar hutang dengan bunganya.

Monday, September 26, 2016

Indonesia Dilanda Krisis “Leadership”

Ulasan ini berdasar atas beberapa analisa lembaga keuangan dunia yang kredibel dan beberapa laporan media internasional atas kemunduran ekonomi yang dialami Indonesia dalam beberapa tahun ini. Sebagai salah satu Negara emerging market yang pesat pertumbuhannya dalam beberapa tahun lalu, Indonesia nampaknya sudah disalib oleh banyak Negara yang notabene belajar pada perekonomian Indonesia. Kesimpulan analisa lembaga dunia ini berkutat pada infrastruktur dan leadership. Juga menurunnya harga komoditas yang membuat laju pertumbuhan GDP menjadi minus.

Demokrasi Indonesia memang melahirkan pemimpin-pemimpin yang unik dan spesial, tapi tidak serta merta membawa perekonomian menjadi lebih baik. Bila dilihat dari ajang pilpres maupun pilkada, cenderung menonjolkan pencitraan tanpa melihat program atau visi dari para kandindat. Padahal ini yang menjadi pokok persoalan lemahnya leadership di Indonesia.

Para pemilih cenderung berpihak pada pemimpin yang memiliki positif remark, meski tidak memiliki program yang jelas. Disini terlihat mereka yang media darling atau menguasai media akan memiliki elektabilitas yang tinggi dan bisa menang dengan mudah. Mereka yang modalnya besar atau didukung pemodal besar akan menang dengan mudah.

Ini terlihat dari medsos yang bisa dikuasai dengan mudah, padahal prestasinya itu-itu saja. Begitu mudah menjadi trending topik padahal prestasinya biasa-biasa saja. Ini dilihat dari kaca ekonomi dan investasi yang lemah serta dalam mengatasi masalah rutin tahunan di wilayah mereka. Banjir masih dimana-mana, tapi masih bisa menjadi calon yang trending di medsos. Ini membuat Indonesia seperti jalan di tempat dan cenderung mundur ke belakang.

Meski pada akhirnya memilih Sri Mulyani untuk memperbaiki kemunduran ekonomi, tapi disisi lain masih juga memilih pejabat publik yang pernah ditetapkan menjadi tersangka oleh KPK. Ini membuat investor berpikir ulang atas leadership di Indonesia. Menariknya lagi seperti pilkada DKI yang menjadi barometer kepemimpinan nasional, terlihat lemahnya leadership yang dimiliki oleh Indonesia.

Para calon tidak memiliki program yang jelas atau visi yang tepat dalam menghadapi persoalan banjir dan macet. Juga dalam menghadapi tantangan jakarta 10 atau 20 tahun ke depan. Ini membuat masyarakat Jakarta akan menghadapi persoalan rutin tahunan menjadi tradisi, banjir dan macet seakan menjadi persoalan yang tidak bisa diatasi.

Padahal di era Sri Mulyani sebelumnya, Dahlan Iskan pernah memprediksi ekonomi Indonesia akan segera bisa menyalip ekonomi spanyol. Namun sepeninggal Sri Mulyani, perekonomian Indonesia cenderung merosot sampai saat ini. Jadi wajar bila lembaga keuangan dunia dan media internasional masih melihat lemahnya leadership menjadi peenyebab kemunduran perekonomian Indonesia. Investor juga cenderung engan masuk dan lebih memilih negara lain seperti myanmar, vietnam yang menjadi sorotan akan keberhasilan ekonominya keluar dari perlambatan ekonomi dunia.

Tuesday, September 6, 2016

Kebijakan Zero Enemy Membuat Teknologi Rudal Tertinggal

Indonesia boleh dibilang jauh tertinggal dalam pengembangan teknologi rudal. Kalah dengan India, Pakistan, Iran bahkan Negara kecil seperti Swedia. Padahal teknologi rudal ini sangat penting dalam diplomasi dan hubungan internasional, termasuk pula dalam kasus LCS atau Natuna yang semakin memanas. Disini semakin terlihat kebijakan luar negeri maupun militer yang tidak terencana dengan baik.

Memang sih siapa mengira Cina yang selama ini “mesra” hubungannya dengan kita, alias sebagai mitra dagang terbesar Indonesia, mulai berani mengusik kawasan ZEE Natuna. Tentunya semua ini tidak diperhitungkan karena policy bebas aktif atau zero enemy thousand friend ini telah membuat posisi tawar semakin lemah. Ini pula yang membuat doktrin militer dan strategi pembelajaan alusista menjadi salah arah.

Akibatnya tentu saja mempengaruhi penguasaan industri strategis, termasuk penguasaan teknologi rudal di dalamnya. Padahal rudal ini memiliki nilai tawar yang tinggi dengan anggaran yang tidak terlalu besar. Pastinya Cina tidak akan berani mengusik ZEE Natuna bila kita memiliki rudal yang bisa menjangkau base militernya di Spratly, yang jaraknya sekitar 1000 km dari Natuna.

Mungkin kalau bicara perang akan sangat complicated, namun agresifitas Cina sudah bisa terlihat dengan anggaran militer yang tidak transparan dan membengkak. Tiap tahun ada saja destroyer yang keluar dari galangan kapalnya. Belum lagi kapal induk kedua dan ketiga yang sudah terlihat bentuknya.

Memang sih kita tak akan mampu menandingi belanja militer Cina, tapi bila kita memiliki deteren militer yang lebih baik, tentunya cina akan pikir panjang mengusik ZEE natuna. Bisa saja kapal selam, rudal balistik yang semuanya memiliki rasio retaliate yang tinggi. Boleh saja Cina memiliki 10 kapal induk, ratusan destroyer, ratusan kapal selam, kalau kita punya kapal selam dan rudal yang bisa menjangkau base militer di spratly, bahkan mainland maka Cina tak akan main-main dengan Natuna.

Selama ini memang Cina menjadi tukang bully bagi Negara di kawasan Laut Cina selatan, karena memang tak ada yang mampu menandinginya. Lihat saja konflik sehari dengan Vietnam, puluhan tentara Vietnam dibabat habis di saat perang di Johnson south reef. Terlihat agresifitas cina yang harus diwaspadai jauh hari, padahal kejadian ini sudah 28 tahun yang lalu.

Hal inilah yang membuat Vietnam mempersenjatai diri dengan impor senjata strategis, termasuk kilo submarine, rudal menengah, serta peluncur roket yang mampu mencapai kawasan spratly. Bisa jadi kita mengambil pelajaran dari kasus Vietnam ini, dengan mengatur ulang strategi belanja militer yang tepat.

Kebijakan zero enemy sudah harus ditinggalkan, tentunya dengan konsekwensi membangun industri militer yang memiliki deteren yang tinggi. Seperti proyek kapal selam yang dibangun secara mandiri patut ditiru. Disini perlu lompatan besar dalam mengakuisisi teknologi rudal dengan cepat. Baik dengan TOT 100 persen atau parsial. Beberapa opsi sebenarnya bisa dirangkul semua, seperti tawaran dari Swedia dalam RBS15 atau kerjasama dengan Ukrania dalam pengembangan roket. Semua ini harus menjadi prioritas karena teknologi rudal ini sangat besar deterennya. Sedang rencana TOT rudal C705 dari Cina sebaiknya dibatalkan, pertama karena kita berkonflik dengan Cina sehingga bisa kena embargo setiap saat, kedua teknologi C705 ini sudah obsolete.

Sebaiknya pula anggaran riset roket atau rudal ini diperbesar sehingga bisa menguasai teknologi lainnya termasuk radar jarak jauh, satelit, serta defense system lainnya. Dengan anggaran yang terbatas, paska pemotongan anggaran maka perlu dikaji ulang pengadaan alusista yang hanya menjadi sitting duck bagi rudal jarak jauh Cina. Apalagi Cina punya ribuan rudal supersonic yang bisa membuat armada laut dan udara lumpuh dalam sekejab. Tentunya  semua ini jangan sampai terjadi, makanya harus punya deteren retaliate yang bagus.

Monday, September 5, 2016

Dampak Positif dan Negatif Pertumbuhan Penduduk yang Tinggi

Pertumbuhan penduduk Indonesia, terutama di pulau Jawa mulai mengkhawatirkan. Dari angka yang dirilis BPS pada beberapa tahun terakhir menunjukan kenaikan yang signifikan. Sesuatu yang harus diwaspadai di tengah pertumbuhan ekonomi yang menurun.

Semenjak era reformasi dimulai, praktis program KB atau keluarga berencana berhenti. Produk era rezim orde baru ini menjadi salah satu dari sekian sisa orde baru yang ditinggalkan. Padahal program perencanaan kelahiran atau birth control ini sangat bagus dalam menahan laju pertumbuhan penduduk yang tak terkendali ini.

Meski masih ada lembaga seperti BKKBN yang dimasa orde baru begitu ketat mengontrol angka kelahiran, pada masa sekarang sudah tak begitu terdengar. Kalau dulu kegiatan seperti posyandu akan menjadi ujung tombak dalam gerakan dua anak cukup, pada saat ini program posyandu ini kalah dengan BPJS atau program kartu sehat lainnya.

Pemerintah lebih menyehatkan rakyatnya daripada mengendalikan pertumbuhan penduduk yang sudah tak terkendali ini. Diperkirakan pemerintah masih yakin akan bisa memenuhi lapangan kerja dari era baby boomer ini. Padahal angka pertumbuhan ekonomi sudah mulai meredup, dengan anggaran pembangunan yang semakin berat, maka akan sulit sekali menyediakan lapangan kerja dari era baby boomer ini dimasa mendatang.

Memang dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi, Negara tak perlu khawatir akan penyediaan tenaga kerja produktif. Namun dengan lapangan kerja yang semakin terbatas, maka penggangguran dan persoalan sosial akan semakin memberatkan anggaran Negara. Lihat saja dengan anggaran kepolisian yang semakin besar, akan semakin sia-sia dengan sumber persoalan sosial yang semakin membesar pula.

Diperkirakan angka kriminalitas, kasus narkoba akan menjadi beban Negara yang bisa menguras habis anggaran belanja Negara di bagian kepolisian. Disamping semakin melebarnya kesenjangan ekonomi di masyarakat. Sesuatu yang harusnya dipertimbangkan lebih urgen daripada sekedar melahirkan kartu sehat tanpa memiliki visi akan persoalan social kedepannya.

Persoalan hutang buat membayar bunga hutang yang berakibat pada pemangkasan anggaran, sebenarnya tak lebih dari anggaran belanja yang terlalu konsumtif oleh beban jumlah penduduk yang terlalu besar. Dimana besarnya anggaran tidak mencukupi dengan beban Negara yang semakin besar. Pemerintah sudah salah strategi dalam merencanakan pembangunan yang berkelanjutan.

Pertumbuhan yang disokong dari hutang yang semakin membesar, hanya akan menimbulkan bola salju dikemudian hari. Andai Sri Mulyani tidak mampu mengatasi hutang buat bayar hutang ini, maka kita akan mengikuti jejak Yunani dan Negara-negara yang akan terlilit hutang di perekonomiannya.